KUMPULAN PUISI
Tak ada yang bisa menandingi sebuah
cerita darimu
Kau ibaratkan penawar segalanya
Lenyahkan asa nan duka demi suatu cita
Namun dibalik itu semua kau bisa berbuat sebaliknya
Kau datang saat kau butuh
Semuanya baik tanpa ada sebabnya
Kau menjelma bagai dewi
Namun kau menyakutu bagai duri
Sahabat…
Andai kau tahu sedih hatiku
Pasti kau ikut merasakannya, >>...
Aku harus lebih cepat lagi,,
Hingga dapat yang lebih baik lagi,,,
Namun bingung masih menyelimuti,,,
Apakah Tuhan meridhoiku,,,
Dengan dosa yang sedemikian banyak,,,
Apakah iya,,?
Takut hingga tak percaya diri meliputiku,,
Semoga aku dapat yakin kembali,,
Sahabatku
Ku jelajahi sejarah kenanganku.
Ku putar rekaman masalaluku.
Menghadirkan kembali masa itu.
Masa – masa di putih biru.
Yang tidak terhapus,
Walau terombak waktu.
Potret wajahmu melintas..
Indah dalam lamunaku.
Seketika teringat akan sosokmu.
Sosok sahabat hidupku.
Sahabat Putih-Biru
Kujelajahi sejarah kenangan
kuputar rekaman masalalu
menghadirkan kembali masa itu
masa-masa putih-biru
Walau terombak waktu
potret wajahmu melintas
seketika teringat sosokmu
sosok sahabat putih-biru
Karya Nia Pertiwi
Desa Andir, Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat
Menyesap Kopi di Suatu Pagi
Mari, kuajak kau
menuang kopi pada selembar lepek
agar semua bebanmu-bebanku
larut dalam tiap tetes pekatnya
Hingga akhirnya kita tuntaskan dahaga
pada kuncup-kuncup bahagia
menunggu di akhir waktu
yang tetap saja bisu
Oleh Sektor Sembilan
(kebun rojo-jombang)
Detik
Sahabat
Detik waktu melukis sejarah
beragam cerita telah kita lalui
suka maupun duka
tersimpan dalam memori
Sahabat…
genggam tanganku
aku hadir di hatimu
walau terpisah dimensi dan waktu
aku selalu di sisimu
Kepada langit rembulan dan bintang
bintang yang terlentang di malam panjang. Rebah jiwa dan raga dalam gelap
gulita malam yang merayap pelan dan diam diam. Di keheningan,ku menghitung
waktu dalam kilatan cahaya merah putih kembang api yang dilontarkan tengah
malam. Ku menerawang, masih adakah hari esok yang tersisa untuk ku nanti.
Memandang langit rembulan dan >>...
Di jalanan kulihat pemburu waktu Di
pasar kulihat pemburu uang Di kantoran kulihat pemburu pengakuan Di sekolah
kulihat pemburu kurikulum Pagi ini mataku membaca berita Seorang ayah menyudahi
ia dan bayinya bersama di dunia dan di akhirat Pagi ini telingaku mendengar
cerita Seorang istri melukai dirinya karena terluka menganga perasaan nya Pagi
ini hidungku mencium >>...
Sejak awal kumemulai mengenal dunia
Sejak itu juga kumemulai memahami arti hidup
Banyak kisah yang telah aku lewati
Demi mengejar impian
Semua kisah itu tak dapat ku
lupakan dari memoryku
>>...
Tersentak,terbangunku dari lelapnya
tidurku.
Peluh banjiri tubuh lelah ini, fikiran berkecamuk,desak ingatan akan mimpiku
barusan.
Air mata pun tak dapat kubendung
hati bagai tercabik cabik,luka begitu dalam,yang sedang kualami terbawa mimpi.
Dua mataku saksikan dirimu hanyut
dalam pelukkanya,jiwa meronta tak berdaya,bibir bungkam tak dapat bicara,ingin
kuhindari dan berlari tapi dua kaki tak mampu berdiri.
Pasrah pilihan terbaik,ikhlas adalah
>>...
Amazingly,
Aku ada kaki untuk berjalan,
Setiap detail perjalanan dapat aku hargai dengan lebih mendalam,
Aku bina hidup aku untuk menjadi lebih senang,
Saat kekayaan menggunung,
Aku akan kembali semula pada kosong,
Detik masa yang sukar hanya sementara,
Aku mula mengawal minda aku untuk tidak mengharapkan milikan selamanya,
Hidupku,
Aku mahu terus dengan iman,
Hanya >>...
Berlari mengejar mimpi,
Tersungkur aku dilembah fitnah,
Hidup dalam kesatuan,
Mencari gua ingin bersembunyi,
Dimana pautan,
Allahummasolliala saiyidina Muhammad,
Aku angankan cahaya,
Aku percayai,
Aku melihat dan merasa,
Petunjuk yang diberi,
Aku mendoakan agar dilindungi hidayah dan rahmah,
Percaya tersenyum kadang menangis,
Sahabatku kalamullah,
Dari kecil dodoyan ini dimainkan dibibir bonda,
Hidup dalam kecintaan dan >>...
biar kita tidak boleh mengubah
dunia,
tapi jangan kita berubah kerana dunia,
segalanya jenaka memberi gambaran mempersona,
keasyikannya sementara untuk berfoya-foya,
penderitaan itu akan menjadi sahabatmu mempersendakan kehancuran,
sandiwara yang tercipta semuanya palsu,
hidup di dunia ini bukan untuk jadikan kau duniawi,
hasil titik peluhmu biar sedikit digunakan untuk keperluanmu sahaja,
bukan harta yang dikumpul >>...
biar mereka mencari salah,
kelak akan jumpa jawapan setiap persoalannya,
memang manusia itu diciptakan untuk selalu tertanya-tanya,
bak kata cikgu, jika tidak bertanya kau tidak akan memahami pelajaran itu,
malu bertanya juga akan sesat jalan,
biar mereka mencari salah,
sesungguhnya mereka ingin mencari cacat cela yang ingin dihebahkan,
biar mereka tertunduk malu akan pengakuannya sendiri,
bila aku pergi,
selagi hayat masih ada,
akan ku pulang dengan cinta,
meskipun aku tersesat,
aku akan berusaha mencari jalan pulang,
jangan bersedih,
sesungguhnya jiwaku, takdirku dan keselamatanku dalam jagaan Tuhanku,
walau kudratku lemah,
aku takkan berhenti berusaha untuk hidup tidak meminta,
cuma aku tak mahu berhenti hidup di dunia menjadi orang tidak berguna,
aku >>...
ambillah hatiku ini ya Allah,
jangan biarkan aku sendiri meniti kehidupan,
semua yang Engkau takdirkan buatku adalah terbaik buatku,
andai sujud itu jalan menujuMu,
akan ku jadikan tahajjud itu tanda cintaku,
biar mereka berkata aku kurang akal,
atas setiap perbuatanku adalah untuk mencariMu,
merungkai segala hikmah yang Kau beri,
pimpinlah aku kembali Tuhan,
jadikan tawakkalku >>...
Kerja seharian bukan untuk kejar
Wang,
Hanya untuk jadi manusia,
Bukan untuk Hilang kemanusiaan,
Hanya mahu mengenal apa itu dunia,
Adakah manis akan keindahan yang sementara,
Walaupun terdapat banyaknya penipuan,
Jagaan keselamatan kita bukan pada sistem yang mengawal kehidupan kita,
Makhluk dan ciptaan sistetik itu ada kelemahannya,
Aku akui Tuhan sebagai peganganku,
Walau manusia menyalah >>...
Mana mungkin si miskin mampu
memberi,
Jangan cuba meminta padanya,
Memberi menyebabkan jiwanya semakin kontang,
Dia hanya mampu meminta-minta,
Lebih baik menyendiri daripada dihina,
Jiwanya sudah hancur pada pencinta dunia,
Masakan lagi memberi,
Minta saja pada Yang Maha kaya,
Untuk dijadikan dirinya dermawan,
Penuhkan kebahagiaan didalam jiwa,
Si miskin tidak boleh memberi tapi hanya menerima,
Dia senyum,
Katanya indah,
Dia pemurah,
Tapi menyesatkan,
Bila dia mula menyapa akidah,
Berang wajahnya akan terpancar,
Dia mahu kau ikut dia,
Kelembah maksiat yang bebas pautan dari agama,
Dia peluk sambil menyiummu,
Tanda persahabatan,
Kau jadi munafik..
Eanita adalah wanita
Sudah paruh baya
Eanita ingin apa?
Ingin pergi jalan jalan
Aku ingin wanita
Yang suka ke salon
Rambutnnya panjang
Duduk di kuburan
Eanita kemana?
Eanita ke pasar
Beli cabai dan bombai
Untuk aku dimakan
Eanita wanita
Tak peduli apa
Perasaan dan sakit
Hati dan uang
Eanita benci hidup
Benci menangis
Benci berjuang
Eanita wanita, punya perasaan
Rayuan angin seolah memberiku tanda
Deras hujan mengguyur dibumi tak henti Air mengalir seolah tak tentu arah dan
tujuan.
Jalan setapak dipenuhi oleh dedaun yg bergugur
Banyak kejadian yang terjadi dibumi ini.
Kerusakan tiada batas,
Insan yg semakin hari semakin tidak tau arah hidup.
