KISAH NYATA INSPIRATIF

 

Kisah Nyata:Masuk Islam Karena Melihat Muslim yang Santun dan Penyayang

Mahasuci Allah yang telah memberikan hidayah Islam kepada umat manusia di muka bumi. Dialah Allah yang membolak-balikkan hati setiap insan dan hanya Allahlah yang Maha Memberi hidayah.

Senin, 16 juni 2014 salah seorang anggota Rohis SMA N 2 Dramaga menemui kami, Bina Latih Dramaga (jaringan dakwah sekolah se-Dramaga). Mereka menyampaikan bahwa ada salah seorang teman yang ingin kembali kepada Islam, hingga kemudian kami pertemukan kepada imam besar masjid al-Hurriyah IPB.

Hari ini (Selasa, 17 Juni 2014) tepat setelah shalat Ashar berjamaah di masjid al-Hurriyah IPB yang dipandu oleh imam masjid, Ust E Syamsuddin. Ada seoarang yang bernama Kholisan Afate Simbolon telah kembali kepada Islam yang semula beliau penganut agama Kristen Protestan.

Kholisan adalah seorang siswa kelas XI jurusan IPS. Beliau aktif di beberapa organisasi, OSIS dan PRAMUKA. Beliau sangat aktif dan mudah bergaul. Beliau anak pertama dari 3 bersaudara. Semua anggota keluarga beliau beragama Kristen Protestan. Siswa asal Nanggung – Kabupaten Bogor ini masih memiliki kedua orang tua yang lengkap. Saat ini, beliau tinggal bersama teman dekatnya, Umar, salah satu Ketua Bidang Rohis SMA N 2 Dramaga.

Niat Kholisan untuk memeluk agama Islam sudah sejak kelas X, bahkan menurut beliau sudah sejak SMP. Kholisan adalah korban keluarga yang broken home. Sejak masih kecil, beliau selalu disiksa oleh ibunya. Ketika di SMA, beliau menemukan ada oase yang menyejukkan ketika melihat orang muslim yang santun, penyayang, suka menolong dan ajarannya suci. Berbeda dengan agama yang ia jalani selama ini banyak hal-hal yang “menyimpang” dan tidak nyaman, tutur beliau saat bercerita kepada kami. Niatnya sejak lama untuk memeluk Islam merupakan tantangan bagi Kholisan. Dulu, yang terfikir oleh beliau jika memeluk Islam, “Bagimana dengan kedua orangtua? Bagaimana yang membiayai sekolah, uang makan sehari-hari?” Dan banyak lagi yang berkecamuk di fikiran sang muallaf ini. Dengan kebulatan tekad, kejernihan hati dan tanpa dipaksa oleh siapapun, alhamdulillah kami mneyaksikan bagaimana keikhlasan dan kemauan beliau dengan keislamannya.

Allah Akbar,

Ya Allah, kami sangat bersyukur ketika Kau sapa saudara kami dengan hidayah-Mu. Kuatkan imannya dan kami seluruh umat muslim untuk senantiasa memperteguh ketakwaan,  memperkuat istiqamah serta memperkaya sabar yang berbuahkan ikhlas. Alangkah indahnya kasih-Mu, ya Rabb. Karena telah Kau tegur saudara kami dengan cinta-Mu.

Barakallah akhuna Kholisan Afate Simbolon. Semoga ikrar keislaman yang engkau ucapkan senantiasa memperteguh azam. Kami rindu dengan sosok Umar bin Khattab ketika Islam menyapanya beliau menjadi salah seorang garda terdepan sepanjang perjuangan Islam hingga syahid menjemputnya. Semoga, sosok Umar itu kami temukan dalam dirimu, wahai saudaraku. Sosok yang akan menyebarkan din di jagad raya ini.

