makalah wawancara
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk dapat memgetahui
tentang wawancara kasus-kasus yang pernah terjadi di sekolah.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam membuat makalah ini.
Satu harapan yang kami inginkan semoga karya tulis ini
dapat berguna bagi pembaca dan kami juga berharap kritik dan saran dari
pembaca atas segala kekurangan dalam makalah ini.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
B.Tujuan Penulisan
C.Metode dan Teknik Penulisan
D.Sitematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Wawancara
B.Langkah-langkahWawancara
BAB III PENUTUP.
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana kita ketahui
bahwa salah satu metode pengumpulan data adalah dengan cara wawancara. Apa
pengertian dari wawancara itu? Budiyono (2003: 52) mengatakan bahwa metode
wawancara (disebut pulainterview) adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui
percakapan antara peneliti (atau orang yang ditugasi) dengan subyek penelitian
atau responden atau sumber data. Dalam hal ini pewawancaramenggunakan
percakapan sedemikian hingga yang diwawancara bersedia terbuka mengeluarkan
pendapatnya. Biasanya yang diminta bukan kemampuan tetapi informasi mengenai
sesuatu. Dalam jurnal oleh Koichu dan Harel (2007) dikemukakan bahwa: ”A
clinical task-based interview can be seen as a situation where the
interview-interviewee interaction on a task is regulated by a system of
explicit and implicit norms, values, and rules”.
Dalam jurnal lain, Hurst (2007:
274) mengungkapkan bahwa: “Interview were chosen as the main data gathering
strategy for the original project because it was felt that potentially ‘data
rich’ environment this afforded would provide the best context for assesistry
and probing for presence of three models of thinking (mathematical knowledge,
contextual knowledge, and strategic knowledge) both before and following the
intervention phase of project”. Dari pengertian wawancara yang dikemukakan para
ahli atau pakar di atas dapat dijelaskan bahwa wawancara adalah situasi dimana
terjadi interaksi antara pewawancara dan yang diwawancarai dengan pedoman
wawancara berdasarkan pada hasil tugas/tes yang telah diberikan kepada yang
diwawancarai. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data primer yang terbaik
sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
B. Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini akan membahas beberapa permasalahan mengenai seluk beluk yang
berkaitan dengan wawancara,yaitu definisi wawancara dan hasil wawancara.
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami hakikat/definisi wawancara
2. Mengidentifikasi macam – macam wawancara
3. Menganalisa salah satu wawancara
4. Mengetahui langkah – langkah membuat wawancara
D. Metodologi Pembahasan
Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan mencari
bahan-bahan dari berbagai sumber yang terkait dengan tema. Kemudian akan dicoba
untuk menerapkan sedikit contoh yang berhubungan dengan topik bahasan.
E. Sistematika
Rancangan sistematika makalah ini terdiri atas beberapa bab
yang akan dirinci sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, dan metodologi pembahasan.
BAB II : Pembahasan
Berisi menegenai penjelasan umum tentang definisi
wawancara, langkah-langkah wawancara, dan hasil wawancara.
BAB III : Kesimpulan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wawancara
Menurut beberapa ahli, wawancara merupakan suatu
teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.
Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik
langsung maupun tidak langsung (I. Djumhur dan Muh.Surya, 1981:50), sedangkan
menurut Dewa Ketut Sukardi (2000:159) wawancara adalah suatu teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan tanya jawab antar interviewer (penanya) dengan
interviewee (responden), atau dengan kata lain dalam wawancara terdapat
unsur-unsur sebagai berikut:
b.
Cara yang dipergunakan dalam wawancara adalah cara lisan.
c.
Pertemuan tatap muka itu mempunyai tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian di atas, pengertian wawancara secara
umum mengandung beberapa aspek atau unsur-unsur antara lain:
a.
Proses tanya jawab (percakapan).
b.
Melibatkan dua pihak (interviewer dan interviewee).
c.
Komunikasi verbal dan non verbal.
d.
Informasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa wawancara
merupakan proses tanya jawab (percakapan) antara interviewer dan interviewee
untuk mendapatkan suatu informasi yang dilakukan melalui komunikasi verbal dan didukung
oleh komunikasi non verbal, yang mempunyai tujuan antara lain:
a.
Pengumpulan data.
b.
Penyampaian informasi.
c.
Penempatan.
B. LANGKAH-LANGKAH WAWANCARA
Anda dapat memperhatikan kelengkapan hasil
wawancara yang ingin anda peroleh dengan memanfaatkan unsur 5W+1H yaitu
What/apa?, Who/siapa?, Where/dimana?, When/kapan?, Why/kenapa?, dan
How/bagaimana?.