Sang waktu berjalan seolah marah Terlalu terburu buru ia berganti
Berlari mengejar mimpi,
Tersungkur aku dilembah fitnah,
Hidup dalam kesatuan,
Mencari gua ingin bersembunyi,
Dimana pautan,
Allahummasolliala saiyidina Muhammad,
Aku angankan cahaya,
Aku percayai,
Aku melihat dan merasa,
Petunjuk yang diberi,
Aku mendoakan agar dilindungi hidayah dan rahmah,
Percaya tersenyum kadang menangis,
Sahabatku kalamullah,
Dari kecil dodoyan ini dimainkan dibibir bonda,
Hidup dalam kecintaan dan >>...
Bantu aku dari diri sendiri,
Apa yang diingini dan apa yang dilakukan,
Fitrah kembalikan aku pada ketundukan jiwa,
Dunia makin ditakuti,
Dunia itu adalah diri sendiri,
Ya Allah bantu aku,
Aku hilang, aku lemas,
Yang didambakan jiwa sejernih embun,
Yang didambakan kemanisan iman,
Namun masanya masih belum berakhir pada kehidupan yang sementara,
Kadang aku malu >>...
Di seperempat ruangan yang kelam
Aku melirik sunyi di sudut dinding yang membisu
Ia menatapku tajam
Seolah waktu telah memperbudak bola matanya.
Jendela yang setengah menganga
Memamerkan rintik hujan yang mati suri
Aku enggan peduli.
Sudah biasa di rayu malam pada sepi beradik sunyi
Ramai mati kaku diinjak sepi
Suka mati kaku diinjak duka
Aku >>...
Aku berbuat baik..
Tapi mereka menghakimi..
Aku sadar ini adalah ketentuan Tuhan..
Yang sedang mengajarkanku keikhlasan..
Ya Allah..
Jika ini memang ujian darimu
Kuatkanlah aku
Jangan biarkan imanku jauh..
Hanya karena setitik pedih darimu
Kebenderangan
Kala malam semakin larut
Aku terpaku di dalam kesunyian
Terdiam menatap ilusi kesendirian
Diriku seakan terbiar dalam kehampaan
Kebekuan jiwa menjelma
Kedinginan nurani selalu menemani
Aku merindu tentang kehangatan
Aku bermimpi tentang keindahan
Saat tirai kegalauan mulai tersibak
Fatamorgana menjauh dari realita
Hingga tersingkaplah kebenderangan
Makna kedamaian yang hakiki
Arti Cinta
Di dalam kedinginan jiwaku
Kau hadir mendekap erat kalbuku
Dalam kesendirian nuraniku
Kau temani aku dengan kemesraan
Dalam kegalauan jiwaku
Kau hadir untuk menghiburku
Dalam kesepian malamku
Kau hadir dalam indahnya mimpiku
Tiada yang kupikirkan selama ini
Kecuali aku merasa berarti bersamamu
Kan kuayun langkahku ini
Bersama irama kerinduan
Kangen khan slalu menyelimuti hatiku
Tak ada sesuatu terindah untuku
Karena kau segala-galanya bagiku
Arti perasaan
Dikala aku merindu
Ingin kutulis sejuta syair indah
Ingin rasanya aku berkisah
Tentang semua kekangenanku
Di saat ini seolah aku sulit mencari
Dermaga yang berairkan tinta emas
Dan pena antik untuk mengukirnya
Aku takut terdampar di pulau sana
Yang penuh dengan ketidakpastian
Paradigma ?!!!
Hari demi hari terus berjalan
Pergantian waktupun tidak dapat dielakan
Perubahan adalah sebuah realitas yang harus dihadapi
Sebagai konsekwensi logis atas akhir dari setiap langkah
Paradigma hidup merupakan acuan dalam melangkah
Sebagai barometer dalam menjalani hidup
Menuju sebuah wujud misteri
‘Cita-cita’
Perenungkan kembali tentang Paradigma hidup
Tentang cita-cita yang tergantung di angkasa
Katakanlah kamu bisa untuk meraihnya
Kamu bisa untuk menjalaninya
Gapailah semuanya
‘Sungguh beruntunglah orang yang slalu mensucikan diri
(Kembali kepada fitrah dan kesucian )’
‘Selamat Ulang Tahun ’
Success for You
©
Kujelang….
Pagi yang indah kujelang kembali
Menghempaskan mimpi meraih bergantinya hari
Di ufuk timur tersirat cahaya kedamaian
Membangkitkan semangat menghangatkan perasaan
Hembusan angin menemaniku berjalan
Mengiringi langkah berpadu dalam kepastian
Gemersik dedaunan bak irama kehidupan
Selalu setia menyanyikan lagu kemenangan
Dalam menggapai makna cita dan cinta
Dalam mewujudkan makna hidup yang sesungguhnya
Biarkan pergantian hari terus berjalan
Karena setiap saat akan selalu kujelang
Bingkai kehidupan
Masa demi masa berlalu sudah
Kemana kaki jalan melangkah
Liku-liku kehidupan mengukir sejarah
Kini saatnya berpotret diri
Berbenah dari segala keburukan
Meningkatkan semua kebaikan
Ramadhan sebentar khan tiba
Kini saatnya tuk membuka pintu hati
Memaafkan semua kehilafan
Mari kita sambut dengan gembira
Dengan memperbanyak ibadah
Tuk menggapai tingkatan taqwa
Derajat tertinggi disisi khalik
Semoga Allah selalu membimbing kita
Dan nanti memasukkan kita dalam surga-Nya
Amiin
Puisi angin
Di kesepian malam aku sendiri
Termenung dibawah cahaya
rembulan
Pucuk-pucuk daun meliuk indah
Mengikuti irama angin perlahan
Angin…., Aku hargai kau
menghiburku
Memang tidak ingin aku
berlama-lama
Larut dengan gelapnya malam
Terombang-ambing oleh kelamnya
awan
Angin…., Tolong katakan pada
bintangku
Aku rindu dan berharap dia
hadir disini
Dengan segala ketulusan
cintanya
Ingin aku mengajaknya
bernyanyi
Menari, berdansa berdua
Angin…, katakanlah padanya
Aku perlu belaian sejuta
kasihnya
Ingin aku menikmati indahnya
malam ini
Dengan kehangatan peluk
mesranya
Angin…, untuk yang terakhir
Katakanlah padanya
Aku benci dengan kesendirian
ini
Kesendirian
Di kesepian malam aku sendiri
Fikiran menerawang menjelajah
angkasa
Ingin rasanya kubuka semua
tabir gelap
Sehingga bisa kunikmati
indahnya rembulan
Beserta gemerlapnya selaksa
bintang
Semilir angin berhembus
perlahan-lahan
Seolah tak ingin mengusikku
dari lamunan
Pucuk-pucuk daun menari penuh
kemesraan
Seakan tiada bosan untuk
selalu menghibur
Semua gundah dan keresahan
hatiku
Ketika malam semakin larut
Aku sadari akan kesenmdirianku
Semuanya memang penuh
ketidakpastian
Kecuali…. Bisa kunikmati sisa
hidup ini
Dengan cinta dan kasih sayang
Dimana semuanya serba tulus
Dimana semuanya serba ikhlas
Dimana semuanya penuh kerelaan
Tanpa pamrih dan pengharapan
Kepastain
Ketika kupaksa mata ini
terpejam
Justru hati terus cerita
Bicara tentang kesepian malam
Tentang matahari yang telah
tenggelam
Kesepian adalah pengharapan
kasih
Sedang tenggelam adalah masa
lalu
Saat akhir tidak berarti
kebahagiaan
Perasaan menjadi terlukakan
Khan kucari mutiara ketulusan
Kristal mujarab penawar
kepedihan
Sungguh, hanya sang dewi yang
memiliki
Sebelum fajar di ufuk timur
menjelang
Kupastikan sang dewi adalah
penentuan
Kesembuhan atas sayatan
luka-luka ini
Cinta
Ketika aku datang
Di dunia pewayangan cinta
Cuma satu yang aku bawa
Perasaan kasih di dalam dada
Yang bisa merubah satu wacana
Menjadi cerita panjang
Yang berbelit susah
mengambarkannya
Tak ada alasan lain tentang
cinta
Karena hanya satu yaitu kasih
Kecuali hanya mengada-ada
Kalau ada aku tak percaya
Alasan itu dipaksakan
Dan akan aku katakan
Sungguh malang nasib mereka
Karena tak beda dengan si
penjaja
Cinta adalah rindu
Yang datang dari dalam kalbu
Bisa membawa tentram
Dalam merih kedamaian hidup
Kangen
Dalam remang cahaya lilin
Sekilas nampak kilauan kasih
Memedarkan arti kekelabuan hati
Sesaat seolah redup
Membisakan harapan cinta dan kerinduan
Dalam dada menyesak arti ketidakpastian
Sesekali ingin semua cita teraih
Namun, tak dapat menembus batas ruang
Yang semakin menjauh
Dikala sekelebat kilat menyala
Cahayanya menyilaukan mata
Bukan terang yang kuraih
Namun kegelapan setelahnya
Hamparan bunga cinta menjadi merana
Kedinginan, ingin ada yang memetiknya
Dipandang ditaruh dalam vas bunga
Walau nantinya layu
Namun hidupnya menjadi berarti
Menikmati semua tujuan yang dicapai
PERJALANAN
Saat hujan semakin deras
kusuri jalan selangkah demi selangkah
Kuraba bajuku yang sudah kuyup
serasa dingin udara menusuk
sebentar kutoleh kebelakang
Terlihat jelas roda sejarah membentang
Angin kencang
Percikan hujan
Halilintar
Semuanya adalah terpaan kehidupan
Aku berharap reda khan tiba
Terang khan menjelma
Menjadikan hidup penuh makna
Puisi Jarum Dan Jerami
Seandainya kau tak membisu
Tentu dengan mudah aku
meraihmu
Walau begitu,
Biarlah kuuji kesabaranku
Khan kuambil jerami ini
satu-satu
Sampai aku dapat menemukanmu
Lalu kau rajut kembali kainku
Fatamorgana
Gelap malam penuh kesunyian
Membukakan pintu-pintu ilusi
Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa
Saat perjalanan adalah perasaan
Hati gelisah menjadi
tumpuan
Perlahan-lahan
rasio menjauh
Akalpun pergi tanpa berpesan
Saat kusadari semuanya
Aku terbujur di negeri khayalan
Berharap akan fatamorgana
Senyumanmu
Aku terbayang akan manisnya senyumanmu
Seakan hanya aku yang menikmatinya
Namun aku hanya bisa merindu
Akankah cintaku terdampar disuatu pulau ?
