MAKALAH SASTRA BANJAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena hanya denganlimpahan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Sastra Banjar”
Dengan terselesainya makalah ini kami berharap, agar setelah
membaca dan mempelajari makalah ini bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih
baik dan sebagaimana tertera dalam tujuan pembuatan makalah ini
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini dan kami mengharapkan segala masukan baik
berupa kritik maupun saran demi tersempurnanya makalah ini.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman
tentang pengertian transplantasi jaringan yang sangat diperlukan untuk
mendapatkan wawasan dalam melanjutkan proses pembelajaran yang lebih efektif.
Demikian
makalah ini kami susun semoga bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………i
DAFTAR ISI ………………………………………………..ii
BAB
I PENDAHULUAN
Latar Belakang ……………………………………………….1
Rumusan Masalah …………………………………………………..1
BAB
II PEMBAHASAN
Definisi Sastra Banjar …………………………………………………2-4
Definisi Prosa Banjar ………………………………………………….5
Definisi Dongeng Banjar ……………………………………………….5
Definisi Fabel …………………………………………………………….10-11
BAB
III PENUTUP
Kesimpulan …………………………………………………………..12
Saran ………………………………………………………….12
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sastra Banjar adalah semua jenis karya sastra yang
dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh siapa saja, kapan saja, dan
di mana saja.Sastrawan Banjar adalah siapa saja yang mampu melisankan atau
menuliskan salah satu jenis karya sastra berbahasa Banjar kapan saja (pada masa
lalu, masa kini, atau pada masa yang akan datang), dan di mana saja (tidak
mesti di Kalsel).
Dari sekian banyak definisi sastra Banjar dan sastrawan
Banjar yang telah dirumuskan orang selama ini, pemakalah memilih versi
sebagaimana yang dikutipkan di atas.Pemakalah berpendapat definisi itulah yang
paling tepat dipilih dalam kaitannya dengan kepentingan strategi kebudayaan.
Sastra Banjar meliputi semua jenis karya sastra, tidak
dibedakan antara yang bergenre lama dengan yang bergenre baru.Tidak dibedakan
antara yang lisan (sastra lisan) dengan yang tertulis (sastra tulis). Tidak
dibedakan berdasarkan latar belakang apa siapa sastrawannya (antara yang anonim
dengan yang nonanonim, atau antara yang bersuku Banjar dengan yang bukan
bersuku Banjar). Tidak dibedakan berdasarkan kurun waktu pelisanannya atau
penulisannya (pada masa lalu, masa kini, atau pada masa yang akan datang).
Tidak dibedakan berdasarkan lokasi pelisanan atau penulisannya (di Kalsel atau
di luar Kalsel).Hanya satu syarat yang wajib dipenuhi, yakni berbahasa
Banjar.Siapa saja berhak diakui atau mengakui dirinya sebagai sastrawan Banjar
jika yang bersangkutan mampu melisankan atau menuliskan salah satu jenis karya
sastra berbahasa Banjar di mana saja, dan kapan saja
1.2 Rumusan
Masalah
·
Apa
definisi dari sastra banjar?
·
Apadefinisi
Dari prosa?
·
Apa
definisi dari dongeng?
·
Apa
definisi Dari fabel?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Definisi dari Sastra Banjar
Menurut
Tajuddin Noor Ganie (2006:4) para cerdik pandai di kalangan etnis Banjar di Tanah Banjar (Kalimantan Selatan) masih saling
adu argumentasi mengenai definisi sastra Banjar yang paling pas. Dalam
tulisannya di rubrik Opini SKH Radar Banjarmasin Minggu (Pintu Masuk ke Rumah
Sastra Banjar), Tajuddin Noor Ganie mencatat setidak-tidaknya ada 5 definisi
sastra Banjar yang layak dipertimbangkan untuk dipikirkan dan akhirnya
disepakati bersama oleh semua pihak untuk ditetapkan sebagai definisi sastra
Banjar yang diresmikan.
DEFINISI PERTAMA
Semua
jenis karya sastra yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di Tanah
Banjar (Kalsel) yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh sastrawan
yang berasal dari kalangan etnis Banjar yang lahir, tinggal, atau pernah
tinggal di Tanah Banjar.
Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut
definisi di atas Sastra Banjar merujuk kepada 3 ciri, yakni :
1.
bercerita
tentang kehidupan keseharian etnis Banjar di Tanah Banjar (fokus dan lokus
menyangkut aspek sosio kultural bersifat ekskulsif)
2.
dilisankan
atau dituliskan dalam bahasa Banjar (fokus dan lokus menyangkut aspek bahasanya
bersifat eksklusif)
3.
sastrawan
yang melisankan atau menuliskannya bukan sastrawan anonim tapi sastrawan yang
diketahui asal-usulnya, yakni berasal dari kalangan etnis Banjar yang lahir,
tinggal, atau pernah tinggal di Tanah Banjar (fokus dan lokus menyangkut faktor
etnisitas sastrawannya bersifat eksklusif)
Implikasi
akibat adanya ciri ke 3 pada defiisi sastra Banjar di atas adalah tidak
tertampungnya karya sastra berbahasa Banjar yang bersifat anonim karena faktor
etnisitas yang melekat pada diri sastrawan anonim tidak dapat dipastikan dengan
jelas. Akibatnya, semua karya sastra berbahasa Banjar yang anonim seperti andi-andi, bacaan (mantra Banjar), bapandung(monolog Banjar), cerita rakyat (mitologi, legenda, hikayat, kisah, dongeng), japin carita (teater), lamut (prosa liris berbahasa Banjar), madihin (puisi Banjar), mamanda (teater), pantun Banjar, syair Banjar, dan surat tarasul (surat cinta berbahasa Banjar)
tidak dapat dimasukkan ke dalam kelompok sastra Banjar.
DEFINISI DUA
Semua
jenis karya sastra yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana
pun juga di seluruh dunia (tidak mesti di Tanah Banjar)yang dilisankan atau
dituliskan dalam bahasa Banjar oleh sastrawan yang berasal dari kalangan etnis
Banjar di mana saja mereka berada di seluruh dunia (tidak mesti lahir, tinggal,
atau pernah tinggal di Tanah Banjar).
Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut
definisi di atas sastra Banjar merujuk kepada 3 ciri, yakni :
- bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia (fokus dan lokus menyangkut aspek sosio kulturalnya tidak dibatasi)
- dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar (fokus dan lokus menyangkut aspek bahasanya bersifat eksklusif)
- sastrawan yang melisankan atau menuliskannya tidak dibatasi pada sastrawan Banjar yang lahir, tinggal, atau pernah tinggal di Kalsel saja, semua sastrawan keturunan Banjar di mana pun mereka berada termasuk dalam lingkup definisi ini (fokus dan lokus menyangkut faktor etnisitas sastrawannya bersifat terbuka), pengecualian hanya dilakukan bagi sastrawan anonim
Implikasi
akibat adanya pengecualian terhadap sastrawan anonim pada ciri yang ke 3 di
atas, maka semua genre/jenis sastra Banjar yang tertolak pada definisi pertama
juga masih tertolak pada defiisi ke dua ini.
DEFINISI TIGA
Semua
jenis karya sastra yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana
pun juga di seluruh dunia (tidak mesti di Tanah Banjar) yang dilisankan atau
dituliskan dalam bahasa Banjar oleh siapa saja (tidak mesti oleh sastrawan yang
berlatar belakang etnis Banjar),
Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut
definisi di atas sastra Banjar merujuk kepada 3ciri, yakni
1.
bercerita
tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia (fokus
dan lokus menyangkut aspek sosio kulturalnya tidak dibatasi
2.
dilisankan
atau dituliskan dalam bahasa Banjar (fokus dan lokus menyangkut aspek bahasanya
bersifat eksklusif)
3.
sastrawan
yang melisankan atau menuliskannya boleh siapa saja, termasuk oleh sastrawan
anonim sekali pun (fokus dan lokus menyangkut faktor etnisitas sastrawannya
bersifat terbuka, tidak ada pengecualian sama sekali).
Implikasi
akibat tidak adanya pembatasan dalam hal fokus dan lokus menyangkut faktor
etnisitas sastrawannya (anonim, tidak anonim, Banjar, dan bukan Banjar sama
saja), maka semua genre/jenis sastra Banjar yang tertolak dalam definisi satu
dan dua di atas dengan sendirinya ikut tertampung dalam definisi tiga ini.
