MAKALAH SAMUDERA PASAI
KATA
PENGANTAR..........................................................................................................
i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang.............................................................................................................
1
2. Rumusan
Masalah.........................................................................................................
2
3. Tujuan............................................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Latar
Belakang Munculnya Kerajaan Samudra Pasai................................................
3
1.2
Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Samudra Pasai.....................................
5
1.3
Keruntuhan Kerajaan Samudra
Pasai..........................................................................
9
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN.......................................................................................................................
10
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pada akhir abad XIV Malaka telah berkembang sebagai pusat perdagangan yang
paling ramai tidak hanya diwilayah itu, tetapi menurut sumber Portugis salah
satu pusat perdagangan yang terbesar di Asia. Di situ bertemu pedagang dari
Arab, Parsi, Gujarat, Benggala, Pegu, Siam, Negeri Cina pada satu pihak dan
pedagang dari Sumatera, Jawa, Maluku, dan kepulauan kecil lainnya.(Sartono
Kartodirdjo,1999:4-5).Malaka menjadi bandar transit perdagangan dan pelayaraan terpenting
saat itu karena kerajaan Sriwijaya yang dikenal sebagai kerajaan Maritim pada
akhir abad XII mengalami kemunduran. Kemunduran kerajaan di Palembang ini,
serta merta diikuti oleh dua kerajaan besar di Jawa yaitu Kerajaan Majapahit
dan Kerajaan Singasari meskipun Kerajaan Majapahit sempat menguasai arus
perdagangan dan pelayaran di Malaka.
Persebaran Islam di Nusantara di pegang oleh para pedagang yang berasal dari
tanah Arab, Persia dan Gujarat.Menurut Badri Yatim (2008:194) Sebenarnya cikal
bakal kekuasaan islam telah dirintis pada abad VII-VIII, Tetapi tenggelam dalam
Hegemoni maritim Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan Kerajaan Hindu-Jawa
seperti Singasari dan Majapahit di Jawa timur.Islam merupakan agama yang damai
yang tidak mengenal adanya stratifikasi masyarakat karena mengajarkan toleransi
dan persamaan harkat terhadap sesama. Karena itu, dalam waktu singkat telah
tersebar di kepulauan Nusantara. Hal ini juga didukung oleh peranan Malaka
sebagai bandar transito bagi para pedagang Arab.
Pada tahun
1511 M, Malaka sebagai pelabuhan terbesar di Asia jatuh ke tangan Portugis yang
dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque. Hal ini berdampak pada jalur lalu lintas
perdagangan dan pelayaran.Karena itu pusat perdagangan dipindah ke Aceh.Mulai
saat itu, Aceh menjadi sangat ramai dan berkembang bahkan dapat mengambil alih
dominasi pelayaran dan perdagangan dari Samudera Pasai yang kalah bersaing.
Aceh dan Samudera Pasai menjadi Kerajaan pertama dan tertua yang bercorak
islam. Kerajaan Aceh menjadi semakin maju dan mencapai kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Sedangkan Kerajaan Samudera Pasai yang
ditaklukan oleh kerajaan Aceh mencapai kejayaan pada periode pemerintahan
Sultan Ali Munghayatsyah. Kehidupan politik kedua kerajaan ini diwarnai oleh
kedatangan para penjelajah samudera (bangsa Eropa) yang semula mencari
rempah-rempah kemudian memonopoli dan menguasai arus perdagangan rempah-rempah
sehingga menimbulkan konflik dan perlawanan untuk mengusir bangsa barat
tersebut sampai pada masa kemundurannya. Berkenaan dengan hal tersebut, kami
tertarik untuk membuat makalah yang berjudul ”Proses Pertumbuhan dan
Perkembangan kerajaan Samudera Pasai”
2.
Rumusan Masalah
2.1 Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan kerajaan Samudera
Pasai?
3.
Tujuan
3.1 Mendeskripsikan proses pertumbuhan dan perkembangan kerajaan
Samudera Pasai.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Latar
Belakang Munculnya Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara.
Kemunculan kerajaan ini diperkirakan berdiri mulai awal atau pertengahan abad
ke-13 M[1] sebagai hasil dari proses
Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang muslim
sejak abad ke-7, ke-8, dan seterusnya. Kerajaan ini terletak di pesisir Timur
Laut Aceh.Kerajaan Samudra Pasai merupakan gabungan dari kerajaan Pase dan
Peurlak.
