MAKALAH FLORA DAN FAUNA
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis limpahkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
dengan judul Flora dan Fauna dengan baik.
Untuk menyelesaikan makalah ini
penulis mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis. Oleh sebab itu penulis berharap
kepada berbagai pihak untuk memberikan saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Terimakasih.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan
Masalah....................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Persebaran
Flora di Indonesia..................................................................................2
B. Faktor
Penyebab Adanya Perbedaan Flora di
Indonesia........................................3
C. Persebaran
Fauna di
Indonesia................................................................................6
D. Faktor
Penyebab Adanya Perbedaan Fauna di
Indonesia.......................................7
E. Upaya Pencegahan Punahnya
Flora dan Fauna di Indonesia..................................10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman
hayati yang melimpah baik flora maupun fauna. Keanekaragaman flora dan
fauna di Indonesia tidak terlepas dari dukungan kondisi di wilayah Indonesia
itu sendiri. Ada tumbuhan dan hewan yang hanya dapat hidup di daerah yang
beriklim tropis, dimana banyak curah hujan dan sinar matahari, dan ada yang
hanya dapat tumbuh di daerah yang dingin, lembab ataupun kering. Proses migrasi
pada tumbuhan dan hewan di pengaruhi oleh kemampuanya berevolusi, kemampuannya
dalam menyesuaiakan dirinya untuk mempertahankan hidupnya, faktor lingkungannya
baik itu biotik maupun abiotik, dan juga faktor geologis.
Dalam suatu wilayah tertentu selalu terjadi populasi,
satu spesies dengan spesies lainya senantiasa terjdi suatu interksi baik secara
langsung maaupun tidak langsung. Dengan demikian terjadilah suatu kehidupan komunitas
atau kelompok suatu kehidupan. Jenis-jenis fauna tertentu dipengaruhi
keberadaannya oleh keadaan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan tumbuh-tumbuhan
dipengaruhi oleh iklim. Keadaan fauna di tiap-tiap daerah atau bioma tergantung
pada kemungkinan-kemungkinan yang dapat diberikan daerah tersebut untuk memberi
makan.
Keberagaman flora fauna ini senantiasa memberikan
keuntungan besar bagi masyarakat terutama dalam bidang ekonomi. Pemanfaatan
sumber daya hayati yang teradi secara terus menerus dan terkadang tidak
diimbangi dengan adanya pelestarian mengakibatkan jumlah populasi flora fauna
semakin berkurang tiap tahunnya, bahkan mendekati punah. Oleh karena itu dalam
makalah ini selain akan membahas tentang persebaran flora fauna juga faktor
perebaran tersebut, juga akan dibahas bagaimana menjaga flora fauna itu untuk
tetap lestari hingga anak cucu kita nanti juga masih dapat menikmatinya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
persebaran flora di Indonesia ?
2. Apa
faktor penyebab terjadinya persebaran flora di Indonesia ?
3. Bagaimana
persebaran fauna di Indonesia ?
4. Apa
faktor penyebab terjadinya persebaran fauna di Indonesia ?
5. Bagaimana
upaya untuk mencegah kepunahan flora fauna di Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Persebaran Flora di Indonesia
Menurut Kusmana dan Hikmat, (2015:187) menjelaskan
istilah flora diartikan sebagai samua jenis tumbuhan yang tumbuh di suatu
daerah tertentu. Apabila istilah flora ini dikaitkan dengan life-form (bentuk hidup/habitus)
tumbuhan, maka akan muncul berbagai istilah seperti flora pohon (flora
berbentuk pohon), flora semak belukar, flora rumput, dsb. Apabila istilah flora
ini dikaitkan dengan nama tempat, maka akan muncul istilah-istilah seperti
Flora Jawa, Flora Gunung Halimun, dan sebagainya. Sesuai dengan kondisi
lingkungannya, flora di suatu tempat dapat terdiri dari beragam jenis yang
masing-masing dapat terdiri dari beragam variasi gen yang hidup di beberapa
tipe habitat (tempat hidup). Oleh karena itu, muncullah istilah keanekaragaman
flora yang mencakup makna keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetik dari
jenis, dan keanekaragaman habitat dimana jenis-jenis flora tersebut tumbuh.
