BUDIDAYA SATWA HARAPAN ULAT SUTRA
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami dengan judul “Budidaya Satwa Harapan Ulat Sutra” ini.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ………………………………………………………i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………ii
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………………………1
BAB II
RENCANA USAHA ………………………………………………2
BAB III
ISI …………………………………………………………..3
BAB IV
ANALISIS SWOT ………………………………………………….4
BAB V
PENUTUP …………………………………………………………8
PEMBAHASAN
A. LOKASI KANDANG
Memang, ulat sutra ini adalah binatang yang spesial di dunia peternakan. Pembuatan kandang untuk ulat ini dipastikan harus aman; jauh dari binatang, kalau bisa dekat dengan pohon murbay, kalau tidak nanti kandangnya dibuat mendekati lingkungan aslinya.
Selain itu, sebaiknya pintu dan jendela menghadap ke utara dan selatan untuk menghindari paparan sinar matahari. Satu hal lagi! Sebaiknya kandang terbuat dari kayu. Hindari bahan apa pun yang terbuat dari metal karena berpengaruh besar pada tingkat kelembabannya.
B.
PERSIAPAN PEMELIHARAAN ULAT SUTERA
Sebelum pemeliharaan ulat dimulai, beberapa hal perlu
diperhatikan seperti: ketersediaan daun murbei sebagai ulat sutera pakan, ruang
dan pemeliharaan peralatan serta memesan bibit / telur ulat sutera.
· Penyediaan daun murbei .
· Ulat kecil daun murbei untuk
memangkas berusia 1 bulan dan untuk ulat besar cukur 2-3 bulan.
· Tanaman murbei yang baru ditanam,
dapat dipanen setelah berumur 9 bulan.
· Untuk pemeliharaan 1 boks ulat
sutera, dibutuhkan 400-500 kg daun murbei tanpa cabang atau 1.000 – 1.200 kg
daun murbei dengan cabang;
· Daun murbei jenis unggul yang baik
untuk ulat sutera adalah Morus alba, M. multicaulis, M. cathayana
dan BNK-3 serta beberapa jenis lain yang sedang dalam pengujian oleh Balai
Persuteraan Alam Sulawesi Selatan.
1. RUANGAN
PERALATAN
· Tempat pemeliharaan ulat kecil harus
dipisahkan dari pemeliharaan ulat besar.
· Pemeliharaan ulat kecil atau
diadakan di tempat khusus di Unit Pemeliharaan ulat Kecil (UPUK).
· Ruang pemeliharaan harus memiliki
cukup ventilasai dan jendela.
· Bahan dan peralatan yang perlu
dipersiapkan adalah :
·
Limestone
dinding
·
Klorin
/ papsol.
·
Pemeliharaan
kotak / rak.
·
Daun.
·
Gunting
stek.
·
Pisau,
ember / baskom.
·
Jaring
ulat.
·
Ayakan.
·
Kain
penutup daun.
·
Bulu Ayam.
·
Kerta
alas.
·
Kertas
minyak / parafin.
·
Tisu
tangan dan lain-lain.
· Desinfeksi ruangan dan peralatan, dilakukan
2-3 hari sebelum memulai perawatan ulat, menggunakan larutan klorin 0,5% atau
formalin (2-3%), disemprotkan secara merata.
· Ketika tempat pemeliharaan ulat
kecil berupa UPUK yang berlantai semen, maka setelah didesinfeksi dilakukan
pencucian.
2. PESANAN
BIBIT
· Pesanan bibit disesuaikan dengan
jumlah daun yang tersedia dan kapasitas ruangan serta peralatan pemeliharaan.
· Bibit dipesan selambat-lambatnya 10
hari sebelum pemeliharaan ulat dimulai melalui petugas / penyuluh atau langsung
kepada produsen telur.
· Apabila bibit/telur telah diterima,
lakukan penanganan telur (inkubasi) secara baik agar penetasannya seragam.
Caranya adalah sebagai berikut :
· Sebarkan telur pada kotak penetasan
dan tutup dengan kertas putih yang tipis.
· Simpan pada tempat sejuk dan
terhindari dari penyinaran matahari langsung, pada suhu ruangan 25 ° C – 28 ° C
dengan kelembaban 75-85%.
· Setelah terlihat bintik biru pada
telur, bungkus dengan kain hitam selama kurang lebih 2 hari.
3. PELAKSANAAN
PEMELIHARAAN ULAT SUTERA
Kegiatan pemeliharaan meliputi pemeliharaan ulat ulat kecil,
serta pemeliharaan dari mengokonkan ulat ulat besar.
4. PEMELIHARAAN
ULAT KECIL
· Pemeliharaan ulat kecil didahului
oleh “Hakitate” adalah kegiatan penanganan ulat yang baru menetas disertai
dengan pemberian makanan pertama.
· Ulat yang baru menetas didesinfeksi
dengan bubuk campuran kapur dan kaporit (95 : 5) lalu diberi daun murbei yang
muda dan segar yang dipotong kecil-kecil.
