KUMPULAN PUISI

 

Teman Dekat

Tak ada yang bisa menandingi sebuah cerita darimu
Kau ibaratkan penawar segalanya
Lenyahkan asa nan duka demi suatu cita
Namun dibalik itu semua kau bisa berbuat sebaliknya
Kau datang saat kau butuh
Semuanya baik tanpa ada sebabnya
Kau menjelma bagai dewi
Namun kau menyakutu bagai duri

Sahabat…
Andai kau tahu sedih hatiku
Pasti kau ikut merasakannya, >>...

 

Keyakinan

Aku harus lebih cepat lagi,,
Hingga dapat yang lebih baik lagi,,,
Namun bingung masih menyelimuti,,,
Apakah Tuhan meridhoiku,,,
Dengan dosa yang sedemikian banyak,,,
Apakah iya,,?
Takut hingga tak percaya diri meliputiku,,
Semoga aku dapat yakin kembali,,

 

Sahabatku

Ku jelajahi sejarah kenanganku.
Ku putar rekaman masalaluku.
Menghadirkan kembali masa itu.
Masa – masa di putih biru.
Yang tidak terhapus,
Walau terombak waktu.
Potret wajahmu melintas..
Indah dalam lamunaku.
Seketika teringat akan sosokmu.
Sosok sahabat hidupku.

 

Sahabat Putih-Biru

Kujelajahi sejarah kenangan
kuputar rekaman masalalu
menghadirkan kembali masa itu
masa-masa putih-biru

Walau terombak waktu
potret wajahmu melintas
seketika teringat sosokmu
sosok sahabat putih-biru

Karya Nia Pertiwi
Desa Andir, Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat

 

Menyesap Kopi di Suatu Pagi

Mari, kuajak kau
menuang kopi pada selembar lepek
agar semua bebanmu-bebanku
larut dalam tiap tetes pekatnya

Hingga akhirnya kita tuntaskan dahaga
pada kuncup-kuncup bahagia
menunggu di akhir waktu
yang tetap saja bisu

Oleh Sektor Sembilan
(kebun rojo-jombang)

 

Detik Sahabat

Detik waktu melukis sejarah
beragam cerita telah kita lalui
suka maupun duka
tersimpan dalam memori

Sahabat…
genggam tanganku
aku hadir di hatimu
walau terpisah dimensi dan waktu
aku selalu di sisimu

 

Tahun baru , baru harapan

Kepada langit rembulan dan bintang bintang yang terlentang di malam panjang. Rebah jiwa dan raga dalam gelap gulita malam yang merayap pelan dan diam diam. Di keheningan,ku menghitung waktu dalam kilatan cahaya merah putih kembang api yang dilontarkan tengah malam. Ku menerawang, masih adakah hari esok yang tersisa untuk ku nanti. Memandang langit rembulan dan >>...

 

Rindu di duri kehidupan

Di jalanan kulihat pemburu waktu Di pasar kulihat pemburu uang Di kantoran kulihat pemburu pengakuan Di sekolah kulihat pemburu kurikulum Pagi ini mataku membaca berita Seorang ayah menyudahi ia dan bayinya bersama di dunia dan di akhirat Pagi ini telingaku mendengar cerita Seorang istri melukai dirinya karena terluka menganga perasaan nya Pagi ini hidungku mencium >>...

 

Kisah perjuangan hidupku

Sejak awal kumemulai mengenal dunia
Sejak itu juga kumemulai memahami arti hidup
Banyak kisah yang telah aku lewati
Demi mengejar impian

Semua kisah itu tak dapat ku
lupakan dari memoryku
>>...

 

Hati yang tercabik

Tersentak,terbangunku dari lelapnya tidurku.
Peluh banjiri tubuh lelah ini, fikiran berkecamuk,desak ingatan akan mimpiku barusan.

Air mata pun tak dapat kubendung hati bagai tercabik cabik,luka begitu dalam,yang sedang kualami terbawa mimpi.

Dua mataku saksikan dirimu hanyut dalam pelukkanya,jiwa meronta tak berdaya,bibir bungkam tak dapat bicara,ingin kuhindari dan berlari tapi dua kaki tak mampu berdiri.

Pasrah pilihan terbaik,ikhlas adalah >>...

 

Syukur

Amazingly,
Aku ada kaki untuk berjalan,
Setiap detail perjalanan dapat aku hargai dengan lebih mendalam,
Aku bina hidup aku untuk menjadi lebih senang,
Saat kekayaan menggunung,
Aku akan kembali semula pada kosong,
Detik masa yang sukar hanya sementara,
Aku mula mengawal minda aku untuk tidak mengharapkan milikan selamanya,
Hidupku,
Aku mahu terus dengan iman,
Hanya >>...

 

Mengharapkan Pertemua Itu

Berlari mengejar mimpi,
Tersungkur aku dilembah fitnah,
Hidup dalam kesatuan,
Mencari gua ingin bersembunyi,
Dimana pautan,
Allahummasolliala saiyidina Muhammad,
Aku angankan cahaya,
Aku percayai,
Aku melihat dan merasa,
Petunjuk yang diberi,
Aku mendoakan agar dilindungi hidayah dan rahmah,
Percaya tersenyum kadang menangis,
Sahabatku kalamullah,
Dari kecil dodoyan ini dimainkan dibibir bonda,
Hidup dalam kecintaan dan >>...

 

JANGAN BERUBAH KERANA DUNIA

biar kita tidak boleh mengubah dunia,
tapi jangan kita berubah kerana dunia,
segalanya jenaka memberi gambaran mempersona,
keasyikannya sementara untuk berfoya-foya,
penderitaan itu akan menjadi sahabatmu mempersendakan kehancuran,
sandiwara yang tercipta semuanya palsu,
hidup di dunia ini bukan untuk jadikan kau duniawi,
hasil titik peluhmu biar sedikit digunakan untuk keperluanmu sahaja,
bukan harta yang dikumpul >>...

 

JAWAPAN PERSOALAN

biar mereka mencari salah,
kelak akan jumpa jawapan setiap persoalannya,
memang manusia itu diciptakan untuk selalu tertanya-tanya,
bak kata cikgu, jika tidak bertanya kau tidak akan memahami pelajaran itu,
malu bertanya juga akan sesat jalan,
biar mereka mencari salah,
sesungguhnya mereka ingin mencari cacat cela yang ingin dihebahkan,
biar mereka tertunduk malu akan pengakuannya sendiri,

JALAN PULANG

bila aku pergi,
selagi hayat masih ada,
akan ku pulang dengan cinta,
meskipun aku tersesat,
aku akan berusaha mencari jalan pulang,
jangan bersedih,
sesungguhnya jiwaku, takdirku dan keselamatanku dalam jagaan Tuhanku,
walau kudratku lemah,
aku takkan berhenti berusaha untuk hidup tidak meminta,
cuma aku tak mahu berhenti hidup di dunia menjadi orang tidak berguna,
aku >>...

 

Bersih

ambillah hatiku ini ya Allah,
jangan biarkan aku sendiri meniti kehidupan,
semua yang Engkau takdirkan buatku adalah terbaik buatku,
andai sujud itu jalan menujuMu,
akan ku jadikan tahajjud itu tanda cintaku,
biar mereka berkata aku kurang akal,
atas setiap perbuatanku adalah untuk mencariMu,
merungkai segala hikmah yang Kau beri,
pimpinlah aku kembali Tuhan,
jadikan tawakkalku >>...

 

AKU MAHU PULANG

Kerja seharian bukan untuk kejar Wang,
Hanya untuk jadi manusia,
Bukan untuk Hilang kemanusiaan,
Hanya mahu mengenal apa itu dunia,
Adakah manis akan keindahan yang sementara,
Walaupun terdapat banyaknya penipuan,
Jagaan keselamatan kita bukan pada sistem yang mengawal kehidupan kita,
Makhluk dan ciptaan sistetik itu ada kelemahannya,
Aku akui Tuhan sebagai peganganku,
Walau manusia menyalah >>...

 

Miskin Jiwa

Mana mungkin si miskin mampu memberi,
Jangan cuba meminta padanya,
Memberi menyebabkan jiwanya semakin kontang,
Dia hanya mampu meminta-minta,
Lebih baik menyendiri daripada dihina,
Jiwanya sudah hancur pada pencinta dunia,
Masakan lagi memberi,
Minta saja pada Yang Maha kaya,
Untuk dijadikan dirinya dermawan,
Penuhkan kebahagiaan didalam jiwa,
Si miskin tidak boleh memberi tapi hanya menerima,

Pengikut Dajal

Dia senyum,
Katanya indah,
Dia pemurah,

 


Tapi menyesatkan,
Bila dia mula menyapa akidah,
Berang wajahnya akan terpancar,
Dia mahu kau ikut dia,
Kelembah maksiat yang bebas pautan dari agama,
Dia peluk sambil menyiummu,
Tanda persahabatan,
Kau jadi munafik..