Menurut Kusmana dan Hikmat, (2015:187) menjelaskan pola
persebaran flora di Indonesia sama dengan pola persebaran faunanya yang
berpangkal pada sejarah pembentukan daratan kepulauan Indonesia pada masa zaman
es. Pada awal masa zaman es, wilayah bagian barat Indonesia (Dataran Sunda:
Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan) menyatu dengan benua Asia, sedangkan
wilayah bagian timur Indonesia (Dataran Sahul) menyatu dengan benua Australia.
Dengan demikian, wilayah Indonesia merupakan daerah migrasi fauna dan flora
antar kedua benua tersebut. Selanjutnya, pada akhir zaman es, dimana suhu
permukaan bumi meningkat, permukaan air lautpun naik kembali, sehingga Pulau
Jawa terpisah dari benua Asia, Kalimantan, dan Sumatera. Begitu pula
pulau-pulau lainnya saling terpisah satu sama lain. Hasil penelitian
biogeografi hewan oleh Wallace menunjukkan bahwa jenis-jenis hewan yang hidup
di wilayah bagian barat Indonesia berbeda dengan jenis-jenis hewan di wilayah
bagian timur Indonesia, batasnya kira-kira dari Selat Lombok ke Selat Makassar.
Garis batas ini dikenal dengan Garis Wallace.
Menurut Kusmana dan Hikmat, (2015:188) Selain Wallace,
peneliti berkebangsaan Jerman, Weber, mengadakan penelitian tentang biogeografi
fauna di Indonesia, yang hasilnya mencetuskan Garis Weber yang menetapkan batas
penyebaran hewan dari benua Australia ke wilayah bagian timur Indonesia.
Berdasarkan hasil proses pembentukan daratan wilayah Indonesia serta hasil
penelitian Wallace dan Weber, maka secara geologis, persebaran flora (begitu
pula fauna) di Indonesia dibagi ke dalam 3 wilayah, yaitu:
1. Flora
Dataran Sunda yang meliputi Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali. Flora di
pulau-pulau tersebut berada di bawah pengaruh flora Asia karena ciri-cirinya
mirip dengan ciri-ciri flora benua Asia disebut juga flora Asiatis yang
didominasi oleh jenis tumbuhan berhabitus pohon dari suku Dipterocarpaceae.
2.
Flora Dataran Sahul yang meliputi Papua dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Flora di pulau-pulau tersebut berada di bawah pengaruh benua Australia, biasa
disebut flora Australis yang didominasi oleh jenis-jenis tumbuhan berhabitus
pohon dari suku Araucariaceae dan Myrtaceae.
3.
Flora Daerah Peralihan (Daerah Wallace) yang meliputi Sulawesi, Maluku, dan
Nusa Tenggara yang berada di bawah pengaruh benua Asia dan Australia, yang mana
jenis tumbuhan berhabitus pohonnya didominasi oleh jenis dari suku
Araucariaceae, Myrtaceae, dan Verbenaceae. Dalam dunia tumbuhan, flora di
wilayah Indonesia merupakan bagian dari flora Malesiana. Ditinjau dari wilayah
biogeografi, setidaknya terdapat tujuh wilayah biogeografi utama Indonesia yang
menjadi wilayah penyebaran berbagai spesies tumbuhan, yaitu Sumatra, Jawa dan
Bali, Kalimantan, Sunda Kecil, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya.
B. Faktor Penyebab Adanya
Perbedaan Flora di Indonesia
Menurut Rara, (2014: 158) menjelaskan persebaran makhluk
hidup dipermukaan bumi tidak merata, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
persebaran flora dan fauna adalah :
1. Faktor Abiotik
Faktor abiotik terdiri dari faktor klimatik (iklim),
faktor edafik (tanah), dan faktor fisiografi (ketinggian tempat dan bentuk
lahan). Menurut Rara, (2014: 159) menjelaskan faktor klimatik/iklim, yang
mempengaruhi kehidupan antara lain yaitu suhu, kelembapan, angin, dan curah
hujan. Kondisi iklim merupakan salah satu faktor dominan yang mempengaruhi pola
persebaran flora dan fauna. Wilayah-wilayah dengan pola iklim yang ekstrim,
seperti daerah kutub yang senantiasa tertutup salju dan lapisan es abadi, atau
gurun yang gersang, sudah tentu sangat menyulitkan bagi kehidupan suatu
organisme. Oleh karena itu, persebaran flora dan fauna pada kedua wilayah ini
sangat minim baik dari jumlah maupun jenisnya. Sebaliknya, daerah tropis
merupakan wilayah yang optimal bagi kehidupan flora dan fauna. Faktor-faktor
iklim yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di permukaan bumi ini,
antara lain suhu, kelembapan udara, angin, dan tingkat curah hujan.