Pasai merupakan kerajaan besar, pusat perdagangan dan
perkembangan agama Islam.Sebagai kerajaan besar, di kerajaan ini juga
berkembang suatu kehidupan yang menghasilkan karya tulis yang baik.Sekelompok
minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam
untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu.Inilah yang kemudian disebut
sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi.
Ada sejumlah sumber tertulis yang menjelaskan tentang
berdirinya Kerajaan Samudra Pasai, diantaranya yaitu dua berasal dari
Nusantara, beberapa dari Cina, satu dari Arab, satu dari Italia, dan satu dari
Portugis. Sumber Nusantara antara lain Hikayat Raja Pasai (HRP) dan Sejarah
Melayu (SM). Sumber Cina antara lain Ying-yai Sheng-lan dari Ma Huan, berita
Arab dari Ibn Battutah, kisah pelayaran Marko Polo dari Italia. Sedangkan
sumber yang berasal dari Portugis ialah Suma Oriental-nya Tome Pires.
Naskah HRP diduga berasal dari sekitar tahun 1383-90 (Hill,
1960: 41), atau sekurang-kurangnya akhir abad ke-14 atau awal abad ke-15
(Jones, 1987: v).HRP dianggap sebagai karya historiografi Melayu tradisional
tertua, namun hingga saat ini naskah yang sampai hanya satu yaitu yang dikenal
sebagai naskah Raffles Malay no. 67 dan sekarang tersimpan di The Royal Asiatic
Siciaty, London.Naskah itu berasal dari Jawa pada tahun 1815 pada masa Raffles
menjadi letnan gubernur jenderal.
Berdasarkan isinya, HRP dapat dibagi menjadi tiga bagian
yaitu:
- Mengenai pembukaan Negeri Samudra dan Pasai serta raja-raja yang pertama yang telah memeluk agama Islam.
- Cerita mengenai perkembangan keadaan di Pasai, yaitu raja Ahmad dari Pasai secara langsung atau tidak membunuh anak-anaknya, hal yang akhirnya mengakibatkan serangan angkatan laut Majapahit terhadap Pasai, yang dikalahkan dan kemudian takluk kepada Majapahit.
- Cerita kemenangan angkatan Majapahit di kepulauan Indonesia, dan cerita percobaannya yang gagal untuk menaklukkan daerah Minangkabau. (Roolvink 1986: 19).
Dibandingkan dengan
HRP, naskah SM yang sampai kepada kita ada beberapa buah naskah aslinya diduga
berasal dari awal abad ke-17, mengingat peristiwa terakhir yang dikisahkan
dalam SM terjadi sebelum tahun 1613 (Hsu Yun Tsiao, 1986: 41). Dalam SM, kisah
mengenai Pasai (dan Samudra) terdapat dalam cerita yang ketujuh, kedelapan, dan
kesembilan (Teeuw dan Situmorang, 1952). Pada umumnya para pakar berpendapat
bahwa SM dalam beberapa bagian mendasarkan uraiannya kepada HRP (de Jong, 1986:
60).
Sedangkan dalam berita Cina, memang tidak ada berita yang
secara langsung menyebut Pasai, walaupun yang menyinggung kata samudra dan
beberapa daerah lain di Sumatra bagian utara agak banyak ditemukan, namun
mengingat pada masa para ahli tarikh atau musafir Cina itu hidup sezaman dengan
masa berkembangnya Kerajaan (Samudra) Pasai, tidaklah terlalu dapat disalahkan
jika para peneliti cenderung menyesuaikan berita itu dengan Pasai (Groeneveldt,
1960: 144). Seperti umumnya berita Cina, uraian tentang “Pasai” itu terutama
berkenaan dengan berbagai keadaan alam dan keanehan adat atau tata kehidupan
masyarakat yang berbeda dengan tata kehidupan masyarakat Cina.
Seorang tokoh Portugis bernama Tome Pires pernah singgah di
beberapa daerah di Nusantara pada tahun 1512-1515.Ia mencatat apa yang dilihat,
didengar, dan diketahuinya mengenai daerah yang disinggahinya itu. Ia mancatat
bahwa pada saat itu Pasai masih berdiri. Laporannya tentang Pasai dan
bandar-bandar di Sumatra Utara cukup memberikan gambaran menganai daerah itu,
yaitu meliputi hal-hal yang berhubungan dengan penduduk, kota, perdagangan,
uang, dan bahkan pajak yang terdapat di Pasai.