 

Eanita

Eanita adalah wanita
Sudah paruh baya
Eanita ingin apa?
Ingin pergi jalan jalan

Aku ingin wanita
Yang suka ke salon
Rambutnnya panjang
Duduk di kuburan

Eanita kemana?
Eanita ke pasar
Beli cabai dan bombai
Untuk aku dimakan

Eanita wanita
Tak peduli apa
Perasaan dan sakit
Hati dan uang

Eanita benci hidup
Benci menangis
Benci berjuang
Eanita wanita, punya perasaan

 

Bumi

Rayuan angin seolah memberiku tanda
Deras hujan mengguyur dibumi tak henti Air mengalir seolah tak tentu arah dan tujuan.
Jalan setapak dipenuhi oleh dedaun yg bergugur
Banyak kejadian yang terjadi dibumi ini.
Kerusakan tiada batas,
Insan yg semakin hari semakin tidak tau arah hidup.
Sang waktu berjalan seolah marah Terlalu terburu buru ia berganti

Harapanku

Berlari mengejar mimpi,
Tersungkur aku dilembah fitnah,
Hidup dalam kesatuan,
Mencari gua ingin bersembunyi,
Dimana pautan,
Allahummasolliala saiyidina Muhammad,
Aku angankan cahaya,
Aku percayai,
Aku melihat dan merasa,
Petunjuk yang diberi,
Aku mendoakan agar dilindungi hidayah dan rahmah,
Percaya tersenyum kadang menangis,
Sahabatku kalamullah,
Dari kecil dodoyan ini dimainkan dibibir bonda,
Hidup dalam kecintaan dan >>...

 

Dunia Itu Dirimu

Bantu aku dari diri sendiri,
Apa yang diingini dan apa yang dilakukan,
Fitrah kembalikan aku pada ketundukan jiwa,
Dunia makin ditakuti,
Dunia itu adalah diri sendiri,
Ya Allah bantu aku,
Aku hilang, aku lemas,
Yang didambakan jiwa sejernih embun,
Yang didambakan kemanisan iman,
Namun masanya masih belum berakhir pada kehidupan yang sementara,
Kadang aku malu >>...

 

Sunyi

Di seperempat ruangan yang kelam
Aku melirik sunyi di sudut dinding yang membisu
Ia menatapku tajam
Seolah waktu telah memperbudak bola matanya.
Jendela yang setengah menganga
Memamerkan rintik hujan yang mati suri
Aku enggan peduli.
Sudah biasa di rayu malam pada sepi beradik sunyi
Ramai mati kaku diinjak sepi
Suka mati kaku diinjak duka
Aku >>...

 

Ujian

Aku berbuat baik..
Tapi mereka menghakimi..
Aku sadar ini adalah ketentuan Tuhan..
Yang sedang mengajarkanku keikhlasan..
Ya Allah..
Jika ini memang ujian darimu
Kuatkanlah aku
Jangan biarkan imanku jauh..
Hanya karena setitik pedih darimu

 

Kebenderangan

Kala malam semakin larut

Aku terpaku di dalam kesunyian

Terdiam menatap ilusi kesendirian

Diriku seakan terbiar dalam kehampaan

 

Kebekuan jiwa menjelma

Kedinginan nurani selalu menemani

Aku merindu tentang kehangatan

Aku bermimpi tentang keindahan

 

Saat tirai kegalauan mulai tersibak

Fatamorgana menjauh dari realita

Hingga tersingkaplah kebenderangan

Makna kedamaian yang hakiki

 

Arti Cinta

Di dalam kedinginan jiwaku

Kau hadir mendekap erat kalbuku

Dalam kesendirian nuraniku

Kau temani aku dengan kemesraan

Dalam kegalauan jiwaku

Kau hadir untuk menghiburku

Dalam kesepian malamku

Kau hadir dalam indahnya mimpiku

Tiada yang kupikirkan selama ini

Kecuali aku merasa berarti bersamamu

Kan kuayun langkahku ini

Bersama irama kerinduan

Kangen khan slalu menyelimuti hatiku

Tak ada sesuatu terindah untuku

Karena kau segala-galanya bagiku

 

Arti perasaan

Dikala aku merindu

Ingin kutulis sejuta syair indah

Ingin rasanya aku berkisah

Tentang semua kekangenanku

 

Di saat ini seolah aku sulit mencari

Dermaga yang berairkan tinta emas

Dan pena antik untuk mengukirnya

Aku takut terdampar di pulau sana

Yang penuh dengan ketidakpastian

 

 

Paradigma ?!!!

 

Hari demi hari terus berjalan

Pergantian waktupun tidak dapat dielakan

Perubahan adalah sebuah realitas yang harus dihadapi

Sebagai konsekwensi logis atas akhir dari setiap langkah

Paradigma hidup merupakan acuan dalam melangkah

Sebagai barometer dalam menjalani hidup

Menuju sebuah wujud misteri

‘Cita-cita’

 

Perenungkan kembali tentang Paradigma hidup

Tentang cita-cita yang tergantung di angkasa

Katakanlah kamu bisa untuk meraihnya

Kamu bisa untuk menjalaninya

Gapailah semuanya

 

‘Sungguh beruntunglah orang yang slalu mensucikan diri

(Kembali kepada fitrah dan kesucian )’

‘Selamat Ulang Tahun ’

Success for You

©

Kujelang….

Pagi yang indah kujelang kembali

Menghempaskan mimpi meraih bergantinya hari

Di ufuk timur tersirat cahaya kedamaian

Membangkitkan semangat menghangatkan perasaan

Hembusan angin menemaniku berjalan

Mengiringi langkah berpadu dalam kepastian

Gemersik dedaunan bak irama kehidupan

Selalu setia menyanyikan lagu kemenangan

Dalam menggapai makna cita dan cinta

Dalam mewujudkan makna hidup yang sesungguhnya

Biarkan pergantian hari terus berjalan

Karena setiap saat akan selalu kujelang

 

Bingkai kehidupan

Masa demi masa berlalu sudah

Kemana kaki jalan melangkah

Liku-liku kehidupan mengukir sejarah

Kini saatnya berpotret diri

Berbenah dari segala keburukan

Meningkatkan semua kebaikan

Ramadhan sebentar khan tiba

Kini saatnya tuk membuka pintu hati

Memaafkan semua kehilafan

Mari kita sambut dengan gembira

Dengan memperbanyak ibadah

Tuk menggapai tingkatan taqwa

Derajat tertinggi disisi khalik

Semoga Allah selalu membimbing kita

Dan nanti memasukkan kita dalam surga-Nya

Amiin

 

Puisi angin

Di kesepian malam aku sendiri

Termenung dibawah cahaya rembulan

Pucuk-pucuk daun meliuk indah

Mengikuti irama angin perlahan

 

Angin…., Aku hargai kau menghiburku

Memang tidak ingin aku berlama-lama

Larut dengan gelapnya malam

Terombang-ambing oleh kelamnya awan

Angin…., Tolong katakan pada bintangku

Aku rindu dan berharap dia hadir disini

Dengan segala ketulusan cintanya

Ingin aku mengajaknya bernyanyi

Menari, berdansa berdua 

Angin…, katakanlah padanya

Aku perlu belaian sejuta kasihnya

Ingin aku menikmati indahnya malam ini

Dengan kehangatan peluk mesranya

Angin…, untuk yang terakhir

Katakanlah padanya

Aku benci dengan kesendirian ini


 Kesendirian

Di kesepian malam aku sendiri

Fikiran menerawang menjelajah angkasa

Ingin rasanya kubuka semua tabir gelap

Sehingga bisa kunikmati indahnya rembulan

Beserta gemerlapnya selaksa bintang

 

Semilir angin berhembus perlahan-lahan

Seolah tak ingin mengusikku dari lamunan

Pucuk-pucuk daun menari penuh kemesraan

Seakan tiada bosan untuk selalu menghibur

Semua gundah dan keresahan hatiku

 

Ketika malam semakin larut

Aku sadari akan kesenmdirianku

Semuanya memang penuh ketidakpastian

Kecuali…. Bisa kunikmati sisa hidup ini

Dengan cinta dan kasih sayang

Dimana semuanya serba tulus

Dimana semuanya serba ikhlas

Dimana semuanya penuh kerelaan

Tanpa pamrih dan pengharapan

 

Kepastain

Ketika kupaksa mata ini terpejam

Justru hati terus cerita

Bicara tentang kesepian malam

Tentang matahari yang telah tenggelam

Kesepian adalah pengharapan kasih

Sedang tenggelam adalah masa lalu

 

Saat akhir tidak berarti kebahagiaan

Perasaan menjadi terlukakan

Khan kucari mutiara ketulusan

Kristal mujarab penawar kepedihan

Sungguh, hanya sang dewi yang memiliki

Sebelum fajar di ufuk timur menjelang

Kupastikan sang dewi adalah penentuan

Kesembuhan atas sayatan luka-luka ini


 

Cinta

Ketika aku datang

Di dunia pewayangan cinta

Cuma satu yang aku bawa

Perasaan kasih di dalam dada

Yang bisa merubah satu wacana

Menjadi cerita panjang

Yang berbelit susah mengambarkannya

 

Tak ada alasan lain tentang cinta

Karena hanya satu yaitu kasih

Kecuali hanya mengada-ada

Kalau ada aku tak percaya

Alasan itu dipaksakan

Dan akan aku katakan

Sungguh malang nasib mereka

Karena tak beda dengan si penjaja

 

Cinta adalah rindu

Yang datang dari dalam kalbu

Bisa membawa tentram

Dalam merih kedamaian hidup

 

 

Kangen

Dalam remang cahaya lilin

Sekilas nampak kilauan kasih

Memedarkan arti kekelabuan hati

Sesaat seolah redup

Membisakan harapan cinta dan kerinduan

 

Dalam dada menyesak arti ketidakpastian

Sesekali ingin semua cita teraih

Namun, tak dapat menembus batas ruang

Yang semakin menjauh

 

Dikala sekelebat kilat menyala

Cahayanya menyilaukan mata

Bukan terang yang kuraih

Namun kegelapan setelahnya

 