Saat melakukan wawancara, kita dapat mencatat informasi
yang telah disampaikan narasumber seacara garis besar atau pokok-pokok
pikirannya saja. Selain itu anda juga dapat menggunakan alat perekam terlebih
dahulu. Dengan adanya alat perekam tersebut, kita dapat mendengarkan hasil
wawancara tersebut berulang kali.
Wawancara dapat pula dilakukan secara spontan terhadap
orang-orang yang ditemui di sekitar sumber berita atau melakukan wawancara
khusus terhadap tokoh atau pejabat penting. Dalam wawancara khusus biasanya di
butuhkan perencanaan terlebih dahulu, seperti menentukan waktu dan tempat
wawancara yang tepat. Dengan begitu, Anda dapat dengan leluasa melakukan
kegiatan wawancara.
Ada tiga tahap wawancara, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap pendahuluan atau pembukaan
Tahap ini merupakan tahap awal untuk memberi kesan yang
menyenangkan, untuk menciptakan suasana yang nyaman, serta menumbuhkan motivasi
agar kegiatan wawancara berajalan dengan baik.
2. Tahap kegiatan tanya jawab
Tahap ini merupakan tahap inti dalam wawancara. Pewawancara
menyampaikan pertanyaan secara santun kepada narasumber. Tidak menutup
kemungkinan muncul pertanyaan lain setelah mendengarkan penjelasan narasumber.
3. Tahap penutup
Tahap ini merupakan tahap pemyipulan terhadap masalah yang
menjadi pokok perbincangan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wawancara (interview) merupakan suatu
kegiatan tanya jawab dengan tatap muka (face to face) antara pewawancara
(interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee) tentang
masalah yang diteliti, dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap
dan pola pikir dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti.
Karena wawancara itu dirancang oleh pewawancara, maka hasilnya pun dipengaruhi
oleh karakteristik pribadi pewawancara. Wawancara juga merupakan alat
penelitian yang berharga, dimana memungkinkan pewawancara untuk mengumpulkan
informasi lengkap yang dapat diperoleh lewat kuesioner atau percakapan
telepondan juga memanfaatkan isyarat verbal dan nonverbal. Wawancara juga
memungkinkan pewawancara untuk menafsirkan atau menjelaskan
pertanyaan-pertanyaan secara lebih mudah, sehingga meningkatkan kemungkinan
mendapatkan jawaban dari responden.
Wawancara sering dihubungkan dengan pekerjaan jurnalistik
untuk keperluan penulisan berita yang disiarkan dalam media massa. Namun
wawancara juga dapat dilakukan oleh pihak lain untuk keperluan, misalnya,
penelitian atau penerimaan pegawai. Wawancara dapat disamakan dengan obrolan.
Namun ada perbedaan mendasar antara obrolan biasa dengan wawancara. Hal-hal
yang membedakan tersebut adalah tujuannya, hubungan antara narasumber dan
pewawancara, tata krama, dan batasan waktunya.
B. Saran
Sebaiknya pertanyanyaan yang
diajukan untuk narasumber disusun secara baik , rapi dan menggunakan
bahasa yang sopan, tidak menyinggung perasaan narasumber dan harus sesuai
prosedur dan tepat sasaran.
Pewawancara dan narasumber sebaiknya
harus bersikap terbuka dalam pelaksanaan wawancara.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Wawancara
merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk mendapatkan informasi
dengan cara bertanya langsung kepada responden. Apabila wawancara
dijadikan satu-satunya alat pengumpulan data, atau sebagai metode diberi
kedudukan yang utama dalam serangkaian metode-metode pengumpulan data lainnya,
ia akan memiliki ciri sebagai metode primer. Sebaliknya jika ia digunakan
sebagai alat untuk mencari informasi-informasi yang tidak dapat diperoleh
dengan cara lain, ia akan menjadi metode perlengkap. Pada saat-saat tertentu
metode wawancara digunakan orang untuk menguji kebenaran dan kemantapan suatu
datum yang telah diperoleh dengan cara lain, seperti observasi, test, kuesioner
dan sebagainya. Digunakan untuk keperluan semacam itu metode wawancara akan
menjadi batu pengukur atau kriterium.
Dalam tiga golongan fungsi itu tidak implicit bahwa golongan yang satu mempunyai harga yang lebih tinggi dari yang lain. Sebagai metode primer wawancara mengemban tugas yang sangat penting. Sebagai pelengkap metode wawancara menjadi sumber informasi yang sangat berharga, dan sebagai kriterium ia menjadi alat yang memberikan pertimbangan yang memutuskan. Ditinjau dari segi itu adanya tiga fungsi pokok itu justru memperlihatkan bahwa interview merupakan suatu metode yang serba guna.