DEFINISI EMPAT
Semua
jenis karya sastra yang bercerita tentang apa saja (tidak mesti tentang peri
kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh di dunia) yang dilisankan
atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh siapa saja (tidak mesti oleh sastrawan
berlatar belakang etnis Banjar).
Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut
definisi di atas sastra Banjar hanya merujuk kepada satu ciri, yakni dilisankan
atau dituliskan dalam bahasa Banjar. Semua karya sastra yang dilisankan atau
dituliskan dalam bahasa Banjar, tanpa memandang apa pun yang diceritakan di
dalamnya tetap diakui sebagai sastra Banjar (fokus dan lokus menyangkut aspek
sosio kulturalnya tidak dibatasi), dan siapun yang meuliskannya (anonim, tidak
anonim, orang Banjar, atau bukan orang Banjar) tetap diakui sebagai sastra
Banjar (fokus dan lokus menyangkut faktor etnisitas sastrawannya bersifat
terbuka).
Implikasi
akibat tidak adanya pembatasan dalam hal fokus dan lokus menyangkut aspek sosio
kultural dan faktor etnisitas sastrawannya, maka sastra Banjar menjadi wilayah
kreatif yang terbuka bagi siapa saja yang mampu melisankan dan menuliskan karya
sastra berbahasa Banjar.
DEFINISI LIMA
Semua
jenis karya sastra yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana
pun juga di seluruh dunia yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa apa saja
(tidak mesti dalam bahasa Banjar)oleh siapa saja (tidak mesti oleh sastrawan
yang berlatar belakang etnis Banjar)
Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut
definisi di atas sastra Banjar hanya merujuk kepada satu ciri, yakni bercerita
tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia.
Implikasi
akibat tidak adanya pembatasan dalam hal fokus lokus menyangkut aspek bahasa
dan faktor etnisitas sastrawannya, maka sastra Banjar menjadi wilayah kreatif
yang terbuka bagi siapa saja (tidak mesti bersuku bangsa Banjar) yang mampu
melisankan atau menuliskan karya sastra dalam bahasa yang dikuasainya (tidak
mesti dalam bahasa Banjar) yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar
di mana pun juga di seluruh dunia.
2.2
Definisi Prosa Banjar
Prosa tradisional Banjar adalah prosa
atau cerita rakyat yang berasal dari Kalimantan selatan yang mengandung unsur
budaya Banjar.Prosa tradisional Banjar meliputi tiga jenis yakni legenda, mite,
dan dongeng.Dilihat dari segi isi, prosa tradisional Banjar semuanya ada yang
termasuk sastra sejarah dan ada juga sastra undang-undang.Dilihat dari segi
pengaruh, prosa tradisional Banjar ada yang masih asli, namun banyak juga yang
mendapat pengaruh sastra Hindu, pengaruh sastra peralihan dan pengaruh sastra
Islam.
2.3
DefinisiDongeng
Dongeng adalah cerita yang
semata-mata berisi khayalan.Dongeng tidak dianggap kenyataan apalagi dianggap
suci.Walau demikian, dongeng sangat penting bagi kehidupan masyarakat
awam.Dongeng merupakan cerita yang merakyat, berasal dari rakyat kecil (awam),
dan untuk rakyat.Dengan dongeng, mereka dapat menyalurkan hasrat yang terpendam
dalam dirinya.Apabila legenda dan mite dipertunjukkan di tempat-tempat tertentu
(seperti di rumah seseorang dalam perkawinan), maka dongeng dapat diceritakan
di mana saja, seperti kedai, di sawah sambil menuai padi, di rumah, dan
lain-lain.Penuturan dongeng tidak dibatasi waktu, tempat, dan ruang.
Tokoh dalam dongeng bisa manusia dan
bisa juga binatang.Tokoh dongeng yang diperankan oleh binatang disebut
fabel.Walau tokoh fabel adalah binatang, namun bukan berarti cerita tentang
dunia binatang, tetapi yang dituju adalah sifat-sifat manusia yang
diidentifikasikan oleh pengarang ke dalam tokoh-tokoh binatang.