Terbawa hanyut bersama gelombang kasmaran
Dan berlabuh di pantai asmara
Tetapi aku sangat yakin
Disana kita khan bercinta
Memadu kasih
Bercerita tentang hari esok
Khan kubiarkan semilir angin membelai tubuhku
Hingga aku tertidur dalam sandaran pelukmu
Namun mengapa suara ombak membangunkanku
Saat mimpiku menerawang angkasa
Menjelajahi ruang-ruang khayalan
Tuhan, mengapa aku ini ?
Terlalu menikmati senyuman itu
Apakah aku telah menduakan cintaku dari-Mu
Sampai hatiku
bergetar menahan rasa
Namun kini khan kubiarkan semua berlalu
Terhempas terbawa arus
Ke suatu negeri nun jauh disana
SIANG YANG BERLALU
Saat mentari mulai tenggelam
Sayap malam menutup perlahan
Gelap sudah menjelang
Panasnya siang jadi terlupakan
Semua berlalu
Biarkanlah siang ini berlalu
IBU
Ibu…
Kini aku tahu
Kesabaranmu
Ketabahanmu
Kecintaanmu
Ibu…
Kini aku rindu
Masakkanmu
Senyumanmu
Belaianmu
Ibu…
Aku tak akan lupa
Kebaikkanmu
Jasamu
Nasehatmu
Ibu…
Ternyata kau adalah segalanya bagiku
Kuharap kasihmu abadi selama-alamanya untukku
BUNGAKU
Bungaku…
Kala pagi atau sore hari
Kau taburkan aroma kasih
Membelai kalbu selembut awan putih
Membawaku ke alam khayalan indah
Penuh kedamaian dan kebahagiaan
Bungaku…
Kau laksana dewi kayangan
Selalu dipuji setiap orang
Sunggingan senyummu tak menjemukan
Menggoda mengetarkan hati
Bungaku…
Setiap saat aku nantikan
Lambaian tanganamu mengajakku
Melepas semua kepedihan hidup
Menyandarkan semua kesusahan
Menuju ketenangan bathin
Dalam menikmati hidup ini
Perubahan
Saat rembulan tertunduk sendu
Gema petir menggelegar
Awan kaget ikut bermuram
Mencucur hujan rintik perlahan
Merubah egois yang membatu
Menjadikan hati penuh pengharapan
Arti Kembali
Pohon besar di tanah gersang
Saat hujan Menerjang
Dia jatuh dengan terlentang
Dimakan rayap terlapukkan
Jadikan semua tak berdaya
Semuanya menjadi satu
Tidak terkenali lagi
Puisi Batu
Goresan itu
Mengukir batu jadi saksi
Membisu
Dengan satu kalimat
Aku cinta kamu !!
Penilaian Cinta
Dusun yang sepi
Ada seorang perempuan tua
Dengan suami renta yang buta
Seolah mereka tak berdaya
Mereka hanya berkebun
Itulah kedamaian mereka
Kenapa orang hanya menduga
Padahal mereka punya cinta
Yang tak seorangpun mampu menilainya
Terbujur
Aku terbujur
Di sebuah sudut yang pengap
Hanya coro yang menemaniku
Dia katakan sesuatu padaku
Orang memandang kita hina
Tetapi …
Bisakah kita katakan
Bahwa mereka bijaksana
Biarkan mereka menilai kita
karena kita adalah kita
Kepahitan
Pisau menoreh hatiku
Melukakan perasaan
Menyayat
Menjadikan hidup berubah arti
Saat takdir itu merenggut
Kepahitan adalah realita
Kebahagiaan jadi impian
Akhirpun tak terelakkan
Salam
perpisahan
Kini, hatiku tergores kesedihan
Ketika terucap salam perpisahan
Walau air mataku tak berlinang
Bukan berarti suatu kerelaan
Saat-saat langkah terayun
Jarak kita-pun semakin membentang
Akankah semuanya jadi terkenang
Atau hanyut terbawa gelombang
Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan
Sobat, dalam hatiku ini
Akan tetap membekas suatu kenangan
Kau sungguh baik, supel dan komunikatif
Siapapun mengenalmu pasti akan merindu
Namun untukku, janganlah kau biarkan
Aku terkulai lemas dalam kehampaan
Karena rasa kangenku yang tidak kau harapkan
Gelisah
Gelap malam penuh kesunyian
Lamunan jauh menerawang angkasa
Membukakan pintu-pintu mimpi
Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa
Bias keremangan memudarkan kasih
Memutar hati menguak arti ilusi
Memedarkan beribu warni cahaya
Membayang menjauh dari arah cita
Katak merengek ikut meresah
Menggugah hati kala gelisah
Air hujan menetes berduka
Membasah bumi ikut bersedih
Gema kegundahan kian bertalu
Gemercik air melantun irama nan merdu
Berhembus angin membelai lembut
Gemerisik suara daun menghibur
Membangkit menggugah kalbu
Meliuk menari rumput nan ayu
Melambai perlahan seolah mengajak
Melepas duka menjemput cinta
Merayu bernyanyi kerinduan
Menyongsong esok akan kebahagiaan
Di Sisi Malam
Ketika kabut tersibak
Rembulan memancarkan sinarnya
Malam yang muram telah berlalu
Makna kegelapan menjadi
tertampikan
Nur kebenaran adalah
kebenderangan
Saat kepala makin merunduk
Kucium tanah bukti kehinaanku
Sebagai tanda Agungnya sang
Khalik
Isak tangisan begitu lirih
Seirama kidung detak jantung
Air mata berderai tak tertahan
Mencapai kekhusukan semakin
dalam
Saat dingin semakin menusuk
Disinilah aku semakin mengenal
Tuhan
Aku Tak Ragu
Tuhan,
Aku yakin dengan segala kasih-Mu
Dan aku percaya akan semua sayang-Mu
Namun mengapa aku ini ???
Selalu tak tahu diri
Apakah ada sesuatu yang mengunci hatiku ?!
Sehingga aku lupa akan semua cinta-Mu
Tuhan,
Kau pasti selalu mendekapku
Namun aku tempikkan arti kehangatan-Mu
Apakah aku insan tak tahu balas budi ?!
Kurang bersyukur
Selalu mencari dan berharap yang lebih
Bahkan tanpa terasa dan tak tersadari
Mungkin aku memohon selain kepada-Mu
Tuhan,
Andaikan aku selalu bersujud pada-Mu
Dan bersimpuh di dalam rumah-Mu
Tentu Engkau mau menerima tobatku
Namun aku kadang merasa lain
Karena banyak
dosa yang kulakukan
Tuhan,
Aku tahu tangisku tak berarti bagi-Mu !!
Kini biarlah aku merenungi semuanya
Dan akan kucari pintu insyafku
Tapi, aku yakin dan tak meragukan
Akan semua ampunan-Mu, Tuhan.
Keagungan Tuhan
Merah merona bola api di atas cakrawala
Tanda terbitnya sang surya di ufuk pagi
Suara burung bernyanyi riang bergerak kian kemari
Menggugurkan sejuta embun dari kerindangan daun
Semua itu bukti Agungnya ciptaan Tuhan
Sebagai manusia hendaklah bersyukur
Ketemu lagi akan hari
Setelah sesaat mengunci rasa
Melupakan semua problema
Kini ditantang perjalanan hidup
Membuktikankan semua impian dan harapan
Kalau kita sadar, nyata ataupun tidak
Itulah garis takdir Tuhan
Semuanya ini perjalanan waktu
Manusia hanya bercita
Namun begitu, yakinkan diri ini
Hidup ini jangan disia-siakan
Berbagi Kasih
Kulihat daun meliuk
Disaat kejora mulai menghilang
Pagi datang begitu cepat
Sayang sungguh sayang memang
!!