Berita Marko Polo pada tahun 1292 dan Ibn Battutah pada
tahun 1346 juga tidak secara langsung berkenaan dengan Pasai. Hanya saja pada
saat itu mereka melakukan pelayaran pada masa Pasai berdiri.
Bukti yang paling populer dan paling mendukung berdirinya
kerajaan Samudra Pasai adalah adanya nisan kubur yang terbuat dari granit asal
Samudra Pasai. Dari nisanitu dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu
meninggal pada bulan Ramadhan tahun 969 H, yang diperkirakan bertepatan dengan
tahun 1297 M[2].
Dari segi politik, munculnya kerajaan Samudra Pasai abad
ke-13 M itu sejalan dengan suramnya peranan maritim kerajaan Sriwijaya yang
sebelumnya memegang peranan penting di kawasan Sumatra dan sekitarnya.
1.2
Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Samudra Pasai
1.2.1 Komposisi dan Struktur Masyarakat Pasai
Dalam HRP,
komposisi masyarakat yang disebutkan terdiri atas raja, orang besar-besar,
sultan, perdana menteri, nata, menteri bentara, pegawai, sida-sida, bendahari,
penggawa, patih, tumenggung, demang, ngabehi, lurah, bebekal petinggi, bala
tentara, lasykar, hulubalang, pahlawan, panglima, pendekat, senapati, hamba
sahaya, rakyat, orang tuha-tuha, gundik, dayang-dayang, binti perwara, fakir,
miskin, inangda pengasuh, orang berbuat bubu, juara bermain hayam, orang
menjala ikan, orang benjaga, orang berlayar, orang pekan, seorang tuha dalam
surau, nahkoda, ahlul nujum, yogi, guru, dan pendeta.
Sedangkan dalam SM,
komposisi masyarakat terdiri dari raja, tuanya menteri, sultan, orang
besar-besar, mangkubumi (di negeri), pegawai, bentara, hulubalang, gahara,
gundik, fakir, miskin rakyat, dayang-dayang, hamba, orang menahan lukah, orang
berburu, dan nahkoda.
1.2.2 Silsilah Raja Samudra Pasai
Antara tahun 1290
dan 1520 kesultanan Pasai tidak hanya menjadi kota dagang terpenting di selat
Malaka, tetapi juga pusat perkembangan Islam dan bahasa sastra Melayu. Selain
berdagang, para pedagang Gujarat, Persia, dan arab menyebarkan agama Islam.
Sebagaimana disebutkan dalam tradisi lisan dan Hikayat Raja-raja Pasai, raja
pertama kerajaan Samudra Pasai sekaligus raja pertama yang memeluk Islam adalah
Malik Al-Saleh yang sekaligus juga merupakan pendiri kerajaan tersebut. Hal itu
dapat diketahui melalui tradisi Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Melayu, dan
juga hasil penelitian atas beberapa sumber yang dilakukan para sarjana Barat
terutama Belanda seperti Snouck Hurgronye, J.P. Molquette, J.L. Moens, J.
Hushoff Poll, G.P. Rouffaer, H.K.J. Cowan, dan lain-lain.
Dalam Hikayat
Raja-raja Pasai disebutkan gelar Malik Al-Saleh sebelum menjadi raja adalah
Merah Sile atau Merah Selu.Ia masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syaikh
Ismail, seorang utusan syarif Makkah yang kemudian memberinya gelar Sultan
Malik Al-Saleh. Nisan itu didapatkan di Gampong Samudra bekas kerajaan Samudra
Pasai tersebut[3].
Merah Selu adalah
putra Merah Gajah.Nama Merah Gajah merupakan gelar bangsawan yang lazim di
Sumatra Utara. Selu kemungkinan berasal dari kata sungkala yang aslinya juga
berasal dari sanskrit Chula. Kepemimpinannya yang menonjol membuat dirinya
ditempatkan sebagai raja.
Dari hikayat itu
pula, dijelaskan bahwa tempat pertama yang dijadikan sebagai pusat kerajaan
Samudra Pasai adalah Muara Sungai Peusangan yaitu sebuah sungai yang cukup
panjang dan lebar di sepanjang jalur pantai yang memudahkan perahu-perahu serta
kapal-kapal mengayuhkan dayungnya ke pedalaman dan sebaliknya. Di muara sungai
itu ada dua kota yang letaknya berseberangan yaitu Pasai dan Samudra. Kota
Samudra terletak agak lebih ke pedalaman, sedangkan Pasai terletek lebih ke
muara.Di tempat terakhir inilah banyak ditemukan makam-makam para raja.