Ciri-ciri Dongeng
Dongeng termasuk cerita rakyat dan merupakan bagian tradisi
lisan yang disampaikan dari mulut ke mulut.Sastra lisan tersebut mempunyai
beberapa tanda atau ciri-ciri yang menandakan dongeng atau sastra lisan sebagai
berikut.
Menurut Pudentia (1998:187) mengemukakan “Ada dua ciri pokok
yang dapat digunakan, yaitu (1) dikatakan dan didengar, dan (2) situasi tatap
muka.” Maksud dari pendapat tersebut, penulis jelaskan bahwa yang termasuk
ciri-ciri sastra lisan yaitu ada yang menjadi pembicara untuk mengatakan atau
menyampaikan dan ada pula yang menjadi pendengar dalam keadaan tatap muka tanpa
ada panghalang waktu.
Pendapat di atas, diuraikan lebih lengkap lagi menurut
Danandjaja (2007: 3) yang mengemukakan bahwa ciri-ciri dongeng sebagai berikut
:
penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yakni disebarkan
melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu contoh yang disertai
dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat), dari satu generasi
ke generasi berikutnya;
disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama;
ada dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh
cara penyebaran dari mulut ke mulut ( lisan);
bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi;
biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola seperti kata klise, ungkapan-ungkapan
tradisional, kalimat-kalimat atau kata-kata pembukaan dan penutup baku;
mempunyai kegunaan (function) dalam
kehidupan bersama suatu kolektif, sebagai alat pendidik, pelipur lara,
protes sosial dan proyeksi keinginan yang terpendam;
bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang tidak sesuai dengan
logika umum;
menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal ini disebabkan
penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota
kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya;
bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar, terlalu
spontan. Hal ini dapat dimengerti bahwa dongeng juga merupakan proyeksi emosi
manusia yang paling jujur manifestasinya
Berdasarkan pendapat di atas penulis simpulkan bahwa
ciri-ciri dari dongeng yaitu penyebarannya melaui lisan dari mulut ke mulut dan
penciptanya tidak diketahui lagi sehingga menjadi milik bersama, serta
mempunyai kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.
Tahap Pembuatan Dongeng
Satu
unsur dapat lebih menonjol diantara unsur lainnya, karena bisa jadi sebuah
dongeng dikatakan menarik karena alur dan penokohan saja yang menonjol.Tentu
lebih baik apabila keempat unsurnya dapat dikerjakan oleh pengarang dongeng
dengan maksimal.Berikut adalah uraian tentang unsur-unsur yang penting dalam
sebuah dongeng yang baik.
1.
Tema
Pengarang
menampilkan sesuatu tema karena ada maksud tertentu atau pesan yang ingin
disampaikan.Maksud atau pesan yang ingin disampaikan itu disebut amanat.Jika
tema merupakan persoalan yang diajukan, amanat merupakan pemecahan persoalan
yang melahirkan pesan-pesan.
Tema
cerita merupakan konsep abstrak yang dimasukkan pengarang ke dalam cerita yang
ditulisnya, sekaligus sebagai pusat yang terdapat dalam suatu cerita.
2. Tokoh
Tokoh
adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai
peristiwa yang ada dalam cerita (Lustantini Septiningsih, 1998: 16).
Setiap
cerita memiliki paling sedikit satu tokoh dan biasanya ada lebih dari
satu.Tokoh-tokohnya mungkin binatang, orang, obyek, atau makhluk khayal.Tokoh
dapat memiliki dua sifat, yaitu protogonis (karakter yang melambangkan
kebaikan, menunjukkan sikap positif dan merupakan contoh yang layak ditiru) dan
antagonis (karakterister yang berlawanan dengan tokoh protagonis, merupakan
contoh karakter yang harus dijauhi sikap dan perbuatannya).
Penokohan
yang dipilih dipengaruhi oleh sifat, ciri pendidikan, hasrat, pikiran dan
perasaan yang akan diangkat oleh pengarang untuk menghidupkan dongeng.
3. Alur
Alur
adalah konstruksi mengenai sebuah deretan peristiwa secara logis dan kronologis
saling berkaitan yang dialami oleh pelaku.