Hamparan bunga cinta menjadi merana

Kedinginan, ingin ada yang memetiknya

Dipandang ditaruh dalam vas bunga

Walau nantinya layu

Namun hidupnya menjadi berarti

Menikmati semua tujuan yang dicapai

 

PERJALANAN

Saat hujan semakin deras

kusuri jalan selangkah demi selangkah

Kuraba bajuku yang sudah kuyup

serasa dingin udara menusuk

sebentar kutoleh kebelakang

Terlihat jelas roda sejarah membentang

Angin kencang

Percikan hujan

Halilintar

Semuanya adalah terpaan kehidupan

Aku berharap reda khan tiba

Terang khan menjelma

Menjadikan hidup penuh makna

 

Puisi Jarum Dan Jerami

Seandainya kau tak membisu

Tentu dengan mudah aku meraihmu

Walau begitu,

Biarlah kuuji kesabaranku

Khan kuambil jerami ini satu-satu

Sampai aku dapat menemukanmu

Lalu kau rajut kembali kainku

 

Fatamorgana

Gelap malam penuh kesunyian

Membukakan pintu-pintu ilusi

Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa

Saat perjalanan adalah perasaan

Hati gelisah menjadi tumpuan
Perlahan-lahan rasio menjauh

Akalpun pergi tanpa berpesan

Saat kusadari semuanya

Aku terbujur di negeri khayalan

Berharap akan fatamorgana

 
Senyumanmu

Aku terbayang akan manisnya senyumanmu

Seakan hanya aku yang menikmatinya

Namun aku hanya bisa merindu

Akankah cintaku terdampar disuatu pulau ?

Terbawa hanyut bersama gelombang kasmaran

Dan berlabuh di pantai asmara

 

Tetapi aku sangat yakin

Disana kita khan bercinta

Memadu kasih

Bercerita tentang hari esok

Khan kubiarkan semilir angin membelai tubuhku

Hingga aku tertidur dalam sandaran pelukmu

Namun mengapa suara ombak membangunkanku

Saat mimpiku menerawang angkasa

Menjelajahi ruang-ruang khayalan

 

Tuhan, mengapa aku ini ?

Terlalu menikmati senyuman itu

Apakah aku telah menduakan cintaku dari-Mu

Sampai hatiku bergetar menahan rasa

Namun kini khan kubiarkan semua berlalu

Terhempas terbawa arus

Ke suatu negeri nun jauh disana

 

SIANG YANG BERLALU

Saat mentari mulai tenggelam

Sayap malam menutup perlahan

Gelap sudah menjelang

Panasnya siang jadi terlupakan

Semua berlalu

Biarkanlah siang ini berlalu

 

IBU

Ibu…

Kini aku tahu

Kesabaranmu

Ketabahanmu

Kecintaanmu

 

Ibu…

Kini aku rindu

Masakkanmu

Senyumanmu

Belaianmu

 

Ibu…

Aku tak akan lupa

Kebaikkanmu

Jasamu

Nasehatmu

Ibu…

Ternyata kau adalah segalanya bagiku

Kuharap kasihmu abadi selama-alamanya untukku

 

BUNGAKU

Bungaku…

Kala pagi atau sore hari

Kau taburkan aroma kasih

Membelai kalbu selembut awan putih

Membawaku ke alam khayalan indah

Penuh kedamaian dan kebahagiaan

 

Bungaku…

Kau laksana dewi kayangan

Selalu dipuji setiap orang

Sunggingan senyummu tak menjemukan

Menggoda mengetarkan hati

 

Bungaku…

Setiap saat aku nantikan

Lambaian tanganamu mengajakku

Melepas semua kepedihan hidup

Menyandarkan semua kesusahan

Menuju ketenangan bathin

Dalam menikmati hidup ini

 

Perubahan

Saat rembulan tertunduk sendu

Gema petir menggelegar

Awan kaget ikut bermuram

Mencucur hujan rintik perlahan

Merubah egois yang membatu

Menjadikan hati penuh pengharapan

Arti Kembali

Pohon besar di tanah gersang

Saat hujan Menerjang

Dia jatuh dengan terlentang

Dimakan rayap terlapukkan

Jadikan semua tak berdaya

Semuanya menjadi satu

Tidak terkenali lagi

 

Puisi Batu

Goresan itu

Mengukir batu jadi saksi

Membisu

Dengan satu kalimat

Aku cinta kamu !!

 

Penilaian Cinta

Dusun yang sepi

Ada seorang perempuan tua

Dengan suami renta yang buta

Seolah mereka tak berdaya

Mereka hanya berkebun

Itulah kedamaian mereka

Kenapa orang hanya menduga

Padahal mereka punya cinta

Yang tak seorangpun mampu menilainya

Terbujur

Aku terbujur

Di sebuah sudut yang pengap

Hanya coro yang menemaniku

Dia katakan sesuatu padaku

Orang memandang kita hina

Tetapi …

Bisakah kita katakan

Bahwa mereka bijaksana

Biarkan mereka menilai kita

karena kita adalah kita

 

Kepahitan

Pisau menoreh hatiku

Melukakan perasaan

Menyayat

Menjadikan hidup berubah arti

Saat takdir itu merenggut

Kepahitan adalah realita

Kebahagiaan jadi impian

Akhirpun tak terelakkan

 

Salam perpisahan

Kini, hatiku tergores kesedihan

Ketika terucap salam perpisahan

Walau air mataku tak berlinang

Bukan berarti suatu kerelaan

Saat-saat langkah terayun

Jarak kita-pun semakin membentang

Akankah semuanya jadi terkenang

Atau hanyut terbawa gelombang

Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan

 

Sobat, dalam hatiku ini

Akan tetap membekas suatu kenangan

Kau sungguh baik, supel dan komunikatif

Siapapun mengenalmu pasti akan merindu

Namun untukku, janganlah kau biarkan

Aku terkulai lemas dalam kehampaan

Karena rasa kangenku yang tidak kau harapkan

 

Gelisah

Gelap malam penuh kesunyian

Lamunan jauh menerawang angkasa

Membukakan pintu-pintu mimpi

Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa

 

Bias keremangan memudarkan kasih

Memutar hati menguak arti ilusi

Memedarkan beribu warni cahaya

Membayang menjauh dari arah cita

 

Katak merengek ikut meresah

Menggugah hati kala gelisah

Air hujan menetes berduka

Membasah bumi ikut bersedih

 

Gema kegundahan kian bertalu

Gemercik air melantun irama nan merdu

Berhembus angin membelai lembut

Gemerisik suara daun menghibur

Membangkit menggugah kalbu

 

Meliuk menari rumput nan ayu

Melambai perlahan seolah mengajak

Melepas duka menjemput cinta

Merayu bernyanyi kerinduan

Menyongsong esok akan kebahagiaan

 

Di Sisi Malam

Ketika kabut tersibak

Rembulan memancarkan sinarnya

Malam yang muram telah berlalu

Makna kegelapan menjadi tertampikan

Nur kebenaran adalah kebenderangan

 

Saat kepala makin merunduk

Kucium tanah bukti kehinaanku

Sebagai tanda Agungnya sang Khalik

 

Isak tangisan begitu lirih

Seirama kidung detak jantung

Air mata berderai tak tertahan

Mencapai kekhusukan semakin dalam

 

Saat dingin semakin menusuk

Disinilah aku semakin mengenal Tuhan

 

Aku Tak Ragu

Tuhan,

Aku yakin dengan segala kasih-Mu

Dan aku percaya akan semua sayang-Mu

Namun mengapa aku ini ???

Selalu tak tahu diri

Apakah ada sesuatu yang mengunci hatiku ?!

Sehingga aku lupa akan semua cinta-Mu

Tuhan,

Kau pasti selalu mendekapku

Namun aku tempikkan arti kehangatan-Mu

Apakah aku insan tak tahu balas budi ?!

Kurang bersyukur

Selalu mencari dan berharap yang lebih

Bahkan tanpa terasa dan tak tersadari

Mungkin aku memohon selain kepada-Mu

Tuhan,

Andaikan aku selalu bersujud pada-Mu

Dan bersimpuh di dalam rumah-Mu

Tentu Engkau mau menerima tobatku

Namun aku kadang merasa lain

Karena banyak dosa yang kulakukan

 

 

Tuhan,

Aku tahu tangisku tak berarti bagi-Mu !!

Kini biarlah aku merenungi semuanya

Dan akan kucari pintu insyafku

Tapi, aku yakin dan tak meragukan

Akan semua ampunan-Mu, Tuhan.

 

Keagungan Tuhan

 

Merah merona bola api di atas cakrawala

Tanda terbitnya sang surya di ufuk pagi

Suara burung bernyanyi riang bergerak kian kemari

Menggugurkan sejuta embun dari kerindangan daun

Semua itu bukti Agungnya ciptaan Tuhan

 

Sebagai manusia hendaklah bersyukur

Ketemu lagi akan hari

Setelah sesaat mengunci rasa

Melupakan semua problema

Kini ditantang perjalanan hidup

Membuktikankan semua impian dan harapan

Kalau kita sadar, nyata ataupun tidak

Itulah garis takdir Tuhan

Semuanya ini perjalanan waktu

Manusia hanya bercita

Namun begitu, yakinkan diri ini

Hidup ini jangan disia-siakan

 

Berbagi Kasih

Kulihat daun meliuk

Disaat kejora mulai menghilang

Pagi datang begitu cepat

Sayang sungguh sayang memang !!