a. Suhu
Permukaan bumi mendapatkan energi panas dari radiasi matahari dengan intensitas
penyinaran yang berbeda-beda di setiap wilayah. Daerah-daerah yang berada pada
zona lintang iklim tropis, menerima penyinaran matahari setiap tahunnya relatif
lebih banyak jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Selain posisi
lintang, faktor kondisi geografis lainnya yang mempengaruhi tingkat intensitas
penyinaran matahari antara lain kemiringan sudut datang sinar matahari,
ketinggian tempat, jarak suatu wilayah dari permukaan laut, kerapatan penutupan
lahan dengan tumbuhan, dan kedalaman laut. Perbedaan intensitas penyinaran
matahari menyebabkan variasi suhu udara di muka bumi. Kondisi suhu udara sangat
berpengaruh terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan, karena berbagai jenis
spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup ideal atau optimal, serta
tingkat toleransi yang berbeda-beda di antara satu dan lainnya. Misalnya, flora
dan fauna yang hidup di kawasan kutub memiliki tingkat ketahanan dan toleransi
yang lebih tinggi terhadap perbedaan suhu yang tajam antara siang dan malam
jika dibandingkan dengan flora dan fauna tropis.
b. Kelembapan
udara selain suhu dalam Rara (2014: 159) menjelaskan, faktor lain yang
berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di muka bumi adalah kelembapan.
Kelembapan udara yaitu banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara.
Tingkat kelembapan udara berpengaruh langsung terhadap pola persebaran tumbuhan
di muka bumi.
c. Angin
di dalam siklus hidrologi, angin dalam Rara (2014: 162) berfungsi sebagai alat
transportasi yang dapat memindahkan uap air atau awan dari suatu tempat ke
tempat lain. Gejala alam ini menguntungkan bagi kehidupan makhluk di bumi,
karena terjadi distribusi uap air di atmosfer ke berbagai wilayah. Akibatnya,
secara alamiah kebutuhan organisme akan air dapat terpenuhi. Gerakan angin juga
membantu memindahkan benih dan membantu proses penyerbukan beberapa jenis
tanaman tertentu.
d. Curah
hujan air dalam Rara (2014: 162) merupakan salah satu kebutuhan vital bagi
makhluk hidup. Tanpa sumber daya air, tidak mungkin akan terdapat bentuk-bentuk
kehidupan di muka bumi.Bagi makhluk hidup yang menempati biocycle daratan,
sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan hidup berasal dari curah hujan.
Melalui curah hujan, proses pendistribusian air di muka bumi akan berlangsung secara
berkelanjutan.
e.
Faktor tanah/ edafik, faktor tanah dalam Rara (2014: 162) disebut pula faktor
edafik yang berasal dari kata edapos yang artinya tanah atau lapangan. Melihat
pola persebaran vegetasi dengan faktor edafik berarti meninjau tanah dari sudut
tumbuhan atau kemampuan menumbuhkan vegetasi. Faktor fisik dan kimiawi tanah
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman antara lain tekstur, struktur, dan
keasaman tanah.
f. Faktor
topografi dalam Rara (2014: 162) meliputi ketinggian dan kemiringan lahan.
Ketinggian suatu tempat erat kaitannya dengan perbedaan suhu yang akhirnya
menyebabkan pula perbedaan kelengasan udara. Diantara daerah yang mempunyai
ketinggian yang berbeda, akan ditumbuhi oleh vegetasi yang jenisnya berbeda
pula karena vegetasi tumbuhan maupun hewan mempunyai tingkat adaptasi yang
berlainan.
2. Faktor Biotik
Menurut Rara, (2014: 165) menjelaskan Faktor Biotik yang
sangat berpengaruh terhadap persebaran flora dan fauna yaitu manusia. manusia
dapat membudidayakan beberapa jenis flora dan fauna.