Juita malam menjadi penantian
Indahnya pagi di pantai
pengharapan
Merupakan suatu makna
keceriaan
Saat ombak menuju ke tengah
Pasti ia akan kembali lagi
Membawa buih putih arti
kehidupan
Meratakan hamparan pasir yang
berserakan
Di tengah laut dari kejauhan
Perahu kecil terihat menepi
Membawa seribu ikan hasil
tangkapan
Dengan senyum kebahgiaan
nelayan
Ketika terkatung di tengah
samudra
Tidaklah sempat berfikir
tentang cinta
Semuanya seakan sirna
Kini saatnya berbagi kasih
Dengan permata hati
Yang slalu menanti
Malang
Saat sosok itu terlentang
Terkulai di kamar yang remang
Tanpa busana
Tak kenal budaya
Aku hanya mendengar
Gertakan kuat
‘ingat aku adalah uang’
Perjalanan
Wanita malam jadi kenangan
Dalam suatu perjalanan
Bola matanya indah menggoda
Memberi rayuan tentang kemesraan
Sungguh murah kau tawarkan
Ternyata cukup uang recehan
Cuma sekedar untuk membeli jajanan
Pernah sesekali aku tanyakan
Mengapa tak kau tinggalkan hal demikian
Sebab itu kesia-siaan
Tak salah memang kau katakan
Kalau itu saling menguntungkan
Tetapi ada pihak yang dirugikan
Ibumu yang melahirkan
Wanita
Wanita punya hak juga memiliki kewajiban
Tetapi selalu disalahtafsirkan
Hingga kadang menyalahi aturan
Emansipasi diputarbalikkan
Sebagai dalih atau alasan
Hanya untuk mencari kepuasan
Kau korbankan kasih sayang
Anak-anak kau terlantarkan
Dan masih banyak yang dicampakkan
Lalu bagaimana akan nasib bangsamu
Saat keluarga tak kau hiraukan
Sungguh, slogan indah jadi kenagan
Wanita tiang negara
Kini menjadi puntung yang berserakkan
Syair metafisik
(Merambah kegaiban dunia lain)
Alam ini seolah tidak nyata
Seakan-akan dunia bayangan
Tetapi dunia ini punya dimensi
Dimensi lain yang imateri
Hanya rasa iman yang bisa
menggapainya
Entahlah, memang alam ini
serba aneh
Pengamanannya sungguh
ekslusive
Penjagaan yang ekstra ketat
Dengan benteng yang begitu
kokoh
Seakan beruratkan besi
bertulangkan baja
Begitu susah menembus dunia
ini
Hanya dengan akses yang tepat
Dan prasarat pasport yang
lengkap
Barulah bisa memasukinya
dengan aman
Ketika ada yang mencoba
memaksa
Hanya mengakibatkan luka-luka
Seandainya memang bisa
Hanya mengakibatkan sengsara
Merantau di dunia metafisik
Tanpa arah dan tujuan yang
pasti
Kehancuran buat si pemaksa
Siksa menjelma menggerogoti
hidupnya
Hanya Tuhan-lah yang dapat
menyembuhkannya
Andai kesabaran menghinggapi
kehidupannya
Kata iya
Mengangguk kata setuju
Tapi bukan berarti iya
Mengapa sahabat tak bertanya ?!
Hanya bergeleng kepala
Kalau sahabat tak paham
Uneg-uneg jangan disimpan
Ungkapkan semua perasaan
Hak berpendapat dijamin undang-undang
Sudah jelas di pasal dua delapan
Diam bukanlah emas
Emas ada di busang
Katanya sedang diributkan
Siapa yang bakal jadi jutawan
Mungkin mereka yang menambang
Sahabat juga mungkin nanti kecipratan
He…. he….
Jangan terlalu banyak termangu
Sebentar lagi khan pemilu
Jangan sampai terpancing isyu
Sekarang khan musim dikompor-komporin
Apa lagi sambil dikipas-kipasin
Bisa-bisa kebakaran nanti
Dengarlah kami
Saat-saat kaki terlangkahkan
Sejenak hati berfikir tentang keadilan
Ketika bangsa dilanda bencana
Ketika rakyat kecil dirundung duka
Ketika semua orang berharap tanya
Mana yang benar dan mana yang salah ?!
Banyak sosok muncul seolah pakar
Berteriak-teriak seakan benar
Seharusnya begini dan seharusnya begitu !!
Ternyata semua hanya teori membingungkan
Di sudut-sudut kota dan pelosok negeri
Rakyat jelata menggeliat kelaparan
Anak-anak mulai putus harapan
Akan kemana kami mencari
Napas kebebsan yang semakin sesak
Angin kehidupan yang mulai hilang
Sungguh tragis dan ironis
Rupiah terpuruk dalam kekhawatiran
Si awam hanya bertanya
Dosa siapakah ini ?!
Kok kami yang mendapat siksa
Kami tidak perlu banyak partai
Kami perlu banyak beras
Kami perlu banyak susu
Kami perlu makan
Dan kami perlu keadilan
Seminggu Di Ladang Tua
Sekian lama aku tak jumpa
Bayangan kerinduan kian terasa
Tak tahan ingin mendengar cerita
Seperti beberapa waktu yang lalu
Ketika kau berkisah di ladang tua
Hari pertama
Kau terdiam tak dapat bicara
Hanya mencucurkan air mata
Saat kucoba menghapusnya
Kau tepiskan tanganku
Waktu itu aku bertanya
Mengapa ???
Namun kau tak kuasa menjawabnya
Tapi aku tahu kau tidak merahasiakannya
Hari kedua
Kau baru menjawabnya
Kau merasa khawatir tentang adikmu
Yang hidup dirantau orang
Kau takut dia tergoda
Oleh bias remang cahaya kota
Namun kau tak kuasa meneruskan cerita
Kau cucurkan lagi air mata
Hari ketiga
Kau melanjutkan ceritanya
Bagiku makan tidak masalah
Hidup di desa tak akan kelaparan
Namun di kota adikku mau makan apa
Justru aku takut adikku dimakan orang
Katanya di kota saat sekarang
Tidak berfikir lagi besok makan apa
Tetapi besok saya mau makan siapa
Kau menangis lagi
Membuang air mata tanda berduka
Hari keempat
Ini tak akan ku lupa
Saat kau merayuku agar menanggapi
Semua cerita tiga hari yang lalu
Aku tak mau untuk bicara
Akhirnya kau meneruskan cerita
Tentang adiknya yang sangat dia cintai
Sampai kini tak kunjung pulang
Kau berharap agar adikmu cepat kembali
Hari kelima
Kau bercerita tentang metropolitan
Yang penuh dengan aktivitas kejahatan
Sikut kiri sikut kanan itu kebiasaan
Apakah adikku selamat dari todongan
Kesombongan dan kekerasan zaman
Kau menangis lagi
Dan tak kuasa cerita lagi
Hari keenam
Aku masih teringat
Saat kau bertutur tentang ibumu
Ketika dia mulai tua renta
Bahkan sampai akhir hayatnya
Kau katakan ibumu adalah keabadian kasih
Tak pandang pamrih
Ikhlas dalam menjaga anak-anaknya
Inikah arti surga di bawah telapak kaki ibu
Kau malah merenung sampai tak cerita apapun lgi
Hari ketujuh
Ini hari terakhir kau bercerita padaku
Karena aku akan ke rantau
Mencari pengalaman ke kota orang
Kau berharp agar aku dapat bertemu dengan adiknya
Dan menyampaikan salam kekangenannya
Sekarang kau akan mencoba untuk melupakannya
Karena adikmu tak memberi kabar berita
Kau ucapkan selamat jalan padaku
Inilah kisah seminggu di ladang tua
Namun sampai kini ku takkan lupa
Dan sekarang akan kucoba mencari adiknya
Untuk membantu temanku disana
Yang selalu berduka tentang adiknya
Berdoalah temanku agar aku menemukannya
Amiin
Diaolog rasio dan hati
Rasio berkata “ kenapa kau laukan itu hati?”
“entahlah, hanya itu yang ingin aku katakan” jawab
hati.
“apakah aku terlalu ….Egois, emosi atau agresif”,
Lanjut hati.
“sudahlah, mungkin aku yang salah ?,
Aku tidak bisa memantaumu”, lanjut rasio.
“tidak rasio, aku terlalu memaksakan,
Seolah aku tak sadar dengan keadaanku.
Mungkin aku benar-benar lupa dan lalai,
Dan kau menganggapku konyol khan ?”
Kata hati panjang lebar.
“biarlah rasio, apa yang telah aku katakan
Aku yang akan menanggung akibatnya
Aku telah coba melakukan yag terbaik untukku
Walau harus menghancurkan diriku
Asal aku tidak melukakan orang lain
Aku akan tetap berbahagia.
Kau telah mengingatkanku rasio, terima kasih”
Hati menambahkan ungkapannya.
“hati, biarlah semuanya berjalan dengan relita
Mungkin kita harus bersikap sedikit bijak
Tidak usah terlalu berharap”Rasio menambahkan.
“aku setuju rasio” sahut hati.
Lalu keduanya terdiam seolah tidak ada pembicaraan
lagi.
Dan begitulah sampai keduanya terlelap dalam tidur
karena kelelahan.
From my friend
Sobatku, di tengah malam
Yang sepi …..
Aku termenung sendiri
Dan dalam kesendirian ini
Aku tak tahu apa …..
Rasa rindu selalu ada
Tapi akupun tak tahu
Apa yang aku rindukan …..
Sobat, siramilah diriku
Dengan kasih dan cintamu…..