Dalam berita Cina
dan pendapat Ibn Batutah yang merupakan pengembara terkenal asal Marokko, dari
Delhi mengatakan bahwa pada pertengahan abad ke-14 M (tahun 746 H/1345 M) ia
melakukan perjalanan ke Cina. Ketika itu Samudra Pasai diperintah oleh Sultan
Malik Al-Zahir, putra Sultan Malik Al-Saleh. Menurut sumber-sumber Cina, pada
awal tahun 1282 M kerajaan kecil Sa-mu-ta-la (Samudra) mengirim kepada raja
Cina duta-duta yang disebut dengan nama-nama muslim yaitu Husein dan Sulaiman.
Ibnu Batutah juga menyatakan bahwa Islam sudah hampir satu abad lamanya
disiarkan di sana. Ia juga meriwayatkan kesalehan, kerendahan hati, dan
semangat keagamaan rajanya yang seperti rakyatnya, yaitu mengikuti mahzab
Syafi’i. Dalam bertinya juga dijelaskan bahwa kerajaan Samudra Pasai pada saat
itu merupakan pusat studi agama Islam dan tempat berkumpul para ulama dari
berbagai negeri Islam untuk berdiskusi berbagai masalah keagamaan dan
keduniaan.
Dari uang dirham
yang ditemukan di kerajaan ini, dapat diketahui nama-nama raja beserta
urutannya, karena dalam mata uang-mata uang yang ditemukan itu terdapat
nama-nama raja yang pernah memerintah kerajaan ini[4]. Adapun urutannya adalah sebagai berikut:
No.
|
Nama Raja
|
Tahun Pemerintahan
|
1.
|
Sultan Malik Al-Saleh
|
Sampai tahun 1207 M
|
2.
|
Muhammad Malik Al-Zahir
|
1297-1326 M
|
3.
|
Mahmud Malik Al-Zahir
|
1326-1345 M
|
4.
|
Manshur Malik Al-Zahir
|
1345-1346 M
|
5.
|
Ahmad Malik Al-Zahir
|
1346-1383 M
|
6.
|
Zain Al-Abidin Malik AL-Zahir
|
1383-1405 M
|
7.
|
Nahrasiyah
|
1402-? M
|
8.
|
Abu Zaid Malik Al-Zahir
|
?-1455 M
|
9.
|
Mahmud Malik Al-Zahir
|
1455-1477 M
|
10.
|
Zain Al-Abidin
|
1477-1500 M
|
11.
|
Abdullah Malik Al-Zahir
|
1501-1513 M
|
12.
|
Zain Al-Abidin
|
1513-1524 M
|
Pada abad ke
14 wilayah Kesultanan Samudera Pasai menuai masa kejayaan.Kejayaan itu di
buktikan dengan kemampuan kesultanan samudera pasai membuat mata uang emas pada
masa Sultan Malik Al Zahir (1297-1326) pada abad ke 13. Bisa disebutkan mata
uang Samudera Pasai adalah mata uang emas pertama yang dikeluarkan nusantara
oleh kerajaan islam dengan oranamen islam (tulisan arab) yang tertulis dalam
sisi atas dan sisi bawah, karena pada masa itu kerajaan nusantara lain baru
mengeluarkan mata uang dari perak. Ada yang menyebutkan bahwa mata uang ini
sangat halus pengerjaanya dibandingkan mata uang logam perak di Jawa.
Kerajaan Samudra
Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M. Kerajaan ini ditaklukkan oleh Portugis
yang mendudukinya selama tiga tahun, kemudian tahun 1524 M dianeksasi oleh raja
Aceh yaitu Ali Mughayatsyah. Selanjutnya kerajaan Samudra Pasai berada di bawah
pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam.