3. Faktor Sejarah Geologi
Menurut Rara, (2014: 165) menjelaskan Diperkirakan 200
juta tahun yang lalu, di bumi ini hanya terdapat satu benua saja, kemudian
benua itu mengalami keretakan dan bergeser. Pergeseran itu berlangsung secara
lambat dan akhirnya terjadilah lima benua seperti yang kita alami sekarang ini
yang berlangsung kira-kira dalam waktu 135 juta tahun. Jadi pergeseran dimulai
pada zaman Mesozoikum sampai awal Kenozoikum hingga bentuknya yang sekarang.
Pada zaman itu bumi telah dihuni oleh berbagai jenis ikan, reptile, burung
sampai binatang-binatang menyusui serta hewan atau tumbuhan didaratan.
Pergeseran menjadi anak benua itu, mengakibatkan makhluk hidup yang dibawanya
mengalami perubahan lingkungan hidup, misalnya iklim yang berbeda menyebabkan
hanya makhluk hidup yang tahan terhadap kondisi ini akan tetap bertahan hidup
dan menyesuaikan diri, sehingga tidak musnah. Jadi, sejarah geologi ikut
menentukan geografi kehidupan di bumi baik ditinjau dari persamaan maupun
perbedaan makhluk hidup.
C. Penyebaran Fauna di
Indonesia
Secara geografis, persebaran fauna di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi tiga wilayah, yaitu; wilayah fauna Indonesia Barat
(bercorak Asia), wilayah fauna Indonesia Tengah dan wilayah fauna Indonesia
Timur (bercorak Australia). Di Indonesia terdapat tidak kurang dari 254 jenis
amfibi, 624 jenis reptil dan 650 jenis binatang menyusui. Persebaran fauna
Indonesia Barat dibatasi oleh garis Wallace, persebaran fauna Indonesia Timur
dibatasi oleh garis Weber. Dengan demikian, persebaran fauna Indonesia Tengah
terletak di antara kedua garis tersebut (Susilawati, 2011:11).
Pada ketiga wilayah persebaran fauna di Indonesia
masing-masing memiliki ciri khasnya. Menurut Susilawati (2011:12), jika diidentifikasi
masing-masing perbedaannya maka fauna di Indonesia Barat umumnya terdiri dari
binatang menyusui yang berukuran besar seperti gajah, orangutan, badak,
banteng, dll. berbagai jenis kera banyak terdapat di sini. Demikian halnya
dengan berbagai jenis ikan air tawar. Sedangkan untuk fauna di Indonesia Timur
umumnya terdiri dari binatang menyusui berukuran kecil, binatang berkantung,
dan berbagai jenis burung yang beraneka warna
Tabel 1 Perbedaan
Jenis Fauna pada Tiga Wilayah di Indonesia
|
Kelas |
Indonesia
Bagian Barat |
Indonesia
Bagian Tengah |
Indonesia
Bagian Timur |
|
Mamalia |
Gajah, badak bercula satu, tapir, rusa, banteng, kukang, monyet, orangutan, macan, beruang, kijang, kancil, landak |
Anoa, babi rusa, ikan duyung, kuskus, monyet hitam, beruang, tarsius, kuda, sapi, banteng |
Kangguru, wallabi, beruang, landak, oposum layang, kuskus, kelelawar. |
|
Reptil |
Buaya, kura-kura, kadal, ular, tokek, biawak, bunglon |
Biawak, komodo,kurakura, buaya, ular |
Buaya, biawak, ular, kadal, kura-kura |
|
Amfibi |
Katak pohon, katak terbang, katak air |
Katak pohon, katak terbang, katak air |
|
|
Burung |
Burung hantu, elang, jalak, merak, kutilang |
Burung dewata, maleo, nuri, mandar, raja udang, kakatua, merpati, angsa, rangkong |
Nuri, raja udang, cendrawasih, kasuari, namudur |
|
Ikan Air Tawar |
Pesut |
D. Faktor Penyebab Adanya
Perbedaan Fauna di Indonesia
Keanekaragaman fauna menjadi aset utama dalam
pendayagunaan fauna. Bila kekhasan dan kekhususan masing-masing komponennya
dapat diungkapkan, pendayagunaan ini akan mencapai keefektifan yang tinggi.