Juita malam menjadi penantian

 

Indahnya pagi di pantai pengharapan

Merupakan suatu makna keceriaan

Saat ombak menuju ke tengah

Pasti ia akan kembali lagi

Membawa buih putih arti kehidupan

Meratakan hamparan pasir yang berserakan

 

Di tengah laut dari kejauhan

Perahu kecil terihat menepi

Membawa seribu ikan hasil tangkapan

Dengan senyum kebahgiaan nelayan

 

Ketika terkatung di tengah samudra

Tidaklah sempat berfikir tentang cinta

Semuanya seakan sirna

Kini saatnya berbagi kasih

Dengan permata hati

Yang slalu menanti

 

Malang

Saat sosok itu terlentang

Terkulai di kamar yang remang

Tanpa busana

Tak kenal budaya

Aku hanya mendengar

Gertakan kuat

‘ingat aku adalah uang’

 

Perjalanan

Wanita malam jadi kenangan

Dalam suatu perjalanan

Bola matanya indah menggoda

Memberi rayuan tentang kemesraan

 

Sungguh murah kau tawarkan

Ternyata cukup uang recehan

Cuma sekedar untuk membeli jajanan

 

Pernah sesekali aku tanyakan

Mengapa tak kau tinggalkan hal demikian

Sebab itu kesia-siaan

 

Tak salah memang kau katakan

Kalau itu saling menguntungkan

Tetapi ada pihak yang dirugikan

Ibumu yang melahirkan

 

Wanita

Wanita punya hak juga memiliki kewajiban

Tetapi selalu disalahtafsirkan

Hingga kadang menyalahi aturan

Emansipasi diputarbalikkan

Sebagai dalih atau alasan

 

Hanya untuk mencari kepuasan

Kau korbankan kasih sayang

Anak-anak kau terlantarkan

Dan masih banyak yang dicampakkan

 

Lalu bagaimana akan nasib bangsamu

Saat keluarga tak kau hiraukan

Sungguh, slogan indah jadi kenagan

Wanita tiang negara

Kini menjadi puntung yang berserakkan

 

Syair metafisik

(Merambah kegaiban dunia lain)

Alam ini seolah tidak nyata

Seakan-akan dunia bayangan

Tetapi dunia ini punya dimensi

Dimensi lain yang imateri

Hanya rasa iman yang bisa menggapainya

Entahlah, memang alam ini serba aneh

Pengamanannya sungguh ekslusive

Penjagaan yang ekstra ketat

Dengan benteng yang begitu kokoh

Seakan beruratkan besi bertulangkan baja

Begitu susah menembus dunia ini

Hanya dengan akses yang tepat

Dan prasarat pasport yang lengkap

Barulah bisa memasukinya dengan aman

Ketika ada yang mencoba memaksa

Hanya mengakibatkan luka-luka

Seandainya memang bisa

Hanya mengakibatkan sengsara

Merantau di dunia metafisik

Tanpa arah dan tujuan yang pasti

Kehancuran buat si pemaksa

Siksa menjelma menggerogoti hidupnya

Hanya Tuhan-lah yang dapat menyembuhkannya

Andai kesabaran menghinggapi kehidupannya

 

Kata iya

Mengangguk kata setuju

Tapi bukan berarti iya

Mengapa sahabat tak bertanya ?!

Hanya bergeleng kepala

 

Kalau sahabat tak paham

Uneg-uneg jangan disimpan

Ungkapkan semua perasaan

Hak berpendapat dijamin undang-undang

Sudah jelas di pasal dua delapan

 

Diam bukanlah emas

Emas ada di busang

Katanya sedang diributkan

Siapa yang bakal jadi jutawan

Mungkin mereka yang menambang

Sahabat juga mungkin nanti kecipratan

He…. he….

Jangan terlalu banyak termangu

Sebentar lagi khan pemilu

Jangan sampai terpancing isyu

Sekarang khan musim dikompor-komporin

Apa lagi sambil dikipas-kipasin

Bisa-bisa kebakaran nanti

 

Dengarlah kami

Saat-saat kaki terlangkahkan

Sejenak hati berfikir tentang keadilan

Ketika bangsa dilanda bencana

Ketika rakyat kecil dirundung duka

Ketika semua orang berharap tanya

Mana yang benar dan mana yang salah ?!

Banyak sosok muncul seolah pakar

Berteriak-teriak seakan benar

Seharusnya begini dan seharusnya begitu !!

Ternyata semua hanya teori membingungkan

Di sudut-sudut kota dan pelosok negeri

Rakyat jelata menggeliat kelaparan

Anak-anak mulai putus harapan

Akan kemana kami mencari

Napas kebebsan yang semakin sesak

Angin kehidupan yang mulai hilang

Sungguh tragis dan ironis

Rupiah terpuruk dalam kekhawatiran

Si awam hanya bertanya

Dosa siapakah ini ?!

Kok kami yang mendapat siksa

Kami tidak perlu banyak partai

Kami perlu banyak beras

Kami perlu banyak susu

Kami perlu makan

Dan kami perlu keadilan

 

 

Seminggu Di Ladang Tua

Sekian lama aku tak jumpa

Bayangan kerinduan kian terasa

Tak tahan ingin mendengar cerita

Seperti beberapa waktu yang lalu

Ketika kau berkisah di ladang tua

 

Hari pertama

Kau terdiam tak dapat bicara

Hanya mencucurkan air mata

Saat kucoba menghapusnya

Kau tepiskan tanganku

Waktu itu aku bertanya

Mengapa ???

Namun kau tak kuasa menjawabnya

Tapi aku tahu kau tidak merahasiakannya

 

Hari kedua

Kau baru menjawabnya

Kau merasa khawatir tentang adikmu

Yang hidup dirantau orang

Kau takut dia tergoda

Oleh bias remang cahaya kota

Namun kau tak kuasa meneruskan cerita

Kau cucurkan lagi air mata

 

Hari ketiga

Kau melanjutkan ceritanya

Bagiku makan tidak masalah

Hidup di desa tak akan kelaparan

Namun di kota adikku mau makan apa

Justru aku takut adikku dimakan orang

Katanya di kota saat sekarang

Tidak berfikir lagi besok makan apa

Tetapi besok saya mau makan siapa

Kau menangis lagi

Membuang air mata tanda berduka

 

Hari keempat

Ini tak akan ku lupa

Saat kau merayuku agar menanggapi

Semua cerita tiga hari yang lalu

Aku tak mau untuk bicara

Akhirnya kau meneruskan cerita

Tentang adiknya yang sangat dia cintai

Sampai kini tak kunjung pulang

Kau berharap agar adikmu cepat kembali

Hari kelima

Kau bercerita tentang metropolitan

Yang penuh dengan aktivitas kejahatan

Sikut kiri sikut kanan itu kebiasaan

Apakah adikku selamat dari todongan

Kesombongan dan kekerasan zaman

Kau menangis lagi

Dan tak kuasa cerita lagi

 

Hari keenam

Aku masih teringat

Saat kau bertutur tentang ibumu

Ketika dia mulai tua renta

Bahkan sampai akhir hayatnya

Kau katakan ibumu adalah keabadian kasih

Tak pandang pamrih

Ikhlas dalam menjaga anak-anaknya

Inikah arti surga di bawah telapak kaki ibu

Kau malah merenung sampai tak cerita apapun lgi

 

Hari ketujuh

Ini hari terakhir kau bercerita padaku

Karena aku akan ke rantau

Mencari pengalaman ke kota orang

Kau berharp agar aku dapat bertemu dengan adiknya

Dan menyampaikan salam kekangenannya

Sekarang kau akan mencoba untuk melupakannya

Karena adikmu tak memberi kabar berita

Kau ucapkan selamat jalan padaku

Inilah kisah seminggu di ladang tua

Namun sampai kini ku takkan lupa

Dan sekarang akan kucoba mencari adiknya

Untuk membantu temanku disana

Yang selalu berduka tentang adiknya

Berdoalah temanku agar aku menemukannya

Amiin

 

Diaolog rasio dan hati

Rasio berkata “ kenapa kau laukan itu hati?”

“entahlah, hanya itu yang ingin aku katakan” jawab hati.

“apakah aku terlalu ….Egois, emosi atau agresif”,

Lanjut hati.

“sudahlah, mungkin aku yang salah ?,

Aku tidak bisa memantaumu”, lanjut rasio.

“tidak rasio, aku terlalu memaksakan,

Seolah aku tak sadar dengan keadaanku.

Mungkin aku benar-benar lupa dan lalai,

Dan kau menganggapku konyol khan ?”

Kata hati panjang lebar.

“biarlah rasio, apa yang telah aku katakan

Aku yang akan menanggung akibatnya

Aku telah coba melakukan yag terbaik untukku

Walau harus menghancurkan diriku

Asal aku tidak melukakan orang lain

Aku akan tetap berbahagia.

Kau telah mengingatkanku rasio, terima kasih”

Hati menambahkan ungkapannya.

“hati, biarlah semuanya berjalan dengan relita

Mungkin kita harus bersikap sedikit bijak

Tidak usah terlalu berharap”Rasio menambahkan.

“aku setuju rasio” sahut hati.

Lalu keduanya terdiam seolah tidak ada pembicaraan lagi.

Dan begitulah sampai keduanya terlelap dalam tidur karena kelelahan.

 

 

From my friend

Sobatku, di tengah malam

Yang sepi …..

Aku termenung sendiri

Dan dalam kesendirian ini

Aku tak tahu apa …..

Rasa rindu selalu ada

Tapi akupun tak tahu

Apa yang aku rindukan …..

Sobat, siramilah diriku

Dengan kasih dan cintamu…..