Kami yang mencintau karena Allah



Kisah NYATA: Akhirnya Pak Soleh, Seorang Tukang Ojek Yang Santun Mendapatkan REZEKI Tak Terduga

Berawal dari curhatan seorang wanita bernama Dewi Rachmayani di facebook pribadinya, akhirnya pak Soleh, seorang kakek berusia 65th yang berprofesi sebagai tukang ojek ini mendapatkan rezeki yang tak terduga. Berikut ini kutipan status facebook Dewi Rachmayani:

 Siang ini, batalin orderan grabbike dari stasiun Palmerah - ktr. Pasalnya, di stasiun Palmerah ketemu kakek2 yg dgn sopan nyodorin helm ke org yg lalu lalang di trotoar.

Namanya Pak Soleh, 65 tahun. Dah 10 thn jadi tukang ojek, sebelumnya pedagang kaca di Pejompongan.

Setiap hari Pak Soleh bergerak dari rumahnya di Sawangan, Depok menuju stasiun Palmerah. Buat Pak Soleh, gak gampang dapetin penumpang, "Orang rata2 pada takut kalo yg nyetirin udah tua kaya saya, neng". Jadinya, rata-rata sehari Pak Soleh bawa pulang 60 ribu rupiah, hasil ngojek seharian. Ini dibawah pendapatan tukang ojek konvensional lainnya.

20 menit ngobrol ngalor ngidul sepanjang perjalanan. Menjelang Mega Kuningan, gw tanya berapa ongkosnya. "Terserah. Seikhlas penumpang aja". Gw desak untuk sebut angka, jawaban Pak Soleh "Kalo 20 ribu kemahalan nggak Neng?"

Di dompet, ada 170 ribu. 

20 ribu gw simpen, selebihnya...rezeki Pak Soleh yg kebetulan nangkring dulu di dompet gw.
Mata Pak Soleh berkaca-kaca ketika rupiah berpindah. Gw pinta nomor hpnya dan langsung pamit, nggak mau ketauan kalo mata gw juga tiba2 kelilipan.

Malu, dah bnyk yg Tuhan kasih, tapi gw selalu meminta lebih. Mau mobil yg lebih keren, mau tas yg lebih bnyk, dan lebih-lebih lainnya.

Barakallah ya Pak Soleh. Skrg, yg bakal saya cari di stasiun Palmerah Bapak, bukan ojek2 promo.
Berawal dari status tersebut, akhirnya berlanjut menjadi seperti berikut:

Yang perempuan namanya Dewi Rachmayani biasa di panggil Decil...
Yg kakek bernama pak Soleh...

2 orang ini tidak saling kenal sebelumnya...
Tapi...mari kita lihat cara Allah mempertemukan mereka dan menjadikan yang satu sebagai pembuka pintu rizkinya...

Adalah Soleh seorang kakek berusia 65th yang selama ini berprofesi sebagai tukang ojek yang mangkal di stasiun pal merah...
Dengan umurnya yang semakin tua makin sedikit orang yang memilih diantar dengan beliau dengan alasan klo udah tua pasti lambat jalannya dll...

 

 

 

Adalah Dewi yang sebenernya sudah pesan ojek lewat grab bike dan ketika ditawarkan dengan santun helm pak soleh agar mau naik ojeknya kemudian mengambil peluang tersebut dan mengcancel orderan grab bike nya...

Hati Dewi tersentuh oleh kesantunan sang bapak...
Dan sang bapak hanya berikhtiar dengan harapan ini adalah rejekinya...

Dalam perjalanan Decil yang kebetulan seorang produser tentu banyak tanya kenapa si kakek masih bekerja di usianya yang senja dan tentu saja pak Soleh bercerita dengan jujur tentang kehidupannya...

Hati nurani Dewi tergugah apalagi pak Soleh tidak mau pasang tarif harga berapa yang harus dibayar malah bertanya jika 20rb kemahalan apa tidak dari jarak sejauh pal merah kuningan...

Ketulusan masing-masing pihak akhirnya menjadi pemenang...
Pak Soleh ikhlas dikasih berapa aja ..
Decil ikhlas sebagian besar uang yang tersisa di dompetnya berpindah...

Tidak hanya itu Decil yang pintar meminta no telp pak Soleh dan memfotonya sebagai dokumen...dia berharap klo dia cerita di medsos minimal akan ada orang yang mau pake jasa pak Soleh...