Keanekaragaman spesies fauna terjadi karena beberapa faktor, sehingga terbentuk
keanekaragaman yang terpolakan dalam distribusinya, yang tergolong dalam dua
aspek, yaitu spatial (berdasarkan ruangan/tempat), yang disebabkan oleh faktor
geografi dan/atau oleh faktor ekologi, serta temporal, dengan dimensi waktu).
Faktor-faktor ini terserap ke dalam setiap spesies dan terkembang untuk
membentuk ciri dan sifat masing-masing spesies (Adisoemarto, 2005:88-91).
1. Pola
Distribusi Spatial Geografi
Kondisi
geografi Indonesia memungkinkan tingginya tingkat keanekaragaman spesies fauna
di negara ini. Dengan bentangan dari sisi timur Benua Asia sampai sisi barat
Benua Australia Indonesia memiliki tiga kawasan fauna yang masingmasing
mengandung kekhasannya. Region Oriental di sebelah barat, Region Australian di
timur dan Kawasan Wallacea diantaranya telah membentuk keanekaragaman fauna
yang tinggi tarafnya dan unik susunannya. Keberadaan ketiga kawasan ini juga
merupakan keunikan, karena tiada satu pun negara di dunia yang memiliki lebih
dari satu kawasan fauna, bahkan beberapa negara terletak di dalam satu kawasan.
Perbedaan faktor dalam ekosistem di masing-masing region menyebabkan terjadinya
keanekaragaman spesies yang menghuninya. Faktor-faktor yang telah
diidentifikasi di antaranya adalah kendala lingkungan untuk mengkoloni suatu
kawasan (Acevedo et al. 2005), hukum pulau yang menentukan ukuran tubuh
(Lomolino 2005), gradasi ketinggian seperti yang terdapat pada artropoda tanah
(Jing et al. 2005), dan pengaruh faktor abiotik (Pidwirny, 2001), yang meliputi
kolonisasi dan pemapanan termasuk kepunahan lokal, serta uraian klasik mengenai
distribusi geo-grafi biota (Smith 2005). Secara lengkap faktor-faktor yang
mempengaruhi kehidupan binatang terdapat di ketiga kawasan tersebut, termasuk
penggabungan faktor-faktor dari daratan Asia dan dari daratan Australia. Itulah
sebabnya keanekaragaman binatang di ketiga kawasan tersebut sangat tinggi.
2. Keanekaragaman
sebaran temporal
Berbagai
faktor dapat mendorong terjadinya keanekaragaman spesies dengan dimensi
waktu/tempo. Dinamika populasi suatu spesies adalah salah satu ciri dalam
keanekaragaman sebaran temporal (Korpimäki 2005). Dalam konteks dimensi tempo,
spesies mem-punyai kemampuan dalam hal :
a. Mengatasi
pengaruh musuh alami dan ketersediaan pakan sebagai faktor pengatur fluktuasi.
b.
Mengatasi invasi pemangsa asing dan kembalinya pemangsa puncak.
c. Bervariasi
secara alami dan tanggapan terhadap perubahan yang disebabkan oleh ulah manusia
dalam ekosistem hutan dan ekosistem pertanian.
d. Seleksi
habitat, pilihan diet dan mobilitas pemangsa.
e. Keputusan
reproduktif dalam lingkungan yang bermacam-macam.
f. Mengatasi
imuno kompentensi, parasit dan status kesehatan.
g.
Pentingnya visi ultraviolet dalam mencari pakan dan berkomunikasi.