· Pindahkan ulat ke sasag kemudian
ditutup dengan kertas minyak atau parafin.
· Makan diberikan 3 kali sehari
yaitu pagi, siang, dan sore hari.
· Pada setiap instar ulat akan
mengalami masa istirahat (tidur) dan pergantian kulit. Apabila sebagian besar
ulat tidur ($ 90%), pemberian makan dihentikan dan ditaburi kapur. Pada saat
ulat tidur, jendela/ventilasi dibuka agar udara mengalir.
· Pada setiap akhir instar dilakukan
penjarangan dan daya tampung tempat disesuaikan dengan perkembangan ulat.
· Pembersihan tempat ulat dan
pencegahan hama dan penyakit harus dilakukan secara teratur.
·
Implementasi
adalah sebagai berikut:
·
Pada
instar I dan II, pembersihan dilakukan masing-masing 1 kali. Selama instar III
dilakukan 1-2 kali yaitu setelah pemberian makan kedua dan menjelang tidur.
·
Penempatan
rak/sasag agar tidak menempel pada dinding ruangan dan pada kaki rak dipasang
kaleng berisi air, untuk mencegah gangguan semut.
·
Apabila
lantai tidak ditembok, taburi kapur secara merata agar tidak lembab.
·
Desinfeksi
tubuh ulat dilaksanakan setelah ulat bangun tidur, sebelum pemberian makan
pertama.
·
Penyalur
ulat kecil dari UPUK ke tempat pemeliharaan petani / kolong rumah atau Unit
·
Pemeliharaan
Ular Besar (UPUB), dilakukan ketika sedang tidur pada instar III. Perlakuan
pada saat penyaluran ulat sebagai berikut :
·
Ulat
dibungkus dengan menggulung kertas alas.
·
Kedua
sisi kertas diikat dan diletakkan pada posisi berdiri agar ulat tidak tertekan.
·
Penyaluran
ulat sebaiknya dilaksanakan pada pagi atau sore hari.
5. PEMELIHARAAN
ULAT BESAR
Kondisi
dan perlakuan ulat besar berbeda dengan ulat kecil. Ulat besar membutuhkan
kondisi ruangan yang dingin. Suhu ruangan yang baik adalah 24 ° C – 26 ° C
dengan kelembaban 70 – 75%.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemeliharaan ulat besar adalah sebagai berikut :
· Membutuhkan
tempat pemeliharaan/ruang yang besar di bandingkan tempat ulat kecil.
· Daun dipersiapkan untuk ulat besar,
disimpan di tempat yang bersih, sejuk dan ditutupi dengan kain basah.
· Daun murbei yang diberikan kepada
ulat besar tidak lagi dipotong secara keseluruhan bersama dengan
cabang-cabangnya.
· Penempatan Pakan teratur diselingi
antara ujung dan pangkalnya.
· Pemberian makanan pada ulat besar
(instar IV dan V) dilakukan 3-4 kali sehari yaitu pada pagi, siang, sore dan
malam hari.
· Menjelang ulat tidur, pemberian
makan dikurangi atau dihentikan. Pada saat ulat tidur ditaburi kapur secara
merata.
· Desinfeksi tubuh ulat dilakukan
setiap pagi sebelum pemberian makan dengan menggunakan campuran kapur dan
kaporit (90:10) ditaburi secara merata.
· Pada instar IV, pembersihan tempat
pemeliharaan dilakukan minimal 3 kali, yaitu pada hari ke-2 dan ke-3 serta
menjelang ulat tidur.
· Pada instar V, pembersihan tempat
dilakukan setiap hari.
· Seperti pada ulat kecil, rak/sasag
ditempatkan tidak menempel pada dinding ruangan dan pada kaki rak dipasang
kaleng yang berisi air.
Apabila lantai ruangan pemeliharaan tidak berlantai semen
agar ditaburi kapur untuk menghindari kelembaban tinggi.
6. MENGOKONKAN
ULAT
Pada
instar V hari ke-6 atau ke-7 ulat biasanya akan mulai mengokon. Pada suhu
rendah ulat akan lebih lambat mengokon. Tanda-tanda ulat yang akan mengokon
adalah sebagai berikut :
· Penurunan nafsu makan atau berhenti
makan sama sekali.
· Tubuh ulat menjadi tembus kekuningan
(transparan).
· Ulat cenderung untuk berjalan ke
tepi.
· Dari mulut serat ulat sutra keluar.
Jika tanda-tanda ini sudah terlihat,
perlu untuk mengambil tindakan sebagai berikut :
· Mengumpulkan ulat dan masukkan ke
dalam alat pengokonan yang telah disiapkan oleh percikan merata.
· Alat pengokonan yang baik digunakan
adalah : rotari. Seri frame, pengokonan bambu dan mukade (terbuat dari daun
kelapaatau jerami yang dipuntir membentuk sikat tabung).
7. PANEN DAN
PENANGANAN KOKON
Pemanenan
dilakukan pada hari ke-5 atau 6 hari sejak ulat mulai membuat kepompong.