Kun fayakun...
Nurani menang...cerita keikhlasan ini goes viral...dan pak Soleh tiba-tiba mendapat orderan dimana2 dan rejeki yang berdatangan terus.menerus..

Sehingga puncak kebahagiaan ini adalah ketika Decil mengundang pak soleh ke NET tv tempat Decil bekerja...
Pak Soleh dan istri mendapatkan hadiah umroh dari salah satu penonton yang mulia..

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kisah jujur Abu Bakar berikan semua hartanya demi kemajuan Islam

Rasulullah SAW dikenal sebagai nabi yang jujur. Bahkan, dengan kejujurannya Beliau dijuluki Al Amin yang berarti dapat dipercaya.

Namun tak hanya Rasulullah yang mempunyai sifat seperti itu. Salah satu sahabatnya Abu Bakar juga memiliki sifat jujur. Abu Bakar sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah dan keluarganya.

Abu Bakar adalah orang yang hanif yaitu orang cenderung pada kebenaran. Abu Bakar tidak pernah minum minuman keras, tidak pernah berjudi, dan berzina. Selain itu, Abu Bakar rajin bekerja. Dia sangat ulet dan tidak pernah menyerah.

Dalam berdagang dia tidak pernah menipu. Dia sangat jujur sehingga kejujuran dan kebaikannya dikenal banyak orang.

Dengan berdagang, Abu Bakar menjadi orang kaya dan terhormat. Banyak orang datang kepadanya meminta bantuan. Abu Bakar tidak pernah menolak orang yang minta pertolongannya.

Dengan lemah lembut, ramah dan murah senyum dia melayani orang-orang lemah. Abu Bakar tidak pernah meminta balasan dari mereka.

Abu Bakar orang yang sangat mendukung dakwah Nabi Muhammad. Semua waktu, tenaga dan pikirannya dicurahkan untuk kemajuan Islam.

Bahkan, dia tak segan memberikan seluruh hartanya untuk perjuangan tersebut. Kala itu Rasulullah bertanya kepada sahabatnya tersebut, "Hai, Abu Bakar, kau infakkan seluruh hartamu. Lalu apa yang kau tinggalkan untuk anak istrimu?.

Dengan tegas dia menjawab, "Aku pasrahkan anak istriku kepada Allah dan Rasul Nya,".

Abu Bakar tak pernah takut menderita dengan memberikan semua hartanya di jalan Allah. Menurutnya, semua penderitaan dan kesedihan tak akan terasa bila dia tetap bersama Rasulullah.

Beliau lebih mencintai Allah dan Rasulullah dari pada keluarganya. Lantaran kejujurannya Abu Bakar mendapat julukan sebagai As-Shiddiq (orang yang membenarkan). Tidak itu saja, jaminan masuk surga secara langsung, pun telah beliau genggam dari Rasulullah.

Allah berfirman dalam surat Al Layl ayat 17-21, "Dan kelak akan dijauhkan dari neraka itu orang yang paling bertakwa, yang memberikan hartanya untuk menyucikan diri, tidaklah bagi seorang pun selainnya yang tidak mengharap nikmat sebagai balasan, kecuali menghendaki 
wajah Tuhannya yang Maha Luhur, dan niscaya (Tuhannya) akan meridhoi,". (QS Al Layl: 17-21). 

 

Utsman yang pemalu, Malaikat pun Malu kepadanya

“Bagaimana aku tidak merasa malu dengan orang yang malaikat saja malu kepadanya.” (HR. Muslim)
Hampir semua sahabat nabi memiliki keunikan sendiri-sendiri. Bersinergi dan berpadunya kompetensi yang unik tersebut menjadikan barisan Rasulullah saw. dan sahabat menjadi barisan yang kuat, kokoh dan maju. Beberapa sifat dan kelebihan Utsman bin Affan diantaranya adalah seperti sifat lembut dan pemalu, disamping kedermawanan, kesabaran, dan jasanya yag besar dalam penghimpunan al-Qur’an dalam satu mushaf Utsmani.