Pola-pola distribusi spatial dan distribusi temporal
hanya dapat dikenal berdasarkan informasi taksonomi yang dikumpulkan dari
spesies-spesies yang terlibat dalam pembentukan pola distribusi. Spesies-spesies
penentu pola yang terbentuk mencerminkan kekhasan dan kekhususan
keaneka-ragaman hayati di masing-masing pola keanekaragaman, yang pada taraf
spesies terdiri atas tiga tingkatan, yaitu alpha, atau keanekaragaman spesies
dalam satu habitat, beta,keanekaragaman spesies dalam dua habitat atau lebih,
gamma, keanekaragaman spesies yang ada dalam suatu region yang lebih luas
(beberapa kawasan), dan global untuk seluruh dunia (Lecture 10, 2001 dalam
Hartoto, 2006:91)
Keanekaragaman dunia hewan cukup menarik berbagai para
ahli. Indonesia, telah banyak ahli melakukan penelitian terhadap dunia hewan
antara lain Alfred Russel Wallace (Inggris) yang telah melakukan penyelidikan
mengenai flora dan fauna, Weber (Jerman) menyelidiki jenis ikan tawar, Sarasin
(Swiss) menyelidiki hewan di Sulawesi, dan Dammerman (Belanda) menyelidiki
jenis-jenis hewan di Pulau Jawa. Dari hasil penyelidika tersebut dapat
diketahui bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran fauna di
Indonesia, antara lain (Banowati, 2012:135-137) :
1. Pengaruh
Perubahan Geologis
Perubahan
gelgis yang terjadi pada masa lampau menyebabkan perubahan daratan dan laut
telah banyak mempengaruhi persebaran jenis fauna tertentu. Laut merupakan
penghambat persebaran fauna darat, ikan airtawar, serta jenis-jenis burung
tertentu. Pada masa daratan Indonesia bagian barat masih bergabung menjadi satu
dengan Benua Asia serta Indonesia bagian timur bergabung dengan Benua Australia
(zaman pleistosen), banyak fauna dari kedua benua tersebut yang menyebar di Indonesia.
Fauna yang berasal dari Asia menyebar di Indonesia bagian barat, sedang fauna
yang berasal dari Australia menyebar di Indonesia bagian Timur. Setelah
berakhirnya zama es (holosen) maka sebagian daerah dangkalan Sunda dan Sahul
digenangi air dan menjadi laut. Sejak peristiwa ini, penyebaran fauna juga
terhenti kecuali fauna tertentu.
2. Pengaruh
Keadaan Iklim suatu Daerah
Curah
hujandan temperatur, sangat berpengaruh terhadap dunia tumbuh-tumbuhan. Keadaan
ini secara tidak langsung mempengaruhi jenis-jenis fauna tertentu. Oleh sebab
itu, baik secara langsung maupun tidak langsung, keadaan iklim suatu daerah
berpengaruh terhadap persebaran fauna, perkembangan, serta kelangsungan hidup
hewan sangat tergantung pada tersedianya jenis pakan yang diperlukan, hal ini
sangat tergantung pada kondisi lingkungan di daerah setempat, terutama keadaan
curah hujan dan temperatur.
3. Pengaruh
Kegiatan Manusia
Kegiatan
manusia berperan dalam penyebaran fauna, baik melalui pembuatan keadaan
lingkungan yang sesuai maupun dengan cara-cara lainnya. Makin berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi makin tampak sekali pengaruh tersebut. Misalnya
dengan mendatangkan ternak ataupun unggas yang dipandang produktif dari negara
lain untuk dikembangbiakkan di Indonesia, sehingga dapat diperoleh jenis-jenis
unggul. Upaya bersifat untuk pembibitan, penyilangan, maupun lainnya.
Kegiatan
manusia yang dimaksud pada paragraf di atas adalah kegiatan yang bersifat
positif. Selain itu, ada pula kegiatan manusia yang berpengaruh negatif,
misalnya perburuan terhadap jenis fauna tertentu, baik karena dianggap
merugikan kehidupan manusia maupun ada sebab lain. Akibat dar kegiatan semacam
ini menyebabkan perubahan penyebaran secara alamiah, dapat pula berakibat
semakin berkurangnya jumlah (populasi) jenis fauna tertentu. Adanya usaha-usaha
untuk melestarikan jenis fauna tertentu , terutama yang telah dianggap langka,
merupakan upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan hidup yang makin lama
tampak semakin rusak.
E. Upaya Pencegahan Punahnya
Flora dan Fauna di Indonesia
Beberapa jenis flora dan fauna kini semakin sulit ditemui
karena banyak diburu untuk tujuan tertentu (dimakan, untuk obat,
perhiasan) maupun tempat hidupnya dirusak manusia misalnya untuk
dijadikan lahan pertanian, perumahan, industri, dan sebagainya. Flora dan fauna
yang jumlahnya sangat terbatas tersebut dinyatakan sebagai flora
dan fauna langka. Untuk mencegah semakin punahnya flora dan fauna
ini maka dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:
1. Ditetapkan
tempat perlindungan bagi flora dan fauna agar perkembangbiakannya tidak
terganggu. Tempat-tempat perlindungan ini berupa cagar alam bagi flora dan
suaka margasatwa bagi fauna.
2.