Agar aku tahu apa arti

Kesendirian dan rinduku ini

 

Betapa

Tuhan …

Betapa dingin dekapan-mu

Sejak aku tak pernah lagi ke rumah-mu

Betapa kabur penglihatanku

Sejak cahaya-mu semakin redup

Pada setiap sudut pengembaraanku

Betapa sunyi pendengaranku

Sejak aku tak perduli

Suara orang-orang memanggil-mu

Tuhan

Betapa seluruh tubuhku luluh

Sebab matahari mengantarai jarak kita semakin jauh

Tuhan

Betapa aku tak mampu

Luput dari dekapan-mu
Sebab kini kumengerti

Dirumah-mu aku adalah tamu

 

Yang tersayang

Kau bangun

Kugendong

Kutimang

 

Kau bermain

Kuasuh

Kutemani

 

Kau menangis

Kuhibur

Kucanda

 

Kau mengantuk

Kudendangkan

kukisahkan

 

Kau tidur

kubelai

kucium

Kudekap

 

Kau pergi

Kutersedu

Kucari

kurindu

 

Kau ….

From Dian

 

 
Tujuh Paragraf Saja

Paragraf pertama

Saat hujan semakin deras

kusuri jalan selangkah demi selangkah

Kuraba bajuku yang sudah kuyup

serasa dingin udara menusuk

sebentar kutoleh kebelakang

Begitu dalam arti perjalanan

percikan air adalah terpaan

Halilintar pemanis makna

Saat reda adalah harapan jiwa

menjadikan terang nur kehidupan

 

Paragraf kedua

Kala membayang terang rembulan

merenung menjadi makana harapan

waktu kecil adalah kedamaian

saat remaja masa pematangan jiwa

kini kutatap cermin kedewasaan

kukerutkan keningku

seraya aku berkata pada bayanganku

belajarlah dari perjalanan hidupmu

raihlah cita-citamu diatas bintang persia

dan jadilah dirimu dalam sebuah jati diri

 

 

Tangis Ibu

Dalam senyummu, ada letihmu
Siang dan malam menyergapmu
Tak sedetik kau berhenti
Agar ada cahaya untukku, anakmu

Terkadang hinaan menemanimu
Yang tak peduli dengan hatimu
Masih saja kau berjalan ke depan
Mencari pintu untukku, anakmu

Bukan berlian yang kau minta dariku
Bukan uang yang kau minta dariku
Bukan emas yang kau minta
Tapi kebahagiaanku yang kau harapkan

Kau selalu mengucapkan
Bahwa kau sayang padaku
Bahwa kau tulus padaku
Ibu…

 

Bu Guru

Sosokmu adalah pahlawan tanpa imbalan
Tulusmu adalah kemuliaan
Hingga tercipta orang-orang sepertimu
Generasi penerus bangsa

Jasamu melebihi uang dan harta
Akhlakmu begitu mulia
Untuk kami
Sebagai bekal di masa depan

 

Rapalan Doa Untukmu

Adalah guruku
Pahlawanku
Yang selalu mengugu
Yang selalu memberi bekal ilmu
Dan bisa ditiru

Dengan tulus dan ikhlas

 

 


Tanpa disebut
Senyummu adalah semangat
Menerjang masa depan yang cerah
Dari tetesan keringatmu

Perjuanganmu adalah telaga
Untuk kami
Hatur kasih untukmu
Perjuanganmu adalah makna hidup kami

Entah,
Bagaimana di dunia ini tanpa kehadiranmu
Yang pastinya,
Selalu ku rapal doa cahaya untukmu
Hatur kasih untukmu

 

Hidup

Asam manis kita rasakan
Secara bergilir dan bergantian
Sesak dan lemas menjadi satu
Amarah dan luka
Tapi cinta mempertahankan kita
Dan bongkahan harapan adalah pondasi

Jalan kita lunglai
Entah kapan lelah ini lenyap
Hingga di ujung jalan
Penuh cahaya
Tapi cinta tak mengiringi
Hingga salah paham menghampiri

Manusia Lupa

Kadang keberuntungan ada di tangan kita
Kita perlu merenung, meskipun beruntung
Hingga di ujung jalan,

Kenapa cinta membuat kita menjadi munafik
Hidup penuh pura-pura

Hingga kita lenyap
Bersama sinar matahari
Dan kita lupa
Bersama dunia fana


Lupa memori kecil
Yang sudah terampuni

 

 

Namaku Alam

Perkenalkan, namaku adalah alam
Aku adalah tempat tinggal bagi flora dan fauna
Dimana bagi hewan-hewan aku adalah rumah mereka
Tempat mereka bertumbuh
Berkembang biak, dan mencari makan
Melakukan semua aktivitas kehidupan alam

Bukan hanya hewan
Tumbuhan pun merasakan hal yang sama
Bagiku, tumbuhan adalah perhiasanku
Dan hewan, adalah peliharaanku

Aku juga slalu memberi kesejukan bagi penduduk bumi
Aku memberikan oksigen bagi manusia
Aku juga memberikan sumber daya bagi mereka
Memberikan mereka energi, kekuatan, perhiasan
Dan segalanya yang mereka butuhkan

Semua itu adalah pada saat bumi masih dalam keadaan stabil
Ketika bumi tidak dipenuhi orang orang serakah
Menggunakan sumber dayaku sesuai kebuhannya saja

Tapi kini
Manusia hanya memikirkan kepentingannya sendiri
Mereka tak pernah memikirkan aku
Mereka slalu ingin lebih atas apa yg telah diberi oleh – Nya
Ketamakan, kerakusan, pemborosan
Telah membawaku kepada kerusakan

Lihat apa yang telah mereka perbuat padaku
Setelah apa yang aku berikan pada mereka
Mereka membalasnya dengan merusakku
Menebang pohon pohonku
Memberikan polusi padaku
Memburu hewan hewanku
Dan merusak ozonku
Dengan zat zat yang dulu tak pernah ada di bumi ini

Sungguh perih hati ini rasanya

 

 


Apakah tak ada kesadaran sedikit pun dihati mereka?
Apakah tak ada rasa iba mereka atas rusaknya diriku?
Sungguh, sungguh, dan sungguh sangat miris hati ini

 

 

Paru-Paruku

Satu demi satu, dua demi dua, tiga demi tiga
Seratus sudah aku menanammu
Setiap hari aku merawatmu
Kami hidup
Kami sehat
Semua karnamu,
Paru-paruku

Tapi sekarang, mereka kejam denganmu
Kau hanya semacam kertas yang bisa dipotong-potong, diinjak-injak
Mereka tak pernah peduli dengan masa depannya
Tak pernah peduli dengan anak cucunya akan hidup bagaimana nanti
Rasa peduli mereka hanya untuk uang

Paru-paruku,
Buatlah mereka sadar akan penting adanya engkau

 

 

Kerusakan Alam

Kau yang kini tertawa
Bermandikan harta
Berkawankan kemewahan
Dari mana kau dapatkan semuanya?

Dari pohon yang kau tebang
Dari hewan yang kau bunuh
Dari tanah yang kian tandus
Dari air yang kian kering
Dari sungai yang kian kerontang
Dari hutan yang kau jadikan kebakaran
Dari asap tebal pohon yang di bakar

Apakah kau tak ingat
Masih ada anak cucu kita
Yang mengharap udara segar
Mengharap kesejukan alam
Mengharap Keindahan dunia

 

Mengharap hijaunya daun
Mengharap rindanya pepohonan

Tidak kaah kau sadar,
Ada banyak nyawa yang kau ambil
Ada banyak harapan yang kau renggut
Wahai para perusak alam
Ingatlah pada hukum alam
Kita butuh alam yang indah
Kita butuh alam yang sejuk
Kita hidup dalam alam
Dan kita bergantung pada alam

Jagalah alam
seperti kau menjaga rumahmu sendiri
Karena alam kita
adalah
alam anak cucu kita

 

 

Pedesaan  yang masih asri.

Kulihat sawah membentang
warna hijau bagai permata alam
kucoba telusuri jalan
akankah tetap begitu

Kuingin tetap begini
terlihat apa adanya
kuingin tetap begitu
terlihat kenyataanya

Mentari mulai tenggelam
dan..akupun teteap disini
menikmati alam yang ada
anugerah dari yang kuasa

Oh..alam desaku
…aman dan damai
Oh…. alam desaku
….lestarikanlah

 

 

 

 

 

 

 

Berita Alam

Halilintar menggelegar, daun-daun berguguran
Langit biru menghilang
Burung terbang tinggalkan sarang
Rintik hujan berjatuhan, payung-payung dikenakan
Pohon tumbang tercabut dari akarnya
Awan hitam semakin mengembang
Kulangkahkan kakiku menuju cakrawala
Gapai harapan mimpi indah
Kupetik senar gitarku nyanyikan lagu tra la la
Merah putih sudah kusam warnanya
Burung garuda entah terbang kemana
Pancasila tak lagi bermakna
Indonesiaku tertutup wajahnya
Badai datanglah hentak kegersangan
Hujan air turunlah sirami kekeringan
Mentari terbitlah ubah kesuraman alam ini
Negri ini….