Keunikan Utsman bin Affan terletak pada kelembutan dan sifat pemalunya. Ia adalah seorag sahabat yang sangat lembut dan pemalu. Meskipun, tentu saja bersikap tegas, karena ia juga mengikuti hamper seluruh peperangan bersama Nabi saw., kecuali perang Badar karena harus merawat istrinya Ruqayyah yang sedang sakit.

Pada suatu hari, Rasulullah saw. tidur terlentang, sedang kedua betisnya terbuka. Abu bakar dan Utsman meminta masuk dan beliau tetap membiarkan betisnya terbuka. Tatkala Utsman meminta izin untuk masuk, beliau langsung menutup betisnya dan berkata, “Bagaimana aku tidak merasa malu dengan orang yang malaikat saja malu kepadanya.” (HR. Muslim)

Rasulullah bersabda,”Umatku yang paling pengasih adalah Abu Bakar, yang paling keras menegakkan agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman……” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi)

Syaikh Khalid Muhammad Khalid dalam kitabnya Rijal Hawla ar-Rasul mengatakan, “Utsman memiliki banyak watak yang penuh dengan kebaikan dan harga diri. Dari pribadinya memancar bau semerbak kasih sayang dimanapun Anda menjumpainya.”

Kasih sayang yang tersebar dalam kehidupannya seperti air yang mengalir dalam batang yang hijau. Kita dapati kasih sayangnya menjadi pelita seluruh hidupnya. Kasih sayang telah meresap dalam hidup dan tingkah lakunya, kesetiaannya terhadap kasih sayang jauh lebih kuat disbanding hidup tanpa mendapatkan tempat dibarisan terdepan dari orang-orang yang penyayang dan sholeh. Ia seorang yang taat kepada Allah dan penyayang.

Ia suka berpuasa disiang hari, shalat dimalam hari, dan hatinya memancarkan kasih sayang.

Utsman berkata dalam dirinya, “Aku tidak pernah berzina maupun mensuri, baik dimasa jahiliyah maupun dimasa Islam.” Adakah diantara kita yang memiliki sejarah yang begitu bersih dan jernih sebagaimana Utsman? Ketika turun firman Allah swt. “Ataukah orang yang beribadah diwaktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharap rahmat Tuhannya?

Katakanlah, Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orag yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yag menerima pelajaran.” (QS. Az-Azumar: 9) Abdullah Umar berkata ia adalah Utsman.”

 

 

 

Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan

Kota batik Pekalongan di pertengahan tahun 1960an menyambut fajar dengan kabut tipis , pukul setengah enam pagi polisi muda Royadin yang belum genap seminggu mendapatkan kenaikan pangkat dari agen polisi kepala menjadi brigadir polisi sudah berdiri di tepi posnya di kawasan Soko dengan gagahnya. Kudapan nasi megono khas pekalongan pagi itu menyegarkan tubuhnya yang gagah berbalut seragam polisi dengan pangkat brigadir.

Becak dan delman amat dominan masa itu , persimpangan Soko mulai riuh dengan bunyi kalung kuda yang terangguk angguk mengikuti ayunan cemeti sang kusir. Dari arah selatan dan membelok ke barat sebuah sedan hitam ber plat AB melaju dari arah yang berlawanan dengan arus becak dan delman . Brigadir Royadin memandang dari kejauhan ,sementara sedan hitam itu melaju perlahan menuju kearahnya. Dengan sigap ia menyeberang jalan ditepi posnya, ayunan tangan kedepan dengan posisi membentuk sudut Sembilan puluh derajat menghentikan laju sedan hitam itu. Sebuah sedan tahun lima puluhan yang amat jarang berlalu di jalanan pekalongan berhenti dihadapannya.

Saat mobil menepi , brigadir Royadin menghampiri sisi kanan pengemudi dan memberi hormat.

“Selamat pagi!” Brigadir Royadin memberi hormat dengan sikap sempurna . “Boleh ditunjukan rebuwes!” Ia meminta surat surat mobil berikut surat ijin mengemudi kepada lelaki di balik kaca , jaman itu surat mobil masih diistilahkan rebuwes.