Alur
dibagi menjadi dua macam, yaitu alur lurus dan alur sorot balik.Alur lurus
adalah peristiwa yang disusun mulai dari awal, tengah, yang diwujudkan dengan
pengenalan, mulai bergerak, menuju puncak dan penyelesaian.Alur sorot balik
adalah urutan peristiwa yang dimulai dari tengah, awal, akhir atau
sebaliknya.Alur dapat melibatkan ketegangan, pembayangan dan peristiwa masa
lalu.Hal ini dimaksudkan untuk membangun cerita agar peristiwa ditampilkan
tidak membosankan.
Selanjutnya
alur ditutup dengan ending, yaitu happy ending (bahagia) atau sad ending
(sedih). Untuk ending terserah kepada pendongeng apakah akan membuatnya menjadi
akhir yang bahagia atau akhir yang menyedihkan.
4. Latar / Setting
Latar
adalah segala keterangan, petunjuk, pengacauan yang berkaitan dengan ruang,
waktu dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra (Lustantini
Septiningsih, 1998: 44). Dengan demikian sebuah latar cerita akan memberi warna
cerita yang ditampilkan, disamping juga memberikan informasi situasi dan
proyeksi keadaan batin para tokoh.
Istilah
latar biasanya diartikan tempat dan waktu terjadinya cerita.Hal tersebut
sebagian benar, tetapi latar sering berarti lebih dari itu. Di samping tempat
dan periode waktu yang sebenarnya dari suatu cerita, latar meliputi juga cara
tokoh-tokoh cerita hidup dan aspek kultural lingkungan. Berikut penjelasan
tentang latar atau setting:
Ada
dua macam latar yang kerap digunakan, yaitu latar sosial (mencakup penggambaran
keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikapnya, adat kebisaaan, cara hidup,
maupun bahasa yang melatari peristiwa) dan latar fisik atau material (mencakup
tempat, seperti bangunan atau daerah). Latar adalah cerita akan memberi warna
cerita yang ditampilkan, disamping juga memberikan informasi situasi dan
proyeksi keadaan batin para tokoh. Satu unsur di atas dapat lebih menonjol
diantara unsur lainnya, karena bisa jadi sebuah dongeng dikatakan menarik
karena alur dan penokohan saja yang menonjol.Tentu lebih baik apabila keempat
unsurnya dapat dikerjakan oleh pengarang dongeng dengan maksimal.Contoh dari
dongeng yang memiliki kekuatan dari seluruh unsur penting dongeng adalah Timun
Mas.Alur cerita yang melibatkan ketegangan dan peristiwa masa lalu telah
berhasil memancing imajinasi audience untuk mengikuti cerita.Penokohan
dikerjakan dengan mengikutsertakan karakter protagonis dan antagonis yang
menghasilkan kekontrasan.Timun Mas dan orangtunya melambangkan karakter
protagonis sedangkan raksasa melambangkan karakter yang antagonis dengan
kejahatan dan ketamakannya.Latar cerita benar-benar mengajak imajinasi audience
pada suasana kehidupan pedesaan yang penuh fantasi.Tema dari dongeng ini jelas,
yaitu menggambarkan tentang keberanian bertindak diatas kebenaran untuk
mengalahkan ketamakan dan kejahatan. Keempat unsur ini sangat sesuai dengan
target audiencenya yaitu anak-anak.
BATIS 1000
Ini ti kisah binatang nang bakawan parak wan
rakat banar. Kukura, Lalak, wan Halilipan. Hari itu kukura maundang kawannya
nang badua ne, ada salamatan sadikit jar di rumah kukura.Imbah rame bapandiran,
bamamakan, minum wan lain-lain, si lalak baucap, “Eh buhannya.Tagasnya ada nang
kurang lih?Mulai tadi kita kada baruku, pantas masam banar tukil.”
“He eh, maap lah, aku kada ingat
manukarakan.Mun kaitu, Lak ikam tukar ka warung warik di hujung gang!”Ujar
kukura sambil manyuruh lalak.
“Jah, napa maka aku, ikam tuan
rumahnya luku kukura ae,” jar lalak.
“Bujur pang aku tuan rumah, buhan
kam tahu haja luku, jalanku palambatnya. Mun ikam Lak, pasti capat sadikit,
ikam harat maluncat!” Jar kukura.
“Ah, kada kaitu pang, mun soal
capat, nyata halilipan pancapatnya, inya baisi batis saribu,” jar lalak bailing
supaya kada kana tugas.