Agar aku tahu apa arti
Kesendirian dan rinduku ini
Betapa
Tuhan …
Betapa dingin dekapan-mu
Sejak aku tak pernah lagi ke rumah-mu
Betapa kabur penglihatanku
Sejak cahaya-mu semakin redup
Pada setiap sudut pengembaraanku
Betapa sunyi pendengaranku
Sejak aku tak perduli
Suara orang-orang memanggil-mu
Tuhan
Betapa seluruh tubuhku luluh
Sebab matahari mengantarai jarak kita semakin jauh
Tuhan
Betapa aku tak mampu
Luput dari
dekapan-mu
Sebab kini
kumengerti
Dirumah-mu aku adalah tamu
Yang tersayang
Kau bangun
Kugendong
Kutimang
Kau bermain
Kuasuh
Kutemani
Kau menangis
Kuhibur
Kucanda
Kau mengantuk
Kudendangkan
kukisahkan
Kau tidur
kubelai
kucium
Kudekap
Kau pergi
Kutersedu
Kucari
kurindu
Kau ….
From Dian
Tujuh Paragraf Saja
Paragraf pertama
Saat hujan semakin deras
kusuri jalan selangkah demi selangkah
Kuraba bajuku yang sudah kuyup
serasa dingin udara menusuk
sebentar kutoleh kebelakang
Begitu dalam arti perjalanan
percikan air adalah terpaan
Halilintar pemanis makna
Saat reda adalah harapan jiwa
menjadikan terang nur kehidupan
Paragraf kedua
Kala membayang terang rembulan
merenung menjadi makana harapan
waktu kecil adalah kedamaian
saat remaja masa pematangan jiwa
kini kutatap cermin kedewasaan
kukerutkan keningku
seraya aku berkata pada bayanganku
belajarlah dari perjalanan hidupmu
raihlah cita-citamu diatas bintang persia
dan jadilah dirimu dalam sebuah jati diri
Tangis Ibu
Dalam senyummu, ada letihmu
Siang dan malam menyergapmu
Tak sedetik kau berhenti
Agar ada cahaya untukku, anakmu
Terkadang hinaan menemanimu
Yang tak peduli dengan hatimu
Masih saja kau berjalan ke depan
Mencari pintu untukku, anakmu
Bukan berlian yang kau minta dariku
Bukan uang yang kau minta dariku
Bukan emas yang kau minta
Tapi kebahagiaanku yang kau harapkan
Kau selalu mengucapkan
Bahwa kau sayang padaku
Bahwa kau tulus padaku
Ibu…
Bu Guru
Sosokmu adalah pahlawan tanpa imbalan
Tulusmu adalah kemuliaan
Hingga tercipta orang-orang sepertimu
Generasi penerus bangsa
Jasamu melebihi uang dan harta
Akhlakmu begitu mulia
Untuk kami
Sebagai bekal di masa depan
Rapalan Doa Untukmu
Adalah guruku
Pahlawanku
Yang selalu mengugu
Yang selalu memberi bekal ilmu
Dan bisa ditiru
Dengan tulus dan ikhlas
Tanpa disebut
Senyummu adalah semangat
Menerjang masa depan yang cerah
Dari tetesan keringatmu
Perjuanganmu adalah telaga
Untuk kami
Hatur kasih untukmu
Perjuanganmu adalah makna hidup kami
Entah,
Bagaimana di dunia ini tanpa kehadiranmu
Yang pastinya,
Selalu ku rapal doa cahaya untukmu
Hatur kasih untukmu
Hidup
Asam manis kita rasakan
Secara bergilir dan bergantian
Sesak dan lemas menjadi satu
Amarah dan luka
Tapi cinta mempertahankan kita
Dan bongkahan harapan adalah pondasi
Jalan kita lunglai
Entah kapan lelah ini lenyap
Hingga di ujung jalan
Penuh cahaya
Tapi cinta tak mengiringi
Hingga salah paham menghampiri
Manusia
Lupa
Kadang keberuntungan ada di tangan kita
Kita perlu merenung, meskipun beruntung
Hingga di ujung jalan,
Kenapa cinta membuat kita menjadi munafik
Hidup penuh pura-pura
Hingga kita lenyap
Bersama sinar matahari
Dan kita lupa
Bersama dunia fana
Lupa memori kecil
Yang sudah terampuni
Namaku Alam
Perkenalkan,
namaku adalah alam
Aku adalah tempat tinggal bagi flora dan fauna
Dimana bagi hewan-hewan aku adalah rumah mereka
Tempat mereka bertumbuh
Berkembang biak, dan mencari makan
Melakukan semua aktivitas kehidupan alam
Bukan
hanya hewan
Tumbuhan pun merasakan hal yang sama
Bagiku, tumbuhan adalah perhiasanku
Dan hewan, adalah peliharaanku
Aku
juga slalu memberi kesejukan bagi penduduk bumi
Aku memberikan oksigen bagi manusia
Aku juga memberikan sumber daya bagi mereka
Memberikan mereka energi, kekuatan, perhiasan
Dan segalanya yang mereka butuhkan
Semua
itu adalah pada saat bumi masih dalam keadaan stabil
Ketika bumi tidak dipenuhi orang orang serakah
Menggunakan sumber dayaku sesuai kebuhannya saja
Tapi
kini
Manusia hanya memikirkan kepentingannya sendiri
Mereka tak pernah memikirkan aku
Mereka slalu ingin lebih atas apa yg telah diberi oleh – Nya
Ketamakan, kerakusan, pemborosan
Telah membawaku kepada kerusakan
Lihat
apa yang telah mereka perbuat padaku
Setelah apa yang aku berikan pada mereka
Mereka membalasnya dengan merusakku
Menebang pohon pohonku
Memberikan polusi padaku
Memburu hewan hewanku
Dan merusak ozonku
Dengan zat zat yang dulu tak pernah ada di bumi ini
Sungguh
perih hati ini rasanya
Apakah tak ada kesadaran sedikit pun dihati mereka?
Apakah tak ada rasa iba mereka atas rusaknya diriku?
Sungguh, sungguh, dan sungguh sangat miris hati ini
Paru-Paruku
Satu demi satu, dua demi dua, tiga demi
tiga
Seratus sudah aku menanammu
Setiap hari aku merawatmu
Kami hidup
Kami sehat
Semua karnamu,
Paru-paruku
Tapi sekarang, mereka kejam denganmu
Kau hanya semacam kertas yang bisa dipotong-potong, diinjak-injak
Mereka tak pernah peduli dengan masa depannya
Tak pernah peduli dengan anak cucunya akan hidup bagaimana nanti
Rasa peduli mereka hanya untuk uang
Paru-paruku,
Buatlah mereka sadar akan penting adanya engkau
Kerusakan Alam
Kau yang kini tertawa
Bermandikan harta
Berkawankan kemewahan
Dari mana kau dapatkan semuanya?
Dari pohon yang kau tebang
Dari hewan yang kau bunuh
Dari tanah yang kian tandus
Dari air yang kian kering
Dari sungai yang kian kerontang
Dari hutan yang kau jadikan kebakaran
Dari asap tebal pohon yang di bakar
Apakah kau tak ingat
Masih ada anak cucu kita
Yang mengharap udara segar
Mengharap kesejukan alam
Mengharap Keindahan dunia
Mengharap hijaunya daun
Mengharap rindanya pepohonan
Tidak kaah kau sadar,
Ada banyak nyawa yang kau ambil
Ada banyak harapan yang kau renggut
Wahai para perusak alam
Ingatlah pada hukum alam
Kita butuh alam yang indah
Kita butuh alam yang sejuk
Kita hidup dalam alam
Dan kita bergantung pada alam
Jagalah alam
seperti kau menjaga rumahmu sendiri
Karena alam kita
adalah
alam anak cucu kita
Pedesaan yang masih asri.
Kulihat sawah membentang
warna hijau bagai permata alam
kucoba telusuri jalan
akankah tetap begitu
Kuingin tetap begini
terlihat apa adanya
kuingin tetap begitu
terlihat kenyataanya
Mentari mulai tenggelam
dan..akupun teteap disini
menikmati alam yang ada
anugerah dari yang kuasa
Oh..alam desaku
…aman dan damai
Oh…. alam desaku
….lestarikanlah
Berita Alam
Halilintar menggelegar, daun-daun
berguguran
Langit biru menghilang
Burung terbang tinggalkan sarang
Rintik hujan berjatuhan, payung-payung dikenakan
Pohon tumbang tercabut dari akarnya
Awan hitam semakin mengembang
Kulangkahkan kakiku menuju cakrawala
Gapai harapan mimpi indah
Kupetik senar gitarku nyanyikan lagu tra la la
Merah putih sudah kusam warnanya
Burung garuda entah terbang kemana
Pancasila tak lagi bermakna
Indonesiaku tertutup wajahnya
Badai datanglah hentak kegersangan
Hujan air turunlah sirami kekeringan
Mentari terbitlah ubah kesuraman alam ini
Negri ini….
Sabda Bumi
Bulan tampak mendung merenung bumi
Seberkas haru larut terbalut kalut dan takut
Terpaku ratap menatap jiwa-jiwa penuh rindu
Hangatkan dahaga raga yang sendu merayu
Bulan tak ingin membawa tertawa manja
Kala waktu enggan berkawan pada hari
Saat bintang bersembunyi sunyi sendiri
Terhapus awan gelap melahap habis langit
Bulan memudar cantik menarik pada jiwa
ini
Hitam memang menang menyerang terang
Tetapi mekar fajar bersama mentari akan menari
Bersama untaian senandung salam alam pagi
Berpendidikanlah
Berpendidikanlah ..