Dalam tiga golongan fungsi itu tidak implicit bahwa golongan yang satu mempunyai harga yang lebih tinggi dari yang lain. Sebagai metode primer wawancara mengemban tugas yang sangat penting. Sebagai pelengkap metode wawancara menjadi sumber informasi yang sangat berharga, dan sebagai kriterium ia menjadi alat yang memberikan pertimbangan yang memutuskan. Ditinjau dari segi itu adanya tiga fungsi pokok itu justru memperlihatkan bahwa interview merupakan suatu metode yang serba guna.
Dalam proses interview
terdapat 2 (dua) pihak dengan kedudukan yang berbeda. Pihak pertama berfungsi
sebagai penanya, disebut pula sebagai interviewer, sedang pihak kedua
berfungsi sebagai pemberi informasi (Information supplyer), interviewer
atau informan. Interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meminta
keterangan atau penjelasan, sambil menilai jawaban-jawabannya. Sekaligus ia
mengadakan paraphrase (menyatakan kembali isi jawaban interviewee dengan
kata-kata lain), mengingat-ingat dan mencatat jawaban-jawaban. Disamping itu
dia juga menggali keterangan-keterangan lebih lanjut dan berusaha melakukan “probing”
(rangsangan, dorongan). Pihak interviewee diharap mau memberikan
keterangan serta penjelasan, dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan
kepadanya. Kadang kala ia malahan membalas dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pula. Hubungan antara interviewer dengan interviewee
itu disebut sebagai “a face to face non-reciprocal relation” (relasi
muka berhadapan muka yang tidak timbal balik). Maka interview ini dapat
dipandang sebagai metoda pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak, yang
dilakukan secara sistematis dan berdasarkan tujuan research (Kartono,
1980: 171).
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Wawancara ialah tanya jawab antara pewawancara dengan yang
diwawancara untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu hal.
Wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
(Lexy J, 2006 :186).
Menurut Kartono (1980: 171) interview atau wawancara adalah
suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan
proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara
fisik.
Menurut Banister dkk (1994 dalam Poerwandari 1998: 72 - 73)
wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu.
Menurut Denzin &
Lincoln (1994: 353) interview merupakan suatu percakapan, seni tanya jawab dan
mendengarkan. Ini bukan merupakan suatu alat yang netral, pewawancara
menciptakan situasi tanya jawab yang nyata. Dalam situasi ini jawaban-jawaban
diberikan. Maka wawancara menghasilkan pemahaman yang terbentuk oleh situasi
berdasarkan peristiwa-peristiwa interaksional yang khusus. Metoda tersebut
dipengaruhi oleh karakteristik individu pewawancara, termasuk ras, kelas,
kesukuan, dan gender.
Menurut Kerlinger (terjemahan Simatupang, 1990: 770 – 771)
wawancara (interview) adalah situasi peran antar-pribadi berhadapan muka (face
to face), ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang
relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancarai, atau
informan.
B.
Tujuan
wawancara
1)
Untuk
memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi dankondisi tertentu
2)
Untuk
melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3)
Untuk
memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orangtertentu.
4)
Untuk
mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi serta
memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh
peneliti sebagai pengecekan anggota.
C.
Bentuk-bentuk
wawancara
- Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.
- Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu.
- Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat telepon.
- Wawancara pribadi.
- Wawancara dengan banyak orang.
- Wawancara dadakan / mendesak.
- Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan sebagainya.
D. Fungsi-fungsi
1. Wawancara dapat mengumpulkan atau menyampaikan informasi,
mempengaruhi sikap orang-orang dan kadang-kadang mempengaruhi perilaku mereka
2. Wawancara juga merupakan alat penelitian yang
berharga, dimana memungkinkan pewawancara untuk mengumpulkan informasi lengkap
yang dapat diperoleh lewat kuesioner atau percakapan telepondan juga
memanfaatkan isyarat verbal dan nonverbal
3. Wawancara juga memungkinkan pewawancara untuk
menafsirkan atau menjelaskan pertanyaan-pertanyaan secara lebih mudah, sehingga
meningkatkan kemungkinan mendapatkan jawaban dari responden.
E. Jenis-jenis wawancara
Ditinjau dari segi
pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1.Wawancara bebas
Dalam wawancara bebas,
pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden, namun harus
diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang diinginkan.
Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.
2. Wawancaraterpimpin
Dalam wawancara
terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang lengkap dan
terinci.
3. Wawancara bebas terpimpin
Dalam wawancara bebas
terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas dengan wawancara
terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang
apa-apa yang ditanyakan secara garis besar.
Menurut Floyd G. Arpan
dalam Toward Better Communications, berdasarkan bentuknya, wawancara dapat
dikelompokkan ke dalam tujuh jenis, yaitu:
1. Wawancara sosok pribadi (personal interview)
2. Wawancara berita (news interview)
3. Wawancara jalanan (man in the street interview)
4. Wawancara sambil lalu (casual interview)
5. Wawancara telepon (telephone interview)
6. Wawancara tertulis (written interview)
7. Wawancara kelompok (discussion interview)
Wawancara berdasarkan cara pelaksanaannya dibagi dua yaitu :
a. Wawancara berstruktur
wawancara secara terencana yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b. Wawancara tak berstruktur
wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan.