 

 

Sabda Bumi

Bulan tampak mendung merenung bumi
Seberkas haru larut terbalut kalut dan takut
Terpaku ratap menatap jiwa-jiwa penuh rindu
Hangatkan dahaga raga yang sendu merayu

Bulan tak ingin membawa tertawa manja
Kala waktu enggan berkawan pada hari
Saat bintang bersembunyi sunyi sendiri
Terhapus awan gelap melahap habis langit

Bulan memudar cantik menarik pada jiwa ini
Hitam memang menang menyerang terang
Tetapi mekar fajar bersama mentari akan menari
Bersama untaian senandung salam alam pagi

 

 

Berpendidikanlah

Berpendidikanlah ..
Maka hidupmu akan berubah Berpendidikanlah ..
Maka mata yang mulanya hitam akan terang

 

 

Berpendidikanlah ..
Maka resahanmu akan menjadi emas

Banyak orang menganggur karena sekolah
Banyak orang pontang-panting karena sekolah
Memanglah pendidikan bukan jaminan
Tapi hendaknya berusahalah

Berpendidikanlah ..
Dunia tidak hanya membutuhkan kepandaianmu
Kini dunia tidak butuh itu
Karena cuma pandai itu tidak cukup
Yang dibutuhkan hanya tekadmu
Niatmu ..
Semangatmu ..
Usahamu ..

Pemerintah tidak akan mempersulitmu
Gunakan semua fasilitas
Semua ini untuk generasi bangsa
Manfaatkan .. manfaatkan ..

Masa depanmu di tanganmu
Pendidikan hanyalah jembatan
Hanyalah sarana
Bangkitlah ..
Majulah ..

Lihat dirimu
Apa kau ingin seperti orangtuamu
Air mata yang terus membasahi pipinya
Apa tak kasihan
Di mana hatimu ..

Ini semua untuknya bukan
Ayo bangkitlah
Ayo majulah
Ayo buktikan
Demi orangtuamu

Hingga dirimu berubah menjadi jingga yang ranum.

 

 

 

 

 

 

Pena

Pena…
Kuikat ilmu dengannya…
Kutulis kisah sejarah bersamanya…

Pena…
Kugapai cita cita dengannya
Tak lupa teriring doa dan usaha
Sebagai wujud penghambaanku pada sang Pencipta

Pena…
Bersamanya, kutulis cerita cinta berbau surga
Agar manusia tak terjebak pada dunia yang fana
Tak jelas asalnya, tak jelas pula hasilnya

Pena…
Simbol peradaban dari zaman purba ke zaman aksara
Di mana manusia tak lagi menghambakan diri pada mitos yang tak jelas asalnya

Pena…
Dengannya, hidup manusia menjadi mulia
Lantaran mencari ilmu untuk kesejahteraan dunia.

 

 

Tina hitamku

Sunyi, gersang, redup…
Itulah diriku
12 tahun sudah mengemban ilmu, dengan rasa pilu
Diriku hanya insan biasa, yang masih kaku dalam mencarimu
Aku harus bangkit, bangkit dan bangkit
Demi sebuah kemenangan sejati
12 tahun sudah bersama tinta hitamku, menorehkan kata per kata di atas selembar kertas putih
Di sini bukan masalah gelar ataupun pangkat, namun masalah jati diri
Bukan untuk menjadi kaya, bukan!!
Cukup menjadi sebuah acuan dalam kehidupan
Di negeri ini aku menuntut ilmu, mencari hal baru dalam sebuah titik temu
Tinta hitam yang ku bawa bersama setumpuk buku
Kini menjadi saksi bisu dalam perjalananku
Mencapai nilai sempurna bukanlah hal yang mudah
Tidak cukup dengan membaca dan menulis.

 

 


Tak perlu bersandiwara untuk menjadi perwira
Benar, aku memang harus giat
Giat untuk sukses dalam kiat-kiat
Jangan biarkan otak kalian membeku hingga menjadi abu
Asahlah layaknya sebuah pisau yang tajam
Yakin bahwa masa depan ada di depan mata.

 

 

Mimpi dan cita

Tersenyum aku menahan getir dan rintihan jiwa
Sebab impian dan cita-cita terhenti
Oleh ketidak mampuanku dan tiadanya dukungan orangtua
Kusimpan mimpiku setelah lepas masa Putih Abu

Perjuanganku belum berakhir
Walau setitik harapan sudah kudapat
Pada Kota penuh cahaya ini
Aku datang untuk pergi, berkelana merajut cita

Tentang semua mimpi dan cita
Takkan pernah ada kata menyerah
Meski berpuluh kali aku telah jatuh
Berpuluh kali pula aku bangkit lagi

Di atas tanah Bumi Pertiwi aku melangkah
Di atas tanah ini pula ku berbakti, menuntut ilmu
Akan kutunjukkan pada Dunia, aku bisa
Aku mampu meraih mimpi dan cita-citaku, di Indonesia.

 

 

Hanya pendidikan

Manusia berakal yang jauh dari moral
Tercemari udara kontemporer
Sudah jauh dari norma dan aturan
Siapa lagi yang bisa selamatkan
Selain tanaman pendidikan
Kelak manusia akan paham
Bahwa dirinya bukan apa-apa
Jika hanya ingin menikmati
Tanpa berusaha mati
Dengan pendidikan manusia akan tahu

 

 


Bahwa berakit itu ke hulu
Dan berenang ke tepian
Dengan pendidikan manusia akan sadar
Bahwa mimpi harus terus berakar
Untuk mencapai hidup tanpa samar
Hanya dengan pendidikan
Seluruh makhluk terselamatkan
Cinta dan kasih bertebaran
Hanya pendidikan
Bunga yang terus bermekaran
Harumnya semerbak bertebaran
Hanya pendidikan
Mampu selamatkan pergaulan
Mencapai mutiara masa depan
Hanya pendidikan
Selamanya hidup aman.

 

Semangat baja pemuda bangsa

Kini kerusuhan tlah jadi ketenangan
Pembantaian tlah jadi perdamaian
Hitam-putih sudah berwarna-warni
Kini negeri ini tlah berevolusi

Dan kini kitalah penerus mereka
Tak perlu di medan perang
Hanya perlu di ranah pendidikan
Mengukir prestasi, harumkan negeri ini

Kumpulkan segudang ilmu
Gunakan otakmu sebagai ruang alam pikiranmu
Perbaiki jalan pikiranmu yang buntu
Sadarkan pikiran dan hatimu yang kosong

Ayo satukan seluruh warna!
Kokohkan yang tlah satu
Jangan bilang tak bisa sebelum mencoba
Jangan lemah tak berdaya setelah jatuh

Bangkit dan bergerak!
Tunjukkan pada dunia bahwa kita bisa!

 

 

 

 

Lentera pendidikan

Langkah kaki menapaki jalan
Tak tahu arah tujuan
Bagai hidup tak berpedoman
Seperti hidup dilanda kebodohan

Hidup tanpa ilmu
Bagai rumah tak berlampu
Gelap bagai abu
Seperti bayangan yang semu

Pada siapa ku bertanya
Tentang arti hidup yang sebenarnya
Ketika ilmu tak kupunya
Pendidikanlah yang menjadi jalannya

Cahaya di tengah kegelapan
Menerangi setiap kehidupan
Menumpas segala kebodohan
Yang merusak masa depan

Semangat dalam meraih asa
Tak pernah lelah dan putus asa
Berdoa pada Sang Kuasa
Sebagai generasi penerus bangsa.

 

 

Asa siswa

Indahnya sekolah menengah
telah pun berlalu
semua lelah
sirna
tiada tersisa

kini,
masa telah berbeda
bangsa menanti
jati diri terus terpatri
untuk mengabdi pada negeri
tiga tahun berlalu

mahasiswa,
ya, itu asaku terus menggebu
kini ku tak lagi pakai seragam abu-abu
tapi aku tetap malu

 

 


sebab diri tak juga mampu
ukir rasa
bangga

kuingin rajut
impian
penuh harapan
semangatku pahat
beralas juang

betapa bangga
orang tua
pada jiwa
yang telah jadi dewasa
tapi apalah daya
aku
baru memulai asa
jadi mahasiswa

selagi kecil berusia muda
kiri kanan hamparan senja
jangan lengah
kerlipnya madah
itu hanya pelipur lara

kenang tak berkenan
harus dikenang
itulah jiwa petualang
harus terang
tenteram
tanpa geram
apalagi dendam
asaku hanya
jadi mahasiswa.

 

 

Sejatinya pendidikan

Telah sejarah riwayatkan dalam sebuah mozaik destinasi
Tujuan luhur, agung nan bijaksana
Mencerdaskan kehidupan bangsa seutuhnya

Ia yang sejatinya bukan sekedar hak yang harus diterima

 

 

 

Melainkan adalah tulang punggung yang menentukan nasib
Pola yang menentukan karakter bangsa

Bocah lugu terlahir dari bijana terdalam
Berlari riang, bermain ke-sana ke-mari
Menyunggingkan senyum manis di kala guru tiba

Kerinduan itu kini sedikit telah terobati
Sederhana memang
Sederhana yang kadang terabaikan
Mereka ingin tahu, ada apa di sana
Mereka ingin paham, mengapa begini
Mereka ingin mengerti, mengapa mereka ada
Mereka ingin mencari apa tujuan mereka
Dan kadang mereka ingin tahu apa sejatinya yang mereka lakukan

Selaksa air yang melegakan dahaga
Mengubah horizon kemarau
Menjadi subur pengetahuan dalam kebijaksanaan.