Maka hidupmu akan berubah Berpendidikanlah ..
Maka mata yang mulanya hitam akan terang
Berpendidikanlah ..
Maka resahanmu akan menjadi emas
Banyak orang menganggur karena sekolah
Banyak orang pontang-panting karena sekolah
Memanglah pendidikan bukan jaminan
Tapi hendaknya berusahalah
Berpendidikanlah ..
Dunia tidak hanya membutuhkan kepandaianmu
Kini dunia tidak butuh itu
Karena cuma pandai itu tidak cukup
Yang dibutuhkan hanya tekadmu
Niatmu ..
Semangatmu ..
Usahamu ..
Pemerintah tidak akan
mempersulitmu
Gunakan semua fasilitas
Semua ini untuk generasi bangsa
Manfaatkan .. manfaatkan ..
Masa depanmu di tanganmu
Pendidikan hanyalah jembatan
Hanyalah sarana
Bangkitlah ..
Majulah ..
Lihat dirimu
Apa kau ingin seperti orangtuamu
Air mata yang terus membasahi pipinya
Apa tak kasihan
Di mana hatimu ..
Ini semua untuknya bukan
Ayo bangkitlah
Ayo majulah
Ayo buktikan
Demi orangtuamu
Hingga dirimu berubah menjadi
jingga yang ranum.
Pena
Pena…
Kuikat ilmu dengannya…
Kutulis kisah sejarah bersamanya…
Pena…
Kugapai cita cita dengannya
Tak lupa teriring doa dan usaha
Sebagai wujud penghambaanku pada sang Pencipta
Pena…
Bersamanya, kutulis cerita cinta berbau surga
Agar manusia tak terjebak pada dunia yang fana
Tak jelas asalnya, tak jelas pula hasilnya
Pena…
Simbol peradaban dari zaman purba ke zaman aksara
Di mana manusia tak lagi menghambakan diri pada mitos yang tak jelas asalnya
Pena…
Dengannya, hidup manusia menjadi mulia
Lantaran mencari ilmu untuk kesejahteraan dunia.
Tina hitamku
Sunyi, gersang, redup…
Itulah diriku
12 tahun sudah mengemban ilmu, dengan rasa pilu
Diriku hanya insan biasa, yang masih kaku dalam mencarimu
Aku harus bangkit, bangkit dan bangkit
Demi sebuah kemenangan sejati
12 tahun sudah bersama tinta hitamku, menorehkan kata per kata di atas selembar
kertas putih
Di sini bukan masalah gelar ataupun pangkat, namun masalah jati diri
Bukan untuk menjadi kaya, bukan!!
Cukup menjadi sebuah acuan dalam kehidupan
Di negeri ini aku menuntut ilmu, mencari hal baru dalam sebuah titik temu
Tinta hitam yang ku bawa bersama setumpuk buku
Kini menjadi saksi bisu dalam perjalananku
Mencapai nilai sempurna bukanlah hal yang mudah
Tidak cukup dengan membaca dan menulis.
Tak perlu bersandiwara untuk menjadi perwira
Benar, aku memang harus giat
Giat untuk sukses dalam kiat-kiat
Jangan biarkan otak kalian membeku hingga menjadi abu
Asahlah layaknya sebuah pisau yang tajam
Yakin bahwa masa depan ada di depan mata.
Mimpi dan cita
Tersenyum aku menahan getir dan
rintihan jiwa
Sebab impian dan cita-cita terhenti
Oleh ketidak mampuanku dan tiadanya dukungan orangtua
Kusimpan mimpiku setelah lepas masa Putih Abu
Perjuanganku belum berakhir
Walau setitik harapan sudah kudapat
Pada Kota penuh cahaya ini
Aku datang untuk pergi, berkelana merajut cita
Tentang semua mimpi dan cita
Takkan pernah ada kata menyerah
Meski berpuluh kali aku telah jatuh
Berpuluh kali pula aku bangkit lagi
Di atas tanah Bumi Pertiwi aku
melangkah
Di atas tanah ini pula ku berbakti, menuntut ilmu
Akan kutunjukkan pada Dunia, aku bisa
Aku mampu meraih mimpi dan cita-citaku, di Indonesia.
Hanya pendidikan
Manusia berakal yang jauh dari
moral
Tercemari udara kontemporer
Sudah jauh dari norma dan aturan
Siapa lagi yang bisa selamatkan
Selain tanaman pendidikan
Kelak manusia akan paham
Bahwa dirinya bukan apa-apa
Jika hanya ingin menikmati
Tanpa berusaha mati
Dengan pendidikan manusia akan tahu
Bahwa berakit itu ke hulu
Dan berenang ke tepian
Dengan pendidikan manusia akan sadar
Bahwa mimpi harus terus berakar
Untuk mencapai hidup tanpa samar
Hanya dengan pendidikan
Seluruh makhluk terselamatkan
Cinta dan kasih bertebaran
Hanya pendidikan
Bunga yang terus bermekaran
Harumnya semerbak bertebaran
Hanya pendidikan
Mampu selamatkan pergaulan
Mencapai mutiara masa depan
Hanya pendidikan
Selamanya hidup aman.
Semangat baja pemuda bangsa
Kini kerusuhan tlah jadi
ketenangan
Pembantaian tlah jadi perdamaian
Hitam-putih sudah berwarna-warni
Kini negeri ini tlah berevolusi
Dan kini kitalah penerus mereka
Tak perlu di medan perang
Hanya perlu di ranah pendidikan
Mengukir prestasi, harumkan negeri ini
Kumpulkan segudang ilmu
Gunakan otakmu sebagai ruang alam pikiranmu
Perbaiki jalan pikiranmu yang buntu
Sadarkan pikiran dan hatimu yang kosong
Ayo satukan seluruh warna!
Kokohkan yang tlah satu
Jangan bilang tak bisa sebelum mencoba
Jangan lemah tak berdaya setelah jatuh
Bangkit dan bergerak!
Tunjukkan pada dunia bahwa kita bisa!
Lentera pendidikan
Langkah kaki menapaki jalan
Tak tahu arah tujuan
Bagai hidup tak berpedoman
Seperti hidup dilanda kebodohan
Hidup tanpa ilmu
Bagai rumah tak berlampu
Gelap bagai abu
Seperti bayangan yang semu
Pada siapa ku bertanya
Tentang arti hidup yang sebenarnya
Ketika ilmu tak kupunya
Pendidikanlah yang menjadi jalannya
Cahaya di tengah kegelapan
Menerangi setiap kehidupan
Menumpas segala kebodohan
Yang merusak masa depan
Semangat dalam meraih asa
Tak pernah lelah dan putus asa
Berdoa pada Sang Kuasa
Sebagai generasi penerus bangsa.
Asa siswa
Indahnya sekolah menengah
telah pun berlalu
semua lelah
sirna
tiada tersisa
kini,
masa telah berbeda
bangsa menanti
jati diri terus terpatri
untuk mengabdi pada negeri
tiga tahun berlalu
mahasiswa,
ya, itu asaku terus menggebu
kini ku tak lagi pakai seragam abu-abu
tapi aku tetap malu
sebab diri tak juga mampu
ukir rasa
bangga
kuingin rajut
impian
penuh harapan
semangatku pahat
beralas juang
betapa bangga
orang tua
pada jiwa
yang telah jadi dewasa
tapi apalah daya
aku
baru memulai asa
jadi mahasiswa
selagi kecil berusia muda
kiri kanan hamparan senja
jangan lengah
kerlipnya madah
itu hanya pelipur lara
kenang tak berkenan
harus dikenang
itulah jiwa petualang
harus terang
tenteram
tanpa geram
apalagi dendam
asaku hanya
jadi mahasiswa.
Sejatinya pendidikan
Telah sejarah riwayatkan dalam
sebuah mozaik destinasi
Tujuan luhur, agung nan bijaksana
Mencerdaskan kehidupan bangsa seutuhnya
Ia yang sejatinya bukan sekedar
hak yang harus diterima
Melainkan adalah tulang punggung
yang menentukan nasib
Pola yang menentukan karakter bangsa
Bocah lugu terlahir dari bijana
terdalam
Berlari riang, bermain ke-sana ke-mari
Menyunggingkan senyum manis di kala guru tiba
Kerinduan itu kini sedikit telah
terobati
Sederhana memang
Sederhana yang kadang terabaikan
Mereka ingin tahu, ada apa di sana
Mereka ingin paham, mengapa begini
Mereka ingin mengerti, mengapa mereka ada
Mereka ingin mencari apa tujuan mereka
Dan kadang mereka ingin tahu apa sejatinya yang mereka lakukan
Selaksa air yang melegakan dahaga
Mengubah horizon kemarau
Menjadi subur pengetahuan dalam kebijaksanaan.