“Bujur jar kam Lak ae,” ujar kukura.
Ahirnya halilipan kada kawa
mangaras, tapaksaai manukar ruku ka warung. Lalak wan kukura manunggui di
rumah. 10 manit mahadang balum datang juwa, satangah jam balum datang juwa, sampai
sa jam baluman datang juwa halilipan ne manukar ruku.
“Jah, napa habar ipan ne, maka lawas
banar kada datang, kada tahan lagi nah muntung,” jar lalak gagarunum.
“He eh, aku baganangan nah, kita
tuntii haja, kalu ada napa-napa di jalan!” Jar kukura mambawa’i lalak.
Langsung buhannya tulakan handak
manuntii halilipan ne. Imbah mambuka lawang, sakalinya masih ada halilipan di
hadapan rumah.
“Nah, ni ya urangnya, kanapa lawas
banar?” Jar lalak manakuni.
“Jah, tulak haja gin balum aku,” jar
halilipan.
“Jadi maapa ikam tadi?” Jar kukura.
“Jah, ikam kada malihatkah aku lagi
muruk sapatu. Batisku saribu buting, 3 jam gin kada tuntung mun aku masang
sapatu,” jar halilipan.
2.4 Definisi Fabel
Fabel adalah
Cerita pendek berupa dongeng yang menggambarkan watak dan budi pekerti manusia
yang diibaratkan pada binatang.Karakter-karakter yang terdapat pada binatang
tersebut dianggap mewakili karakter-karakter manusia dan diceritakan mampu
berbicara dan bertidak seperti halnya manusia. Fabel diceritakan bukan dengan tujuan
menghibur semata, Tetapi juga sebagai media pendidikan moral didalamnya
terselip nilai luhur, yakni pengenalan tentang budi pekerti .
Ciri-ciri
Teks Cerita Fabel
1.
Teks
Bersifat Fiksi
2.
Hewan
sebagai tokoh utama yang dapat bertingkah seperi manusia ( berbicara dan
berpikir ). Ada berbagai jenis hewan yang biasa digunakan dalam fabel kancil
dan rubah biasannya digunakan untuk mewakili karakter cerdik, sementara
serigala digunakan untuk mewakili karakter rakus dan serakah.
3.
Kata-kata
yang sering digunakan sebagai kata pembuka adalah pada zaman dahulu, pada suatu
hari, waktu itu, alkisah, Ketika itu, dll
4.
Umumnya,
Tokoh baik akan berakhir bahagia dan tokoh jahat berakhir sengsara atau
mendapatkan akibatnya.
5.
Menunjukkan
penggambaran moral atau nilai moral dan karakter manusia serta kritik tentang
kehidupan di dalam Ceritanya.
6.
Menggunakan
latar belakang alam
Ciri-Ciri
Kebahasaan Teks Cerita fabel
·
Memuat
kata sifat untuk mendeskripsikan pelaku, penampilan fisik, atau kepribadiannya
·
Memuat
kata keterangan untuk menggambarkan latar (waktu, tempat, dan suasana).
·
Memuat
kata kerja yang menujukkan peristiwa-peristiwa yang dialami para tokoh.
·
Memuat
sudut pandang pengarang (point of view).
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sastra
Banjar adalah sastra yang diungkapkan dalam bahasa Banjar.Sastra Banjar ini
dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan.Sastra Banjar terbagi menjadi 2,
yaitu sastra klasik (lama) dan sastra modern (baru).Sastra klasik biasanya
disampaikan dalam bentuk lisan sedangkan sastra modern disampaikan secara
tertulis.
3.2
Saran
Diharapkan
kepada semua pihak yang terkait terutama lembaga kesenian seperti Dewan
Kesenian, Pariwisata, atau lembaga pendidikan lainnya agar peduli kepada
keberadaan Sastra Banjar yang semakin langka.Semoga Sastra Daerah Banjar yang
dimasukkan ke dalam mata pelajaran muatan lokal di sekolah – sekolah menjadikan
siswa minimal mengetahui kekayaan khasanak senibudaya daerahnya dan begitu
indahnya kesenian daerah yang tak kalah dengan kesenian modern lainnya dalam
zaman globalisasi ini.Semoga.
DAFTAR PUSTAKA
Comments
Post a Comment