Perlahan , pria berusia sekitar setengah abad menurunkan kaca samping secara penuh.

“Ada apa pak polisi ?” Tanya pria itu. Brigadir Royadin tersentak kaget , ia mengenali siapa pria itu . “Ya Allah…sinuwun!” kejutnya dalam hati . Gugup bukan main namun itu hanya berlangsung sedetik , naluri polisinya tetap menopang tubuh gagahnya dalam sikap sempurna.

“Bapak melangar verbodden , tidak boleh lewat sini, ini satu arah !” Ia memandangi pria itu yang tak lain adalah Sultan Jogja, Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dirinya tak habis pikir , orang sebesar sultan HB IX mengendarai sendiri mobilnya dari jogja ke pekalongan yang jauhnya cukup lumayan., entah tujuannya kemana.

Setelah melihat rebuwes , Brigadir Royadin mempersilahkan Sri Sultan untuk mengecek tanda larangan verboden di ujung jalan , namun sultan menolak.

“ Ya ..saya salah , kamu benar , saya pasti salah !” Sinuwun turun dari sedannya dan menghampiri Brigadir Royadin yang tetap menggengam rebuwes tanpa tahu harus berbuat apa.

“ Jadi…?” Sinuwun bertanya , pertanyaan yang singkat namun sulit bagi brigadir Royadin menjawabnya .

“Em..emm ..bapak saya tilang , mohon maaf!” Brigadir Royadin heran , sinuwun tak kunjung menggunakan kekuasaannya untuk paling tidak bernegosiasi dengannya, jangankan begitu , mengenalkan dirinya sebagai pejabat Negara dan Rajapun beliau tidak melakukannya.

“Baik..brigadir , kamu buatkan surat itu , nanti saya ikuti aturannya, saya harus segera ke Tegal !” Sinuwun meminta brigadir Royadin untuk segera membuatkan surat tilang. Dengan tangan bergetar ia membuatkan surat tilang, ingin rasanya tidak memberikan surat itu tapi tidak tahu kenapa ia sebagai polisi tidak boleh memandang beda pelanggar kesalahan yang terjadi di depan hidungnya. Yang paling membuatnya sedikit tenang adalah tidak sepatah katapun yang keluar dari mulut sinuwun menyebutkan bahwa dia berhak mendapatkan dispensasi. “Sungguh orang yang besar…!” begitu gumamnya.

Surat tilang berpindah tangan , rebuwes saat itu dalam genggamannya dan ia menghormat pada sinuwun sebelum sinuwun kembali memacu Sedan hitamnya menuju ke arah barat, Tegal.

Beberapa menit sinuwun melintas di depan stasiun pekalongan, brigadir royadin menyadari kebodohannya, kekakuannya dan segala macam pikiran berkecamuk. Ingin ia memacu sepeda ontelnya mengejar Sedan hitam itu tapi manalah mungkin. Nasi sudah menjadi bubur dan ketetapan hatinya untuk tetap menegakkan peraturan pada siapapun berhasil menghibur dirinya.

Saat aplusan di sore hari dan kembali ke markas , Ia menyerahkan rebuwes kepada petugas jaga untuk diproses hukum lebih lanjut.,Ialu kembali kerumah dengan sepeda abu abu tuanya.

Saat apel pagi esok harinya , suara amarah meledak di markas polisi pekalongan , nama Royadin diteriakkan berkali kali dari ruang komisaris. Beberapa polisi tergopoh gopoh menghampirinya dan memintanya menghadap komisaris polisi selaku kepala kantor.

“Royadin , apa yang kamu lakukan ..sa’enake dewe ..ora mikir ..iki sing mbok tangkep sopo heh..ngawur..ngawur!” Komisaris mengumpat dalam bahasa jawa , ditangannya rebuwes milik sinuwun pindah dari telapak kanan kekiri bolak balik.

“ Sekarang aku mau Tanya , kenapa kamu tidak lepas saja sinuwun..biarkan lewat, wong kamu tahu siapa dia , ngerti nggak kowe sopo sinuwun?” Komisaris tak menurunkan nada bicaranya.