Membangun beberapa pusat rehabilitasi dan tempat-tempat penangkaran bagi hewan
hewan tertentu, seperti :
a. Pusat
rehabilitasi orang utan di Bohorok dan Tanjung Putting di Sumatera.
b. Daerah
hutan Wanariset Samboja di Kutai, Kalimantan Timur.
c. Pusat
rehabilitasi babi rusa dan anoa di Sulawesi.
3. Pembangunan
yang berwawasan lingkungan, berarti pembangunan harus memperhatikan
keseimbangan yang sehat antara manusia dengan lingkungannya.
4. Menetapkan
beberapa jenis binatang yang perlu dilindungi seperti : soa-soa (biawak),
komodo, landak semut Irian, kanguru pohon, bekantan, orang utan (Mawas),
kelinci liar, bajing terbang, bajing tanah, siamang, macan kumbang, beruang
madu, macan dahan kuwuk, pesut, ikan duyung, gajah, tapir, badak, anoa,
menjangan, banteng, kambing hutan, sarudung, owa, sing puar, peusing.
5. Melakukan
usaha pelestarian hutan, antara lain:
a. Mencegah
pencurian kayu dan penebangan hutan secara liar.
b. Perbaikan
kondisi lingkungan hutan.
c.
Menanam kembali di tempat tumbuhan yang pohonnya di tebang.
d. Sistem
tebang pilih.
6. Melakukan
usaha pelestarian hewan, antara lain :
a. Melindungi
hewan dari perburuan dan pembunuhan liar.
b.
Mengembalikan hewan piaraan ke kawasan habitatnya.
c.
Mengawasi pengeluaran hewan ke luar negeri.
7. Melakukan usaha pelestarian
biota perairan, antara lain :
a. Mencegah
perusakan wilayah perairan.
b. Melarang
cara-cara penangkapan yang dapat mematikan ikan dan biota lainnya, misalnya
dengan bahan peledak.
c. Melindungi
anak ikan dari gangguan dan
penangkapan.
Sejak
tahun 1980, beberapa kawasan cagar alam atau suaka margasatwa telah diubah
statusnya menjadi Taman Nasional. Dewasa ini terdapat 320 tempat untuk Taman
Nasional dan Hutan Lindung, antara lain di Sumatera, Irian Jaya, Jawa,
Kalimantan, dan Sulawesi. Taman nasional dan hutan lindung mempunyai fungsi
sebagai:
1. Perlindungan
sistem penyangga kehidupan.
2. Pengawetan
jenis tumbuhan dan hewan.
3.
Pelestarian pemanfaatan sumber daya hayati dan tata lingkungan.
Tabel
2 Beberapa Taman Nasional, Suaka Alam, Dan
Margasatwa di Indonesia.
|
No. |
Nama |
Propinsi |
Keterangan |
|
1 |
Gunung
Leuser |
DI Aceh |
Taman
Nasional* |
|
2 |
Ujung
Kulon |
Jawa
Barat |
Taman
Nasional* |
|
3 |
Gedung
Pangrango |
Jawa
Barat |
Taman
Nasional* |
|
4 |
Baluran |
Jawa
Timur |
Taman
Nasional* |
|
5 |
Pulau
Komodo |
NTT |
Taman
Nasional* |
|
6 |
Kerinci
Seblat |
Sumatera |
Taman
Nasional* |
|
7 |
Bukit
Barisan Selatan |
Sumatera |
Taman
Nasional* |
|
8 |
Pulau
Seribu |
Jakarta
(Lepas Pantai) |
Taman
Nasional** |
|
9 |
Bali
Barat |
Bali |
Taman
Nasional** |
|
10 |
Tanjung
Puting |
Kalimantan |
Taman
Nasional** |
|
11 |
Kutai |
Kalimantan
Timur |
Taman
Nasional** |
|
12 |
Lore |
Sulawesi |
Taman
Nasional** |
|
13 |
Dumoga |
Sulawesi |
Taman
Nasional** |
|
14 |
Manu
Selawang Nua/Waymual |
Maluku |
Taman
Nasional** |
|
15 |
Bromo -
Semeru - Tengger |
Jawa
Timur |
Taman
Nasional** |
|
16 |
Meru
Betiri |
Jawa
Timur |
Taman
Nasional** |
|
17 |
Langkat
Barat |
Sumatera
Utara |
Suaka
Margasatwa |
|
18 |
Langkat
Selatan |
Sumatera
Utara |
Suaka
Margasatwa |
|
19 |
Kerumutan |
Riau |
Suaka
Margasatwa |