1.2.3 Perekonomian Kerajaan Samudra Pasai
Dalam kehidupan
perekonomiannya, kerajaan maritim ini tidak mempunyai basis agraris.Basis
perekonomiannya adalah perdagangan dan pelayaran.Pengawasan terhadap
perdagangan serta pelayaran itu merupakan sendi-sendi kekuasaan yang
memungkinkan kerajaan memperoleh penghasilan dan pajak yang besar.Kerajaan ini
menjadi pusat perdagangan internasional pertama untuk mengekspor sutera dan
lada.Hubungan dagang antara Pasai dan Jawa berkembang pesat. Para pedagang Jawa
membawa beras ke Pasai, dan sebaliknya dari kota pelabuhan ini mereka
mengangkut lada ke Jawa. Di Samudra Pasai, para pedagang Jawa mendapat hak
istimewa, dibebaskan dari bea dan cukai.
Dalam catatan Tome
Pirse di Pasai ada mata uang dirham.Diceritakan juga bahwa setiap kapal yang
membawa barang-barang dari Barat dikenakan pajak 6%.Dalam catatannya juga
disebutkan bahwa Pasai mengekspor lebih kurang 8.000-10.000 bahan lada per
tahun, atau 15.000 bahar bila panen besar. Selain lada, Pasai juga mengekspor
sutera,
Cara pembuatan
sutera diajarkan orang Cina kepada penduduk Pasai.Pada saat itu, jika ditinjau
dari segi geografis dan sosial ekonominya Samudra Pasai memang merupakan suatu
daerah yang penting sebagai penghubung antara pusat-pusat perdagangan yang ada
di kepulauan Indonesia, India, Cina, dan Arab.Hal itu menyebabkan Samudra Pasai
menjadi pusat perdagangan yang sangat penting.Adanya mata uang pada saat itu
membuktikan bahwa kerajaan ini merupakan kerajaan yang makmur.
Samudra Pasai
sebagai pelabuhan dagang yang maju, mengeluarkan mata uang dirham berupa uang
logam emas.Saat hubungan dagang antara Pasai dan Malaka berkembang setelah
tahun 1400, pedagang Pasai menggunakan kesempatan mengenalkan dirham ke
Malaka.Raja pertama Malaka, Prameswara, menjalin persekutuan dengan Pasai tahun
1414 memeluk Islam dan menikah dengan putri Pasai.Uang emas dicetak di awal
pemerintahan Sultan Muhammad (1297-1326) dan pengeluaran uang emas harus
mengikuti aturan sebagai berikut.Seluruh Sultan Samudra Pasai perlu menuliskan
frasa al-sultan al-adil pada dirham mereka.
Mata uang
dirham[5] dari Samudra Pasai itu pernah
diteliti oleh H.K.J Cowan untuk menunjukkan bukti-bukti sejarah raja-raja
Pasai.Mata uang tersebut menggunakan nama-nama Sultan, diantaranya yaitu
Sulatan Alauddin, Sultan Manshur Malik Al-Zahir, Sultan Abu Zaid, dan Abdullah.
Pada tahun 1973 M, ditemukan lagi 11 mata uang dirham, diantaranya bertuliskan
nama Sultan Muhammad Malik Al-Zahir, Sultan Ahmad, dan Sultan Abdullah yang
semuanya merupakan raja-raja Samudra Pasai pada abad ke-14 M dan 15 M.
1.3
Keruntuhan Kerajaan Samudra Pasai
Pada abad ke-15 kerajaan Samudra Pasai kehilangan kekuasaan
perdagangan atas Selat Malaka, dan kemudian dikacaukan Portugis pada tahun
1511-20. Akhirnya kerajaan ini dihisab kesultanan Aceh yang timbul tahun
1520-an. Warisan peradaban Islam internasionalnya diteruskan dan dikembangkan
di Aceh.
Hancur dan hilangnya peranan Kerajaan Pasai dalam jaringan
antarbangsa ketika suatu pusat kekuasan baru muncul di ujung barat pulau
Sumatera, yakni Kerajaan Aceh Darussalam.Kerajaan ini muncul pada abad 16
Masehi.Kerajaan Islam yang dipimpin oleh Sultan Ali Mughayat Syah kala itu
menaklukkan Kerajaan Pasai sehingga wilayah Pasai dimasukkan ke dalam wilayah
kekuasaan Kerajaan Islam Darussalam.Kerajaan Islam Samudera Pasai akhirnya
dipindahkan ke Aceh Darussalam (sekarang Banda Aceh).