 

 

Untuk Kalian Berdua

Cintamu,
Kasihmu,
Kau berikan padaku
Tulangmu,
Keringatmu,
Kau berikan padaku

Meski lelah, kau tetap tersenyum
Meski aku sering berbuat salah
Kau tetap memberikan senyum dan cinta
Tak pernah sedikitpun meminta balasan
Aku tahu,
Semua itu agar aku bahagia
Kau adalah cahaya
Kau adalah pelita
Kau adalah penuntun jalanku
Maaf,
Jika aku belum bisa membalas
Semua pemberianmu untukku
Tapi aku janji,
Doaku selalu menyertaimu
Agar kau bahagia menjalani masa tua
Agar kau selalu tersenyum
Meskipun tak sebesar apa yang kau beri padaku

Ibu,
Kau adalah bulanku
Yang selalu di hatiku
Ayah,
Kau adalah mentariku
Yang selalu menyinariku

Ayah, Ibu,
Aku mecintai kalian
Seperti aku mencintai Tuhan

Semoga Tuhan memberikan kebaikan pada kalian
Di taman yang indah nanti

Bu, Makasih

Bu, puisi ini untukmu
Puisi ini kutulis untukmu
Meski tak ada kalimat yang melebihi kasihmu
Tak ada kata-kata seindah senyummu

Cinta dan tulusmu sangat berarti
Kau di sisiku,
Memberiku kekuatan
Mengajari keikhlasan

Kini,
Aku tahu apa itu sabar
Apa itu ikhlas

 

 

 


Seperti kau membesarkanku
Seperti kau mendidikku
Dengan sabar dan ikhlas

Kesabaranmu,
Menggendong dengan perutmu selama sembilan bulan
Hingga sakit tuk mengeluarkanku
Kau tak pernah marah dengan semua itu
Kau selalu tersenyum,
Kau selalu mengelusku dan berkata,
“Anakku, sebentar lagi kau bisa menikmati dunia”
Aku berada di ruang cintamu

Terimakasih telah bertaruh dengan nyawamu
Agar aku lahir di dunia ini
Terimakasih telah merawatku dengan ikhlas
Tanpa harap imbalan dariku
Terimakasih atas segalanya
Semoga Tuhan memberimu panjang umur dan sehat
Amin

I Love You, Mam…

Kau Hebat, Yah

Tak peduli dengan matahari yang membakar kulitmu
Tak peduli tanah yang menyentuhmu
Kelelahanmu adalah langkahmu,
Ayah

Sakit hatiku
Melihat peluhmu
Sakit hatiku
Mendengar sengal nafasmu

Ayah,
Badanmu yang dulu kekar
Kini habis termakan peluh
Kulitmu yang dulu lembut
Kini dipenuhi kesakitan

Ayah,
Tanah dan lelahmu bagai bajumu
Kesal dan pusingmu adalah makananmu
Letih dan lunglaimu adalah minumanmu

Ayah,
Aku salut
Atas semua yang kau lakukan
Aku kagum
Dengan semua perjuanganmu
Semua itu untuk istri dan anakmu tercinta

Orang Tua Istimewa

Aku senang!
Aku mengambara
Banyak sekali manusia

 

 


Tapi kau tetap 
orang tuaku
Mereka tulus menemaniku
Mereka istimewa

Meski mengembara
Meski banyak manusia
Kau tetap di hatiku

Dengan tulus kukatakan
Aku sayang kalian
Kalian istimewa

Meski ku mengembara
Meski ku menemui banyak orang
Kalian tak ada yang menandingi
Kalian istimewa

Kalian adalah guruku
Kumpulan ilmu dari kalian kugunakan
Cambuk dan ajaranmu selalu kuingat
Itu semua demi masa depanku

 

 

TANGISAN AIR MATA BUNDA

“Dalam Senyum kau sembunyikan letihmu
Derita siang dan malam menimpamu
tak sedetik pun menghentikan langkahmu
Untuk bisa Memberi harapan baru bagiku

Bukan setumpuk Emas yang kau harapkan dalam kesuksesanku
bukan gulungan uang yang kau minta dalam keberhasilanku
bukan juga sebatang perunggu dalam kemenanganku
tapi keinginan hatimu membahagiakan aku

Dan yang selalu kau berkata padaku
Aku menyayangimu sekarang dan waktu aku tak lagi bersama mu
aku menyayangi mu anak ku dengan ketulusan hatiku”

 

 

 

Indahnya Alam Negeri Ini

Kicauan burung terdengar merdu
Menandakan adanya hari baru
Indahnya alam ini membuatku terpaku
Seperti dunia hanya untuk diriku

Kupejamkan mataku sejenak
Kurentangkan tanganku sejenak
Sejuk , tenang , senang kurasakan
Membuatku seperti melayang kegirangan

Wahai pencipta alam
Kekagumanku sulit untuk kupendam
Dari siang hingga malam
Pesonanya tak pernah padam

Desiran angin yang berirama di pegunungan
Tumbuhan yang menari-nari di pegunungan
Begitu indah rasanya

 

 


Bak indahnya taman di surga

Keindahan alam terasa sempurna
Membuat semua orang terpana
Membuat semua orang terkesima
Tetapi, kita harus menjaganya
Agar keindahannya takkan pernah sirna

 

 

Lelang pendidikan

Pendidikan…
Kata yang didengungkan oleh banyak kalangan
Katanya
Pendidikan itu tak memandang latar belakang
Namun, apalah daya
Itu ‘cuma’ slogan
Entah jaman yang telah berevolusi
Atau sedari dulu tetap begini

Pendidikan adalah hak setiap warga
Namun, mana buktinya
Kami beli, kami juga yang menjual
Itu kata yang sering terlontar, dari orang yang katanya berpendidikan
Kami beli mahal, maka kami juga mendapatkan yang mahal

Pantas saja jika negara ini tak mencapai kejayaan
Kelakuan orang orang berpendidikan tak lagi bisa di harapkan
Pendidikan investasi masa depan
Namun, bukan berarti pendidikan sebagai alasan untuk meraup pajak besar-besaran
Bukan pula sebagai alasan untuk meletakkan kaki di atas hidung anak jalanan

Mau sampai kapan, pendidikan akan terus dilelang
Hingga rakyat kecil musnah dengan perlahan?
Atau hingga jas mengkilat tak lagi muat dikenakan?

Tak hanya tuan yang membutuhkan
Tapi, kami juga tak meminta
Karena kami tak sanggup jika harus bermain lelang
Dengan apa yang seharusnya kami dapatkan.

 

 

Senandung literasi

Senja ini semburat merah mewarna langit yang abu
Anganku terbang pada masa belajar mengeja
Kala itu, aku tersenyum mendengar dongeng pelajar nusantara
Sang penakluk bukit, penyisir sungai yang handal
Para pengejar ilmu, penggerak peradaban

Teruntuk pencinta ilmu
Membaca adalah bukti rindu yang menyeruak
Memaksa mata terkunci dengan baris dan baitnya
Lantas waktu bertransformasi jadi anak panah berkecepatan tak hingga
Dunia memang tak menjadi milikku, tapi aku mencipta duniaku sendiri

Aku ingin berkata lewat aksara, goresan pena

 

 

 

 

Merapal doa dan nasihat untuk maslahat
Diam untuk membaca, berkata untuk bercerita
Sebab literasi tak melulu tentang seni, tapi juga keinginan berbagi

Tinta senja adalah katalis bagi zaman yang tengah miris
Malam segera tiba, tapi fajar pasti menyingsing setelahnya
Maka mimpi dan usaha harus digerilya demi mentari yang lebih jinga.

 

 

Peti sejuta mimpi

Mimpi ini terasa terkubur begitu dalam
Begitu dalam sampai tak bisa tergali
Ingin ku keluarkan mimpi-mimpi itu sekarang
Tapi itu tidaklah mudah….
Butuh sejuta peti emas untuk menggali mimpi itu
Itulah mahalnya pendidikan
Begitu mahal sampai harus mengubur mimpi ini.
Sungguh ku butuh peti emas itu
Apalah daya, mengisi perut keroncong pun sulit
Apakah hanya mimpi seorang anak pejabat yang bisa tumbuh?
Apakah niat tidaklah cukup tanpa sepeti emas?
Zaman yang begitu kaya….
Bukan karena kebodohan kami tidak bisa menggapai mimpi kami.
Tapi karena peti emas yang tidak bisa kami dapatkan.
Begitu kaya karena sejuta mimpi yang terkubur dengan sejuta peti emas.
Lebih baiklah tak perlu bermimpi,
Daripada bermimpi tapi harus terkubur jua.

 

 

Jam kosong kami bahagia

Betapa bahagia kami
Jam kosong tak ada guru terasa lagi
Telah menjadi tradisi; lumrahnya kami
Merekah senyum bahagia sana sini
Dan di sudut kiri
Guru mulai menyibukkan diri; melupa kepada kami

Ada yang membangkit senyum dari tidurnya
Ada yang membaca buku lalu menertawakannya
Ada pula yang mencela, pada daftar nama yang tertera

Begitulah kami
Pelajar generasi negeri ini
Yang gembira tiada henti
Kala jam kosong tak terganti.

 

 

Ironi pendidikan

Untukmu yang mengenyam pendidikan…
Di saat kau diberi kesempatan
Mengeja hal istimewa bernama pendidikan
Di saat yang sama kau malah menyia-nyiakan

Kau terjerembab dalam kenyamanan

 

 

Sekelilingmu pun kau abaikan
Bukankah pendidikan mengajarkan kepedulian
Ataukah kita yang terlalu asyik dengan keegoisan

Sadarilah di sisi lain, ada hati yang mengebu-gebu
Mendamba hal termewah yang kau jadikan sia-sia
Bangkit, lawan rasa malas dan keegoisan yang menggerogotimu
Atau kau terlarut dalam dunia yang menjadikanmu tak berguna.