Sebelum panen, ulat yang tidak mengokon atau yang mati diambil lalu dibuang
atau dibakar.
Selanjutnya, penanganan kokon yang
meliputi kegiatan sebagai berikut :
· Membersihkan kokon yaitu
menghilangkan kotoran dan serat pada lapisan luar kokon.
· Seleksi kokon yaitu pemisahan kokon
yang baik dan kokon yang cacat / jelek.
· Pengeringan kokon yaitu penanganan
terhadap kokon untuk mematikan pupa serta mengurangi kadar air dan agar dapat
disimpan dalam jangka waktu tertentu.
· Penyimpanan kokon dilakukan
jika tidak langsung dijual atau menunggu proses pemintalan.
Metode penyimpanan kokon adalah
sebagai berikut :
· Dimasukkan ke dalam kotak karton,
kantong kain/kertas.
· Ditempatkan pada ruangan yang kering
atau tidak lembab.
· Selama penyimpanan, sekali-sekali
dijemur ulang di sinar matahari.
· Lama penyimpanan kokon tergantung pada
cara pengeringan, tingkat kekeringan dan tempat penyimpanan.
PENUTUP
pemeliharaan ulat sutra harus berlokasi di tempat yang tenang, tidak boleh berada ditempat yang ramai (dipinggir jalan besar, dekat pusat keramaian ) karena bisa membuat ulat sutra menjadi stres. Ketinggian kandang pemeliharaan di atas 700 meter dari permukaan laut. Pilih lokasi yang ideal dengan suhu 22-28°C. Namun ulat sutra tetap bisa hidup di daerah bersuhu 20-30°C.
Persiapkan terlebih dahulu penanaman pohon murbei 3 bulan sebelum ulat sutra dipelihara untuk mengantisipasi kekurangan pakan ulat sutra. Jenis daun murbei yang digunakan juga harus diperhatikan. Untuk ulat sutra yang masih kecil sejak telur menetas sampai sekitar umur 12 hari diberi pakan daun murbei dari hasil pemangkasan cabang berumur 1 bulan, sedangkan ulat sutra umur 13 hari ke atas membutuhkan daun murbei yang tumbuh dari cabang yang dipangkas 2-3 bulan sebelumnya.
Pohon murbei dapat dipanen daunnya setelah berumur 3 bulan. Untuk memelihara 1 box telur ulat sutra membutuhkan 400-500 kg daun murbei tanpa cabang atau sebanyak 1.000 – 1.200 kg daun murbei dengan cabang untuk kebutuhan pakan ulat sutra sampai menjadi kokon.
Cara panen daun murbei yang benar yaitu cabang murbei dipotong pada ketinggian 1 cm di atas cabang sebelumnya. Simpan daun murbei yang telah dipanen dengan baik di tempat yang bersih dan terlindung. Penyimpanan dapat menggunakan keranjang atau di lantai yang bersih. Susun daun pada posisi tegak dan tidak terlalu rapat kemudian tutup dengan kain supaya daun tidak cepat layu. Untuk menjaga supaya daun tetap segar, maka jaga kelembaban tetap tinggi dengan menyiram sedikit air ke lantai namun usahakan jangan sampai membasahi daun.
Ulat yang baru menetas diletakkan di atas sasag ukuran 50x20cm dan ditutup kertas minyak/parafin, kemudian setelah sehari menginjak ke fase ulat kecil umur 1-12 hari diberi pakan murbei 1 bulan setelah pangkas yang masih muda dan segar dan dipotong kecil-kecil. Selanjutnya umur 13- 17 hari disebut fase ulat besar diletakkan pada sasag ukuran 110 x 80 cm. Pada fase ini ulat diberi pakan daun murbei dengan umur pangkas daun 2-3 bulan.
Kemudian masuk ke fase pupa setelah ulat selesai mengeluarkan serat sutra yang berlangsung selama 12 hari. Setelah itu bisa dilakukan panen kokon yang diperkirakan kondisi pupanya sudah keras yaitu dilakukan 5 - 6 hari dari mulai ulat mengokon. Dengan catatan terlebih dahulu sebelum pemindahan masing-masing fase dilakukan desinfeksi dengan cara menaburkan campuran kapur dan kaporit 5% ke tubuh ulat sutra.
Dalam budidaya ulat sutra yang perlu diperhatikan adalah tidak boleh terlambat memberi makan ulat. Pemberian makan sebaiknya 4 kali dalam 1 hari sebanyak 10 kg untuk sekali pemberian. Sebelum diberikan sebagai pakan, daun murbei terlebih dahulu dirajang untuk memudahkan ulat makan. Ukuran rajangan daun murbei berbeda, untuk ulat umur 1-12 hari sekitar 0,5 cm – 1 cm, umur 13-17 hari ukuran rajangan daun murbei 1 – 2 cm, sedangkan untuk umur 17-25 hari ukuran rajangan 2 – 3 cm. Umur 25 hari ulat sutra sudah mula menjadi kokon hingga siap panen saat umur kokon 30 hari.
Comments
Post a Comment