1. Wawancara sosok pribadi (personal interview)
2. Wawancara berita (news interview)
3. Wawancara jalanan (man in the street interview)
4. Wawancara sambil lalu (casual interview)
5. Wawancara telepon (telephone interview)
6. Wawancara tertulis (written interview)
7. Wawancara kelompok (discussion interview)
Wawancara berdasarkan cara pelaksanaannya dibagi dua yaitu :
a. Wawancara berstruktur
wawancara secara terencana yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b. Wawancara tak berstruktur
wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan.
F. Sikap – Sikap yang Harus dimiliki oleh Pewawancara
Saat melakukan
wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana agar tidak kaku sehingga
responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu,
sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah sebagai berikut:
- Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, baik yang menyenangkan atau tidak.
- Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
- Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden bagaimanapun keberadaannya.
- Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.
Pengarahan atau instruksi yang perlu diperhatikan oleh
pewawancara (interviewers) meliputi pedoman-pedoman sebagai berikut:
a.
Tidak
pernah “terjebak” dalam penjelasan yang panjang dari studi itu; gunakan
penjelasan standar yang diberikan pengawas. (“Never get involved in long
explanations of the study; use standard explanation provided by supervisor”).
b.
Tidak
pernah menyimpang dari pengantar studi, urutan pertanyaan atau rumusan
pertanyaan. (“Never deviate from the study introduction, sequence of
questions, or question wording”).
c.
Tidak
pernah membiarkan individu lain melakukan interupsi wawancara, jangan membiarkan
individu lain menjawab untuk responden, atau memberikan saran, atau
pandangannya pada pertanyaan itu. (“Never let another person interupt the
interview; do not let another person answer for the respondent or offer his or
her opinions on the questions”).
d.
Tidak
pernah menyarankan suatu jawaban atau setuju atau tidak setuju dengan suatu
jawaban. Jangan memberikan kepada responden suatu ide dari pandangan pribadi
anda pada topik dari pertanyaan atau survey. (“Never suggest an answer or
agree or disagree with an answer. Do not give the repondent any idea of your
personal views on the topic of questions or survey”).
e.
Tidak
pernah menafsirkan arti suatu pertanyaan, cukup hanya mengulangi pertanyaan dan
memberikan instruksi atau klarifikasi seperti yang diberikan dalam latihan atau
oleh pengawas. (“Never interpret the meaning of a question; just repeat the
questions and give instructions or clarifications that are provided in training
or by supervisors”).
f.
Tidak
pernah memperbaiki, seperti menambahkan kategori-kategori jawaban, atau membuat
perubahan susunan kata-kata. (“Never improvise, such as by adding answer
categories, or make wording changes”) (Denzin & Lincoln, 1994: 364).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wawancara (interview) merupakan suatu
kegiatan tanya jawab dengan tatap muka (face to face) antara pewawancara
(interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee) tentang
masalah yang diteliti, dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan
pola pikir dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti.
Karena wawancara itu dirancang oleh pewawancara, maka hasilnya pun dipengaruhi
oleh karakteristik pribadi pewawancara. Wawancara juga merupakan alat
penelitian yang berharga, dimana memungkinkan pewawancara untuk mengumpulkan
informasi lengkap yang dapat diperoleh lewat kuesioner atau percakapan
telepondan juga memanfaatkan isyarat verbal dan nonverbal. Wawancara juga
memungkinkan pewawancara untuk menafsirkan atau menjelaskan
pertanyaan-pertanyaan secara lebih mudah, sehingga meningkatkan kemungkinan
mendapatkan jawaban dari responden.
Wawancara sering dihubungkan dengan pekerjaan jurnalistik
untuk keperluan penulisan berita yang disiarkan dalam media massa. Namun
wawancara juga dapat dilakukan oleh pihak lain untuk keperluan, misalnya,
penelitian atau penerimaan pegawai. Wawancara dapat disamakan dengan obrolan.
Namun ada perbedaan mendasar antara obrolan biasa dengan wawancara. Hal-hal
yang membedakan tersebut adalah tujuannya, hubungan antara narasumber dan
pewawancara, tata krama, dan batasan waktunya.
B.
Saran
Sebaiknya pertanyanyaan yang diajukan untuk narasumber
disusun secara baik , rapi dan menggunakan bahasa yang sopan, tidak
menyinggung perasaan narasumber dan harus sesuai prosedur dan tepat
sasaran.
Pewawancara dan narasumber sebaiknya harus bersikap terbuka
dalam pelaksanaan wawancara.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2035973-pengertian-wawancara-dan-teknik-wawancara/
Comments
Post a Comment