 

 

Buku

Buku adalah jendela dunia…
Membaca membuat kita pintar
Memahaminya membuat kita sadar
Bahwa bumi tidaklah hanya alam sekitar
Banyak pemahaman di dalamnya
Banyak pengetahuan isinya

Melalui buku kita tahu segalanya
Melalui buku kita bisa menjelajah angkasa
Buku…
Banyak sekali jasamu
Isi perut Bumi pun bisa kutahu
Hanya dengan membaca dan memahamimu
Tak pernah kuselami lautan luas
Tak pernah ku jelajah Kutub Utara
Namun melalui buku aku bisa tahu

Hanya dari buku aku merasakan
Berbagai makhluk yang tinggal di lautan
Dinginnya udara di kutub sana
Terima kasih untukmu buku
Telah membuka wawasanku
Serta mengajari aku berbagai ilmu.

 

 

Sekolahku

Engkau hanya seonggok batu yang termakan debu
Tapi tak ada jemu dalam jembatan ilmu jantungmu mendenyutkan cerita
Semangatmu mengucap cita cita
Dan hadirmu selalu terkenang

Kisah penting bermula dari bangkumu
Yang terbaik melangkah melalui tapak jalanmu
Gelak tawa maupun sendu yang hadir
Menjadi lembar pembuka tabir

Di tempat engkau berdiri
Jutaan pelita menyembul untuk negeri
Jembatan masa depan yang menyambung
Sekolahku, namamu akan selalu bergaung.

 

 

 

 

 

 

Pendidikan pengentas kemiskinan (?)

Kau bilang pendidikan itu jalan mengentas kemiskinan
Padahal untuk mengenyamnya saja kami harus bayar
Uang kami digerogoti layaknya ulat memakan daun
Tak peduli kami mampu atau kesusahan mengejarnya

Dibuatnya kami percaya akan janji-janji pendidikan
Kau bilang lulusan pendidikan mudah dapat pekerjaan
Nyatanya selepas wisuda terlalu banyak pengangguran
Janji-janji itu seolah mantap, mirip orasi calon pejabat

Tapi kau masih kukuh
Kau tetap bilang pendidikan pengentas itu kemiskinan
Kau memberi bukti lulusan yang menawan
Diperlihatkan jabatannya, hartanya dan penampilannya
Lagi-lagi, dia adalah seorang pekerja kantoran

Lalu, apakah pendidikan hanyalah batu loncatan
Kusebut demikian karena kami hanya berpindah
Berpindah tanpa arah dari satu gedung ke lainnya
Gedung itu bernama pendidikan
Kemudian bermuara ke perusahaan, juga pemerintahan

Jadi ini?
Ah bagiku tetap saja pendidikan bukan pengentas kemiskinan
Jika harta yang kau maksudkan, cukuplah berniaga
Berniaga membuat seseorang cepat kaya
Kau tak perlu pendidikan untuk harta
Pendidikan hanya akan menggerogoti kekayaan

 

 

Agen perubahan

Berjalan tegap menjelajahi aral rintang
Berkemeja rapi dalam penampilan
Mereka bilang, mereka pembawa perubahan
Entah perubahan apa yang dimaksudkan
Tetapi sejak dulu itu jadi tujuan

Status mahasiswa mereka sandang
Jenjang tertinggi dalam pendidikan
Tak hanya sarjana, magister, doktor, bahkan profesor jadi bagian
Dielukkan sebagai pembawa kedamaian
Lewat baktinya meluruskan janji-janji bualan

Setidaknya dengan harapan
Tiada lagi anak memegang gitar di tepi jalan
Tidak ada lagi anak menengadahkan tangan dengan wajah memelas di emperan
Wahai mahasiswa yang katanya pembawa perubahan
Bawalah anak-anak tadi dalam pelukan pendidikan.

 

 

 

 

 

 

Generasi Indonesia di negeri orang

Membuka cakrawala
Mengenal alfabet Indonesia
Kala lidah sudah terbiasa dengan aksen Amerika
Ku tau engkau sedang tertatih mengeja buku
Bukan bei-yu bu kei-yu ku
Namun be-u bu ka-u ku

Kau lahir, hidup, dan tinggal bukan di negerimu
Generasi ketiga dari para perantau yang memilih menetap dan berhikmat
Semua tentang negerimu hanya kau dengar dari cerita gurumu di kelas, atau kakek nenekmu di rumah yang mulai lupa akan bahasa Indonesia

Aku tau, rindumu pada negerimu begitu besar Setiap hari kau bertanya seindah apa negerimu
Meski kau tidak puas dengan jawabanku, kelak dewasa kau akan
menemukan jawaban atas pertanyaanmu sendiri
Setiap hari kau berinteraksi dengan orang tempatan yang berbeda adat dan budaya
Di sekolah kau diajarkan budaya Indonesia, sopan santunya, ramah tamahnya,
serta gotong royong melalui pembiasaan-pembiasaan yang gurumu terapkan
Terkadang aku kesal saat kau bertingkah yang tidak mencerminkan karakter negeri kita Tapi aku tau, kau sedang belajar menjadi Indonesia
Memberi dan menerima dengan tangan kanan, bukan kiri

Meski belum sekalipun kau hirup udara negerimu
Meski belum sekalipun kau injakkan kaki di tanah negerimu
Kelak, masuklah ke dalam barisan orang-orang yang berbakti untuk negeri
Gunakan jiwa ragamu untuk membangun negeri.

 

 

Renungan Alam

Berjuta-juta warna di negeri Indonesia

Semua tersedia dari gurun hingga pegunungan

Bermandikan air danau dan lautan samudra

Diterpa rimbunnya dedaunan hutan belantara

 

Perlahan namun pasti

Kini semua berganti

Hutan alam rontok diterpa kebakaran

Sungai keruh kotor diisi oleh limbah kehidupan

 

Tak ada yang mengasihi ataupun mengerti

Mencampakkan dan tak mau peduli

Kita lebih suka hedonis tanpa mau mengerti

Bahwa alam memberikan itu semua gratis tanpa upeti

 

Ada saat dimana alam murka

Mengamuk menghancurkan seisi nusantara

Menghukum si makhluk yang paling sempurna

Atas kesombongan dan keserakahan hidup di dunia

 

Perbaiki diri dan bulatkan tekad

Bahwa kita harus menjaganya dan merawatnya

Bukan sekedar mengambil hasilnya saja

Tapi lupa untuk melestarikannya

 

 

Jangan sampai semua terlambat

Jangan sampai semua menjadi kering

Ataupun gersang menjadi tanah lapang

Buanglah ego keserakahan

Demi alam Indonesia tercinta

 

 

Debu-Debu Jalanan
Asap gelap hiasi udara di ibu kota

Menggerus embun pagi yang tak berdosa

Mulai tapaki hari dengan langkah pasti

Lupakan sejenak arti udara segar dipagi hari

 

Gedung-gedung beton pantulkan cahaya sang mentari

Menggerus lapisan langit tanpa ada yang menyadari

Kesejukkan berubah menjadi kepenatan

Debu dan kotoran bermunculan secara perlahan

 

Daun-daun gugur diterpa sang angin

Temani setiap pejalan kaki mengejar impian

Diiringi bunyi klakson kendaraan pemantik emosi

Banyak-banyak bersabar lintasi kehidupan kota di pagi hari

 

Semakin siang debu semakin tebal

Tidak ada yang peduli, asyik sibuk sendiri

Berharap pada sang hujan turun sebagai penyejuk

Mengembalikan kemurnian kota seperti sedia kala

 

Campur Tangan Manusia

Burung terbang bebas di alam lepas

Satwa hutan bermain kesana-kemari

Kumpulan ikan saling berlomba tunjukkan diri

Bergerak bebas tanpa takut untuk melepas

 

Sekarang telah berganti

Burung terbang untuk mencari alam lain

Satwa berlarian dengan penuh rasa lapar

Ikan berenang takut atas suatu pencemaran

 

Habitat mereka telah tercemari

Pohon-pohon ditebangi

Bahkan sampai dibakar demi sesuap nasi

Mereka hanya ingin tempat berteduh

 

Semua sudah berkurang perlahan-lahan

Gejolak alam tak terhindarkan

Satwa-satwa lari kebingungan

Melihat tempatnya hilang secara pelan-pelan

 

 

 

 

 

 

Pemberian Tuhan

Tuhan memberikan alam secara gratis

Tidak perlu biaya ataupun kompensasi

Semua dibuat nyata dan menyeluruh

Teruntuk bagi makhluknya yang sempurna

 

Gunung dibuat menjulang tinggi

Laut dibuat berombak dalam gejolak

Danau terlihat hening ditengah kesunyian

Itulah pemberian Sang Pencipta alam

Suatu pemberian yang tulus dan suci

 

Bencana terjadi alam pun dicaci maki

Berkeluh kesah lupa untuk bersyukur

Lupa bahwa semua sudah diberikan cuma-cuma

Lupa untuk merawatnya dan melestarikannya

 

Semua tertutup oleh ego dan keinginan untuk memiliki

Tidak peduli ekosistem hanya profit yang dicari

Mengumpulkan harta setumpuk

Tuhan ambil semua dalam hitungan detik

Luluh lantah diterjang gempa tsunami

 

Dia menciptakan sesuatu dengan mudah

Dia pun juga mudah mengambil apa yang ada

Jadikan bencana sebagai bahan refleksi

Sudahkah kita mensyukuri setiap karuniaNya?

 

 

Comments

Popular posts from this blog

CONTOH DOKUMEN LITERAL DAN KORPORIL

SOAL ULANGAN MI FIKIH DAN AKIDAH AKHLAK KELAS 2 SAMPAI 6

KUMPULAN CERITA RAKYAT DALAM BAHASA INGGRIS