|
20 |
Berbak |
Jambi |
Suaka
Margasatwa |
|
21 |
Way
Kambas |
Lampung |
Suaka
Margasatwa |
|
22 |
Pangandaran |
Jawa
Barat |
Suaka
Margasatwa |
|
23 |
Gunung
Rinjani |
NTB |
Suaka Margasatwa |
|
24 |
Beringin
Sati |
Sumatera
Barat |
Cagar
Alam |
|
25 |
Panaitan |
Jawa
Barat |
Cagar
Alam |
|
26 |
Gunung
Palung |
Kalimantan
Barat |
Cagar
Alam |
|
27 |
Kota
Waringin/Sampit |
Kalimantan
Tengah |
Cagar
Alam |
|
28 |
Gunung
Lorens |
Irian
Jaya |
Cagar
Alam |
Keterangan
:
*
: Ditetapkan sejak tahun 1980
** :
Ditetapkan sejak tahun 1982
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara geologis, persebaran flora (begitu pula
fauna) di Indonesia dibagi ke dalam 3 wilayah, antara lain flora Dataran Sunda,
flora Dataran Sahul , dan flora Daerah Peralihan (Daerah Wallace).
Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran flora dan fauna adalah : faktor
abiotik, faktor biotik, dan faktor sejarah geologi. Persebaran fauna Indonesia
Barat dibatasi oleh garis Wallace, persebaran fauna Indonesia Timur dibatasi
oleh garis Weber. Keanekaragaman spesies fauna terjadi karena beberapa faktor,
sehingga terbentuk keanekaragaman yang terpolakan dalam distribusinya, yaitu
aspek spatial. Faktor yang mempengaruhi penyebaran fauna di Indonesia, yaitu
pengaruh perubahan geologis, pengaruh keadaan iklim suatu daerah, dan pengaruh
kegiatan manusia. Untuk mencegah semakin punahnya flora dan fauna
ini maka dilakukan upaya-upaya, antara lain dengan ditetapkan tempat
perlindungan bagi flora dan fauna agar perkembangbiakannya tidak terganggu,
membangun beberapa pusat rehabilitasi dan tempat-tempat penangkaran bagi hewan
hewan tertentu, pembangunan berwawasan lingkungan, menetapkan beberapa jenis
binatang yang perlu dilindungi, melakukan usaha pelestarian hutan, melakukan
usaha pelestarian hewan, dan melakukan usaha pelestarian biota perairan.
B. Saran
Cara untuk meminimalisir punahnya flora dan fauna di
Indonesia dapat dimulai dari anak-anak dimana mereka diberi pengetahuan melalui
flora dan fauna langka di Indonesia melalui pendidikan. Di samping itu, perlu
diadakan penyuluhan tentang pelestarian satwa oleh lembaga-lembaga tertentu
seperti lembaga pemerintah, dinas kehutanan, dan sebagainya. Kemudian,
masyarakat juga perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya flora dan fauna
bagi ekosistem kehidupan.
DAFTAR
PUSTAKA
Adisoemarto, Soenartono. 2005. Penerapan dan
Pemanfaatan Taksonomi untuk Mendayagunakan Fauna Daerah: Zoo Indonesia Vol.
15(2): 87 – 100.
Banowati, Eva. 2012. Geografi Indonesia. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
Christanto, Indrayanti.2013. Flora dan Fauna. Diakses
pada hari Jumat, 31 Maret 2017 pukul 12.32 di www.geografikoe.com
Kusmana,Cecep dan Hikmat, Agus. 2015. Keanekaragaman
Hayati Flora Di Indonesia.Bogor: diakses pada www.journal.ipb.ac.id tanggal 03 April 2017.
Rara, Miede Emirilda. 2014. Materi
Biosfer. Lampung: diakses pada www.digilib.unila.ac.id tanggal 03 April 2017.
Susilawati. Regional Indonesia : Kondisi Fisik
Wilayah Indonesia. Diakses pada hari Rabu, 29 Maret 2017 pukul 19.08
WIB di www.file.upi.edu.com

Comments
Post a Comment