Runtuhnya kekuatan Kerajaan Pasai sangat berkaitan dengan
perkembangan yang terjadi di luar Pasai, tetapi lebih dititikberatkan dalam
kesatuan zona Selat Malaka.Walaupun Kerajan Islam Pasai berhasil ditaklukan
oleh Sultan Asli Mughayat Syah, peninggalan dari kerajaan kecil tersebut masih
banyak dijumpai sampai saat ini di Aceh bagian utara.
Pada tahun 1524 M setelah Kerajaan Aceh Menakhlukan
Kesultanan Samudera Pasai tradisi mencetak deurham menyebar keseluruh
wilayah Sumatera, bahkan semenanjung Malaka. Derham tetap berlaku sampai
bala tentara Nippon mendarat di Seulilmeum, Aceh Besar pada tahun 1942.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
3.1 Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra
Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara.Kemunculan kerajaan ini
diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M. Kerajaan ini terletak di
pesisir Timur Laut Aceh. Ada sejumlah sumber tertulis yang menjelaskan tentang
berdirinya Kerajaan Samudra Pasai, diantaranya yaitu dua berasal dari
Nusantara, beberapa dari Cina, satu dari Arab, satu dari Italia, dan satu dari
Portugis. Sumber Nusantara antara lain Hikayat Raja Pasai (HRP) dan Sejarah
Melayu (SM). Sumber Cina antara lain Ying-yai Sheng-lan dari Ma Huan, berita
Arab dari Ibn Battutah, kisah pelayaran Marko Polo dari Italia. Sedangkan
sumber yang berasal dari Portugis ialah Suma Oriental-nya Tome Pires.
Bukti yang paling
populer dan paling mendukung berdirinya kerajaan Samudra Pasai adalah adanya
nisan kubur yang terbuat dari granit asal Samudra Pasai. Dari nisan itu dapat
diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadhan tahun
969 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.
Dari segi politik,
munculnya kerajaan Samudra Pasai abad ke-13 M itu sejalan dengan suramnya
peranan maritim kerajaan Sriwijaya yang sebelumnya memegang peranan penting di
kawasan Sumatra dan sekitarnya.
Komposisi
masyarakat yang disebutkan terdiri atas raja, orang besar-besar, sultan,
perdana menteri, nata, menteri bentara, pegawai, sida-sida, bendahari,
penggawa, patih, tumenggung, demang, ngabehi, lurah, bebekal petinggi, bala
tentara, lasykar, hulubalang, pahlawan, panglima, pendekat, senapati, hamba
sahaya, rakyat, orang tuha-tuha, gundik, dayang-dayang, binti perwara, fakir,
miskin, inangda pengasuh, orang berbuat bubu, juara bermain hayam, orang
menjala ikan, orang benjaga, orang berlayar, orang pekan, seorang tuha dalam
surau, nahkoda, ahlul nujum, yogi, guru, dan pendeta.
Raja pertama
kerajaan Samudra Pasai adalah Sultan Malik Al-Saleh yang sekaligus sebagai
pendiri kerajaan ini.Selain itu Sultan Malik Al-Saleh merupakan raja pertama
yang masuk Islam.Di dunia perdagangan Samudra Pasai merupakan pusat
perdagangan, yang mengekspor lada, sutera, kamper, dan emas.
Kerajaan ini
mencapai masa kejayaan pada abad ke-14.Kejayaan itu di buktikan dengan
kemampuan kesultanan samudera pasai membuat mata uang emas pada masa Sultan
Malik Al Dhahir (1297-1326) pada abad ke 13.Pada abad ke-15 kerajaan Samudra
Pasai kehilangan kekuasaan perdagangan atas Selat Malaka, dan kemudian
dikacaukan Portugis pada tahun 1511-20. Akhirnya kerajaan ini dihisab
kesultanan Aceh yang timbul tahun 1520-an. Warisan peradaban Islam
internasionalnya diteruskan dan dikembangkan di Aceh.
DAFTAR PUSTAKA
Bakar, Aboe. 1985. Kamus Aceh
Indonesia 1. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
-----------------------. Kamus
Aceh Indonesia 2. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Kartodirdjo, Sartono. 1999. Pengantar
Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 dari Emporium sampai Imperium jilid 1.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
------------------------. 1975. Sejarah
Nasional Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Muljana, Slamet. 2007. Runtuhnya
Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Indonesia.Yogyakarta:
LKiS Pelangi Aksara.
Reid, Anthony. 1998. Indonesian
Heritage: Sejarah Modern Awal 3. Jakarta: Jayakarta Agung Offset.
Comments
Post a Comment