“ Siap pak , beliau tidak bilang beliau itu siapa , beliau ngaku salah ..dan memang salah!” brigadir Royadin menjawab tegas.

“Ya tapi kan kamu mestinya ngerti siapa dia ..ojo kaku kaku , kok malah mbok tilang..ngawur ..jan ngawur….Ini bisa panjang , bisa sampai Menteri !” Derai komisaris. Saat itu kepala polisi dijabat oleh Menteri Kepolisian Negara.

Brigadir Royadin pasrah , apapun yang dia lakukan dasarnya adalah posisinya sebagai polisi , yang disumpah untuk menegakkan peraturan pada siapa saja ..memang Koppeg(keras kepala) kedengarannya.

Kepala polisi pekalongan berusaha mencari tahu dimana gerangan sinuwun , masih di Tegalkah atau tempat lain? Tujuannya cuma satu , mengembalikan rebuwes. Namun tidak seperti saat ini yang demikian mudahnya bertukar kabar , keberadaa sinuwun tak kunjung diketahui hingga beberapa hari. Pada akhirnya kepala polisi pekalongan mengutus beberapa petugas ke Jogja untuk mengembalikan rebuwes tanpa mengikut sertakan Brigadir Royadin.

Usai mendapat marah , Brigadir Royadin bertugas seperti biasa , satu minggu setelah kejadian penilangan, banyak teman temannya yang mentertawakan bahkan ada isu yang ia dengar dirinya akan dimutasi ke pinggiran kota pekalongan selatan.

Suatu sore , saat belum habis jam dinas , seorang kurir datang menghampirinya di persimpangan soko yang memintanya untuk segera kembali ke kantor. Sesampai di kantor beberapa polisi menggiringnya keruang komisaris yang saat itu tengah menggengam selembar surat.

“Royadin….minggu depan kamu diminta pindah !” lemas tubuh Royadin , ia membayangkan harus menempuh jalan menanjak dipinggir kota pekalongan setiap hari , karena mutasi ini, karena ketegasan sikapnya dipersimpangan soko .

“ Siap pak !” Royadin menjawab datar.

“Bersama keluargamu semua, dibawa!” pernyataan komisaris mengejutkan , untuk apa bawa keluarga ketepi pekalongan selatan , ini hanya merepotkan diri saja.

“Saya sanggup setiap hari pakai sepeda pak komandan, semua keluarga biar tetap di rumah sekarang !” Brigadir Royadin menawar.

“Ngawur…Kamu sanggup bersepeda pekalongan – Jogja ? pindahmu itu ke jogja bukan disini, sinuwun yang minta kamu pindah tugas kesana , pangkatmu mau dinaikkan satu tingkat.!” Cetus pak komisaris , disodorkan surat yang ada digengamannya kepada brigadir Royadin.

Surat itu berisi permintaan bertuliskan tangan yang intinya : “ Mohon dipindahkan brigadir Royadin ke Jogja , sebagai polisi yang tegas saya selaku pemimpin Jogjakarta akan menempatkannya di wilayah Jogjakarta bersama keluarganya dengan meminta kepolisian untuk menaikkan pangkatnya satu tingkat.” Ditanda tangani sri sultan hamengkubuwono IX.

Tangan brigadir Royadin bergetar , namun ia segera menemukan jawabannya. Ia tak sangup menolak permntaan orang besar seperti sultan HB IX namun dia juga harus mempertimbangkan seluruh hidupnya di kota pekalongan .Ia cinta pekalongan dan tak ingin meninggalkan kota ini .

“ Mohon bapak sampaikan ke sinuwun , saya berterima kasih, saya tidak bisa pindah dari pekalongan , ini tanah kelahiran saya , rumah saya . Sampaikan hormat saya pada beliau ,dan sampaikan permintaan maaf saya pada beliau atas kelancangan saya !” Brigadir Royadin bergetar , ia tak memahami betapa luasnya hati sinuwun Sultan HB IX , Amarah hanya diperolehnya dari sang komisaris namun penghargaan tinggi justru datang dari orang yang menjadi korban ketegasannya.