Untuk
Kalian Berdua
Cintamu,
Kasihmu,
Kau berikan padaku
Tulangmu,
Keringatmu,
Kau berikan padaku
Meski lelah, kau tetap tersenyum
Meski aku sering berbuat salah
Kau tetap memberikan senyum dan cinta
Tak pernah sedikitpun meminta balasan
Aku tahu,
Semua itu agar aku bahagia
Kau adalah cahaya
Kau adalah pelita
Kau adalah penuntun jalanku
Maaf,
Jika aku belum bisa membalas
Semua pemberianmu untukku
Tapi aku janji,
Doaku selalu menyertaimu
Agar kau bahagia menjalani masa tua
Agar kau selalu tersenyum
Meskipun tak sebesar apa yang kau beri padaku
Ibu,
Kau adalah bulanku
Yang selalu di hatiku
Ayah,
Kau adalah mentariku
Yang selalu menyinariku
Ayah, Ibu,
Aku mecintai kalian
Seperti aku mencintai Tuhan
Semoga Tuhan memberikan kebaikan pada kalian
Di taman yang indah nanti
Bu, Makasih
Bu, puisi ini untukmu
Puisi ini kutulis untukmu
Meski tak ada kalimat yang melebihi kasihmu
Tak ada kata-kata seindah senyummu
Cinta dan tulusmu sangat berarti
Kau di sisiku,
Memberiku kekuatan
Mengajari keikhlasan
Kini,
Aku tahu apa itu sabar
Apa itu ikhlas
Seperti kau membesarkanku
Seperti kau mendidikku
Dengan sabar dan ikhlas
Kesabaranmu,
Menggendong dengan perutmu selama sembilan bulan
Hingga sakit tuk mengeluarkanku
Kau tak pernah marah dengan semua itu
Kau selalu tersenyum,
Kau selalu mengelusku dan berkata,
“Anakku, sebentar lagi kau bisa menikmati dunia”
Aku berada di ruang cintamu
Terimakasih telah bertaruh dengan nyawamu
Agar aku lahir di dunia ini
Terimakasih telah merawatku dengan ikhlas
Tanpa harap imbalan dariku
Terimakasih atas segalanya
Semoga Tuhan memberimu panjang umur dan sehat
Amin
I Love You, Mam…
Kau Hebat, Yah
Tak peduli dengan matahari yang membakar kulitmu
Tak peduli tanah yang menyentuhmu
Kelelahanmu adalah langkahmu,
Ayah
Sakit hatiku
Melihat peluhmu
Sakit hatiku
Mendengar sengal nafasmu
Ayah,
Badanmu yang dulu kekar
Kini habis termakan peluh
Kulitmu yang dulu lembut
Kini dipenuhi kesakitan
Ayah,
Tanah dan lelahmu bagai bajumu
Kesal dan pusingmu adalah makananmu
Letih dan lunglaimu adalah minumanmu
Ayah,
Aku salut
Atas semua yang kau lakukan
Aku kagum
Dengan semua perjuanganmu
Semua itu untuk istri dan anakmu tercinta
Orang Tua Istimewa
Aku senang!
Aku mengambara
Banyak sekali manusia
Tapi kau tetap orang tuaku
Mereka tulus menemaniku
Mereka istimewa
Meski mengembara
Meski banyak manusia
Kau tetap di hatiku
Dengan tulus kukatakan
Aku sayang kalian
Kalian istimewa
Meski ku mengembara
Meski ku menemui banyak orang
Kalian tak ada yang menandingi
Kalian istimewa
Kalian adalah guruku
Kumpulan ilmu dari kalian kugunakan
Cambuk dan ajaranmu selalu kuingat
Itu semua demi masa depanku
TANGISAN AIR
MATA BUNDA
“Dalam Senyum kau sembunyikan letihmu
Derita siang dan malam menimpamu
tak sedetik pun menghentikan langkahmu
Untuk bisa Memberi harapan baru bagiku
Bukan setumpuk Emas yang kau harapkan dalam kesuksesanku
bukan gulungan uang yang kau minta dalam keberhasilanku
bukan juga sebatang perunggu dalam kemenanganku
tapi keinginan hatimu membahagiakan aku
Dan yang selalu kau berkata padaku
Aku menyayangimu sekarang dan waktu aku tak lagi bersama mu
aku menyayangi mu anak ku dengan ketulusan hatiku”
Indahnya Alam Negeri Ini
Kicauan burung terdengar merdu
Menandakan adanya hari baru
Indahnya alam ini membuatku terpaku
Seperti dunia hanya untuk diriku
Kupejamkan mataku sejenak
Kurentangkan tanganku sejenak
Sejuk , tenang , senang kurasakan
Membuatku seperti melayang kegirangan
Wahai pencipta alam
Kekagumanku sulit untuk kupendam
Dari siang hingga malam
Pesonanya tak pernah padam
Desiran angin yang berirama di pegunungan
Tumbuhan yang menari-nari di pegunungan
Begitu indah rasanya
Bak indahnya taman di surga
Keindahan alam terasa sempurna
Membuat semua orang terpana
Membuat semua orang terkesima
Tetapi, kita harus menjaganya
Agar keindahannya takkan pernah sirna
Lelang pendidikan
Pendidikan…
Kata yang didengungkan oleh banyak kalangan
Katanya
Pendidikan itu tak memandang latar belakang
Namun, apalah daya
Itu ‘cuma’ slogan
Entah jaman yang telah berevolusi
Atau sedari dulu tetap begini
Pendidikan adalah hak setiap warga
Namun, mana buktinya
Kami beli, kami juga yang menjual
Itu kata yang sering terlontar, dari orang yang katanya berpendidikan
Kami beli mahal, maka kami juga mendapatkan yang mahal
Pantas saja jika negara ini tak mencapai
kejayaan
Kelakuan orang orang berpendidikan tak lagi bisa di harapkan
Pendidikan investasi masa depan
Namun, bukan berarti pendidikan sebagai alasan untuk meraup pajak besar-besaran
Bukan pula sebagai alasan untuk meletakkan kaki di atas hidung anak jalanan
Mau sampai kapan, pendidikan akan terus
dilelang
Hingga rakyat kecil musnah dengan perlahan?
Atau hingga jas mengkilat tak lagi muat dikenakan?
Tak hanya tuan yang membutuhkan
Tapi, kami juga tak meminta
Karena kami tak sanggup jika harus bermain lelang
Dengan apa yang seharusnya kami dapatkan.
Senandung literasi
Senja ini semburat merah mewarna langit yang
abu
Anganku terbang pada masa belajar mengeja
Kala itu, aku tersenyum mendengar dongeng pelajar nusantara
Sang penakluk bukit, penyisir sungai yang handal
Para pengejar ilmu, penggerak peradaban
Teruntuk pencinta ilmu
Membaca adalah bukti rindu yang menyeruak
Memaksa mata terkunci dengan baris dan baitnya
Lantas waktu bertransformasi jadi anak panah berkecepatan tak hingga
Dunia memang tak menjadi milikku, tapi aku mencipta duniaku sendiri
Aku ingin berkata lewat aksara, goresan pena
Merapal doa dan nasihat untuk maslahat
Diam untuk membaca, berkata untuk bercerita
Sebab literasi tak melulu tentang seni, tapi juga keinginan berbagi
Tinta senja adalah katalis bagi zaman yang
tengah miris
Malam segera tiba, tapi fajar pasti menyingsing setelahnya
Maka mimpi dan usaha harus digerilya demi mentari yang lebih jinga.
Peti sejuta mimpi
Mimpi ini terasa terkubur begitu dalam
Begitu dalam sampai tak bisa tergali
Ingin ku keluarkan mimpi-mimpi itu sekarang
Tapi itu tidaklah mudah….
Butuh sejuta peti emas untuk menggali mimpi itu
Itulah mahalnya pendidikan
Begitu mahal sampai harus mengubur mimpi ini.
Sungguh ku butuh peti emas itu
Apalah daya, mengisi perut keroncong pun sulit
Apakah hanya mimpi seorang anak pejabat yang bisa tumbuh?
Apakah niat tidaklah cukup tanpa sepeti emas?
Zaman yang begitu kaya….
Bukan karena kebodohan kami tidak bisa menggapai mimpi kami.
Tapi karena peti emas yang tidak bisa kami dapatkan.
Begitu kaya karena sejuta mimpi yang terkubur dengan sejuta peti emas.
Lebih baiklah tak perlu bermimpi,
Daripada bermimpi tapi harus terkubur jua.
Jam kosong kami bahagia
Betapa bahagia kami
Jam kosong tak ada guru terasa lagi
Telah menjadi tradisi; lumrahnya kami
Merekah senyum bahagia sana sini
Dan di sudut kiri
Guru mulai menyibukkan diri; melupa kepada kami
Ada yang membangkit senyum dari tidurnya
Ada yang membaca buku lalu menertawakannya
Ada pula yang mencela, pada daftar nama yang tertera
Begitulah kami
Pelajar generasi negeri ini
Yang gembira tiada henti
Kala jam kosong tak terganti.
Ironi pendidikan
Untukmu yang mengenyam pendidikan…
Di saat kau diberi kesempatan
Mengeja hal istimewa bernama pendidikan
Di saat yang sama kau malah menyia-nyiakan
Kau terjerembab dalam kenyamanan
Sekelilingmu pun kau abaikan
Bukankah pendidikan mengajarkan kepedulian
Ataukah kita yang terlalu asyik dengan keegoisan
Sadarilah di sisi lain, ada hati yang
mengebu-gebu
Mendamba hal termewah yang kau jadikan sia-sia
Bangkit, lawan rasa malas dan keegoisan yang menggerogotimu
Atau kau terlarut dalam dunia yang menjadikanmu tak berguna.