July 2010 , saat saya mendengar kepergian purnawirawan polisi Royadin kepada sang khalik dari keluarga dipekalongan , saya tak memilki waktu cukup untuk menghantar kepergiannya . Suaranya yang lirih saat mendekati akhir hayat masih saja mengiangkan cerita kebanggaannya ini pada semua sanak family yang berkumpul. Ia pergi meninggalkan kesederhanaan perilaku dan prinsip kepada keturunannya , sekaligus kepada saya selaku keponakannya. Idealismenya di kepolisian Pekalongan tetap ia jaga sampai akhir masa baktinya , pangkatnya tak banyak bergeser terbelenggu idealisme yang selalu dipegangnya erat erat yaitu ketegasan dan kejujuran .

Hormat amat sangat kepadamu Pak Royadin, Sang Polisi sejati . Dan juga kepada pahlawan bangsa Sultan Hamengkubuwono IX yang keluasan hatinya melebihi wilayah negeri ini dari sabang sampai merauke.

 

Kisah si penggembala kambing yang jujur

kisah Abdullah bin Masud seorang yang punya sifat jujur. Abdullah bin Masud merupakan seorang penggembala kambing. Dia menggembala kambing milik seorang petinggi Quraisy Uqbah bin Abi Muaith. Dari pagi hingga sore dia menggembala.

Pada suatu hari saat menjaga ternaknya, ada dua orang laki-laki paruh baya menghampirinya. Kedua laki-laki itu nampak haus dan kelelahan. Mereka kemudian memberi salam kepada Abdullah bin Masud dan memintanya untuk memerahkan 
susu kambing tersebut.

Akan tetapi, Abdullah bin Masud menolak memberikan susu itu karena bukan miliknya. "Kambing-kambing ini bukan milik saya. Saya hanya memeliharanya," katanya jujur.

Mendengar jawaban itu, dua laki-laki tersebut tak memberikan bantahan. Walau pun sangat kehausan, mereka sangat senang dengan jawaban jujur si penggembala. Kegembiraan ini sangat jelas di wajag mereka.

Ternyata kedua orang itu adalah Rasulullah SAW dan sahabatnya Abu Bakar Ash Shiddiq. Hari itu, keduanya pergi ke pegunungan Makkah untuk menghindari perlakuan kejam kaum Quraisy.

"Apakah kau mempunyai kambing betina yang belum dikawinkan?," tanya Rasulullah. "Ada," jawab Abdullah. 

Lalu Abdullah mengajak Rasulullah dan sahabatnya melihat seekor kambing betina yang masih muda. Kemudian, 
kaki kambing itu diikat. Rasulullah menyuapkan tangannya ke tubuh kambing tersebut sambil berdoa kepada Allah. 

Saat itulah turun rizki dari Allah. Tiba-tiba saja susu kambing itu mengalir sangat banyak. Abu Bakar segera mengambil sebuah batu cekung yang digunakan untuk menampung air susu hasil perahan.

Ketiganya pun meminumnya bersama-sama. Setalah itu, Rasulullah berkata "kempislah". Seketika susu kambing menjadi kempis dan tidak mengeluarkan susu lagi.

Abullah pun takjub dan terkejut menyaksikan hal tersebut. Sebab kambing tersebut sebelumnya belum pernah mengeluarkan air susu. Tapi di depan matanya saat itu kambing malah mengeluarkan air susu yang banyak dan dinikmati bersama.

Itu adalah karunia Allah. Muncul kekaguman Abullah kepada tamunya. Tak lama usai peristiwa itu, Abdullah memeluk agama Islam dan kelak menjadi salah satu penghafal Alquran terbaik. 

Comments

Popular posts from this blog

CONTOH DOKUMEN LITERAL DAN KORPORIL

SOAL ULANGAN MI FIKIH DAN AKIDAH AKHLAK KELAS 2 SAMPAI 6

KUMPULAN CERITA RAKYAT DALAM BAHASA INGGRIS