Buku
Buku adalah jendela dunia…
Membaca membuat kita pintar
Memahaminya membuat kita sadar
Bahwa bumi tidaklah hanya alam sekitar
Banyak pemahaman di dalamnya
Banyak pengetahuan isinya
Melalui buku kita tahu segalanya
Melalui buku kita bisa menjelajah angkasa
Buku…
Banyak sekali jasamu
Isi perut Bumi pun bisa kutahu
Hanya dengan membaca dan memahamimu
Tak pernah kuselami lautan luas
Tak pernah ku jelajah Kutub Utara
Namun melalui buku aku bisa tahu
Hanya dari buku aku merasakan
Berbagai makhluk yang tinggal di lautan
Dinginnya udara di kutub sana
Terima kasih untukmu buku
Telah membuka wawasanku
Serta mengajari aku berbagai ilmu.
Sekolahku
Engkau hanya seonggok batu yang termakan debu
Tapi tak ada jemu dalam jembatan ilmu jantungmu mendenyutkan cerita
Semangatmu mengucap cita cita
Dan hadirmu selalu terkenang
Kisah penting bermula dari bangkumu
Yang terbaik melangkah melalui tapak jalanmu
Gelak tawa maupun sendu yang hadir
Menjadi lembar pembuka tabir
Di tempat engkau berdiri
Jutaan pelita menyembul untuk negeri
Jembatan masa depan yang menyambung
Sekolahku, namamu akan selalu bergaung.
Pendidikan pengentas kemiskinan (?)
Kau bilang pendidikan itu jalan mengentas
kemiskinan
Padahal untuk mengenyamnya saja kami harus bayar
Uang kami digerogoti layaknya ulat memakan daun
Tak peduli kami mampu atau kesusahan mengejarnya
Dibuatnya kami percaya akan janji-janji
pendidikan
Kau bilang lulusan pendidikan mudah dapat pekerjaan
Nyatanya selepas wisuda terlalu banyak pengangguran
Janji-janji itu seolah mantap, mirip orasi calon pejabat
Tapi kau masih kukuh
Kau tetap bilang pendidikan pengentas itu kemiskinan
Kau memberi bukti lulusan yang menawan
Diperlihatkan jabatannya, hartanya dan penampilannya
Lagi-lagi, dia adalah seorang pekerja kantoran
Lalu, apakah pendidikan hanyalah batu
loncatan
Kusebut demikian karena kami hanya berpindah
Berpindah tanpa arah dari satu gedung ke lainnya
Gedung itu bernama pendidikan
Kemudian bermuara ke perusahaan, juga pemerintahan
Jadi ini?
Ah bagiku tetap saja pendidikan bukan pengentas kemiskinan
Jika harta yang kau maksudkan, cukuplah berniaga
Berniaga membuat seseorang cepat kaya
Kau tak perlu pendidikan untuk harta
Pendidikan hanya akan menggerogoti kekayaan
Agen perubahan
Berjalan tegap menjelajahi aral rintang
Berkemeja rapi dalam penampilan
Mereka bilang, mereka pembawa perubahan
Entah perubahan apa yang dimaksudkan
Tetapi sejak dulu itu jadi tujuan
Status mahasiswa mereka sandang
Jenjang tertinggi dalam pendidikan
Tak hanya sarjana, magister, doktor, bahkan profesor jadi bagian
Dielukkan sebagai pembawa kedamaian
Lewat baktinya meluruskan janji-janji bualan
Setidaknya dengan harapan
Tiada lagi anak memegang gitar di tepi jalan
Tidak ada lagi anak menengadahkan tangan dengan wajah memelas di emperan
Wahai mahasiswa yang katanya pembawa perubahan
Bawalah anak-anak tadi dalam pelukan pendidikan.
Generasi Indonesia di negeri orang
Membuka cakrawala
Mengenal alfabet Indonesia
Kala lidah sudah terbiasa dengan aksen Amerika
Ku tau engkau sedang tertatih mengeja buku
Bukan bei-yu bu kei-yu ku
Namun be-u bu ka-u ku
Kau lahir, hidup, dan tinggal bukan di
negerimu
Generasi ketiga dari para perantau yang memilih menetap dan berhikmat
Semua tentang negerimu hanya kau dengar dari cerita gurumu di kelas, atau kakek
nenekmu di rumah yang mulai lupa akan bahasa Indonesia
Aku tau, rindumu pada negerimu begitu besar
Setiap hari kau bertanya seindah apa negerimu
Meski kau tidak puas dengan jawabanku, kelak dewasa kau akan
menemukan jawaban atas pertanyaanmu sendiri
Setiap hari kau berinteraksi dengan orang tempatan yang berbeda adat dan budaya
Di sekolah kau diajarkan budaya Indonesia, sopan santunya, ramah tamahnya,
serta gotong royong melalui pembiasaan-pembiasaan yang gurumu terapkan
Terkadang aku kesal saat kau bertingkah yang tidak mencerminkan karakter negeri
kita Tapi aku tau, kau sedang belajar menjadi Indonesia
Memberi dan menerima dengan tangan kanan, bukan kiri
Meski belum sekalipun kau hirup udara
negerimu
Meski belum sekalipun kau injakkan kaki di tanah negerimu
Kelak, masuklah ke dalam barisan orang-orang yang berbakti untuk negeri
Gunakan jiwa ragamu untuk membangun negeri.
Renungan
Alam
Berjuta-juta
warna di negeri Indonesia
Semua
tersedia dari gurun hingga pegunungan
Bermandikan
air danau dan lautan samudra
Diterpa
rimbunnya dedaunan hutan belantara
Perlahan
namun pasti
Kini
semua berganti
Hutan
alam rontok diterpa kebakaran
Sungai
keruh kotor diisi oleh limbah kehidupan
Tak
ada yang mengasihi ataupun mengerti
Mencampakkan
dan tak mau peduli
Kita
lebih suka hedonis tanpa mau mengerti
Bahwa
alam memberikan itu semua gratis tanpa upeti
Ada
saat dimana alam murka
Mengamuk
menghancurkan seisi nusantara
Menghukum
si makhluk yang paling sempurna
Atas
kesombongan dan keserakahan hidup di dunia
Perbaiki
diri dan bulatkan tekad
Bahwa
kita harus menjaganya dan merawatnya
Bukan
sekedar mengambil hasilnya saja
Tapi
lupa untuk melestarikannya
Jangan
sampai semua terlambat
Jangan
sampai semua menjadi kering
Ataupun
gersang menjadi tanah lapang
Buanglah
ego keserakahan
Demi
alam Indonesia tercinta
Debu-Debu
Jalanan
Asap gelap hiasi udara di ibu kota
Menggerus
embun pagi yang tak berdosa
Mulai
tapaki hari dengan langkah pasti
Lupakan
sejenak arti udara segar dipagi hari
Gedung-gedung
beton pantulkan cahaya sang mentari
Menggerus
lapisan langit tanpa ada yang menyadari
Kesejukkan
berubah menjadi kepenatan
Debu
dan kotoran bermunculan secara perlahan
Daun-daun
gugur diterpa sang angin
Temani
setiap pejalan kaki mengejar impian
Diiringi
bunyi klakson kendaraan pemantik emosi
Banyak-banyak
bersabar lintasi kehidupan kota di pagi hari
Semakin
siang debu semakin tebal
Tidak
ada yang peduli, asyik sibuk sendiri
Berharap
pada sang hujan turun sebagai penyejuk
Mengembalikan
kemurnian kota seperti sedia kala
Campur
Tangan Manusia
Burung
terbang bebas di alam lepas
Satwa
hutan bermain kesana-kemari
Kumpulan
ikan saling berlomba tunjukkan diri
Bergerak
bebas tanpa takut untuk melepas
Sekarang
telah berganti
Burung
terbang untuk mencari alam lain
Satwa
berlarian dengan penuh rasa lapar
Ikan
berenang takut atas suatu pencemaran
Habitat
mereka telah tercemari
Pohon-pohon
ditebangi
Bahkan
sampai dibakar demi sesuap nasi
Mereka
hanya ingin tempat berteduh
Semua
sudah berkurang perlahan-lahan
Gejolak
alam tak terhindarkan
Satwa-satwa
lari kebingungan
Melihat
tempatnya hilang secara pelan-pelan
Pemberian
Tuhan
Tuhan
memberikan alam secara gratis
Tidak
perlu biaya ataupun kompensasi
Semua
dibuat nyata dan menyeluruh
Teruntuk
bagi makhluknya yang sempurna
Gunung
dibuat menjulang tinggi
Laut
dibuat berombak dalam gejolak
Danau
terlihat hening ditengah kesunyian
Itulah
pemberian Sang Pencipta alam
Suatu
pemberian yang tulus dan suci
Bencana
terjadi alam pun dicaci maki
Berkeluh
kesah lupa untuk bersyukur
Lupa
bahwa semua sudah diberikan cuma-cuma
Lupa
untuk merawatnya dan melestarikannya
Semua
tertutup oleh ego dan keinginan untuk memiliki
Tidak
peduli ekosistem hanya profit yang dicari
Mengumpulkan
harta setumpuk
Tuhan
ambil semua dalam hitungan detik
Luluh
lantah diterjang gempa tsunami
Dia
menciptakan sesuatu dengan mudah
Dia
pun juga mudah mengambil apa yang ada
Jadikan
bencana sebagai bahan refleksi
Sudahkah
kita mensyukuri setiap karuniaNya?
Comments
Post a Comment