MAKALAH KONSEP PENELITIAN OUTENTIK
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya
bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Penelitian Outentik” ini
dengan baik tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan
rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan banyak
bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak kami
ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik
secara langsung maupun tidak langsung sehingga karya ilmiah ini bisa selesai
pada waktu yang telah ditentukan.
Meskipun kami sudah
mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan makalah ini, namun
kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini masih terdapat
banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta
masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih lagi. Akhir
kata, kami berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat demi kepada
semua pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian merupakan tiga
dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga
dimensi tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Kurikulum merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi
landasan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya yang
dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum.
Asesmen atau penilaian merupakan salah satu kegiatan
terpenting tetapi juga paling banyak diperdebatkan, yang melibatkan guru.
Asesmen juga merupakan alat yang tak ternilai harganya bagi guru dan system
pendidikan, yang memungkinkan guru untuk merencanakan pelajarannya dengan lebih
baik dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan murid-muridnya, dan ini
membantu pihak guru maupun sekolah untuk melihat apakah murid-murid benar-benar
belajar dari apa yang diajarkan. Guru kemudian dapat menyesuaikan pengajarannya
bila hal ini tidak terjadi. Asesmen juga dapat memungkinkan guru untuk melihat
seberapa jauh kinerja murid untuk melihat seberapa jauh kinerja murid mereka
dibandingkan norma nasional yang ada.
Istilah asesmen mengacu pada semua informasi yang
dikumpulkan tentang murid di kelas oleh guru, baik melalui pengetesan formal,
esai, dan pekerjaan rumah, atau secara informal melalui observasi atau
interaksi.
Berkembangnya metode dalam pendidikan tentu saja sejalan
dengan berkembangnya sistem evaluasi di dalam pendidikan dan pembelajaran itu
sendiri. Namun, sampai sekarang masih banyak sekolah-sekolah yang terlalu kaku
dan tradisional dalam menerapkan sistem evaluasi kepada siswa. Siswa terkadang
hanya dihadapkan pada sesuatu yang hanya bersifat fakta, jawaban pendek atau
pertanyaan pilihan ganda. Siswa hanya dinilai pada sejumlah tugas terbatas yang
mungkin tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan di kelas, menilai dalam situasi
yang telah ditentukan sebelumnya di mana kandungannya sudah ditetapkan, seolah
hanya menilai prestasi, jarang memberi sarana untuk menilai kemampuan siswa
memonitor pembelajaran mereka sendiri bahkan jarang memasukkan soal-soal yang
menilai respon emotional terhadap pengajaran.
Pada dasarnya, suatu sistem penilaian yang baik adalah tidak
hanya mengukur apa yang hendak diukur, namun juga dimaksudkan untuk memberikan
motivasi kepada siswa agar lebih bertanggung jawab atas apa yang mereka
pelajari, sehingga penilaian menjadi bagian integral dari pengalaman
pembelajaran dan melekatkan aktivitas autentik yang dilakukan oleh siswa yang
dikenali dan distimulasi oleh kemampuan siswa untuk menciptakan atau
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat di ranah yang lebih luas.
Autentic assessment dianggap
mampu untuk lebih mengukur secara keseluruhan hasil belajar dari siswa karena
penilaian ini menilai kemajuan belajar bukan melulu hasil tetapi juga proses
dan dengan berbagai cara. Dengan kata lain sistem penilaian seperti ini
dianggap lebih adil untuk siswa sebagai pembelajar, karena setiap jerih payah
yang siswa hasilkan akan lebih dihargai. Berdasarkan uraian pada latar
belakang, penyusun tertarik untuk menyusun makalah yang berjudul ”Penilaian
Autentik (Authentic Assessment)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penyusun paparkan,
maka rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan penilaian autentik (Authentic
Assessment)?
2. Bagaimana karakteristik dari penilaian autentik (Authentic
Assessment)?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam penilaian autentik (Authentic
Assessment)?
C. Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan,
adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian penilaian autentik (Authentic Assessment).
2. Karakteristik dari penilaian autentik (Authentic
Assessment).
3. Langkah-langkah dalam penilaian autentik (Authentic
Assessment).
D. Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan :
1. Dapat meningkatkan wawasan para pembaca mengenai asesmen.
2. Dapat memberikan informasi ilmiah mengenai penilaian
autentik (Authentic Assessment).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
1) Pengertian
Pada awalnya istilah tersebut diperkenalkan oleh Wiggins
tahun 1990 untuk menyesuaikan dengan yang biasa dilakukan oleh orang
dewasa sebagai reaksi (menentang) penilaian berbasis sekolah seperti
mengisi titik-titik, tes tertulis, pilihan ganda, kuis, dan jawaban
singkat. Jadi dikatakan autentik dalam arti sesungguhnya dan realistis.
Apabila kita melihat di tempat kerja, orang-orang tidak diberikan tes pilihan
ganda untuk menguji bisa tidaknya mereka melakukan pekerjaan tersebut. Mereka
mempunyai performansi, kinerja atau unjuk kerja. Dalam bisnis
dikatakan performance assessment. Penilaian autentik merupakan suatu bentuk
penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang
sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan
esensial yang bermakna.
Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara
signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan,
dan pengetahuan. Istilah asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran,
pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata,
valid, atau reliabel.
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara
signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika
menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta
didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan,
aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
Seperti apakah bentuk penilaian otentik? Biasanya suatu
penilaian otentik melibatkan suatu tugas (task) bagi para siswa untuk
menampilkan, dan sebuah kriteria penilaian atau rubrik (rubrics) yang
akan digunakan untuk menilai penampilan berdasarkan tugas tersebut.
2) Jenis-jenis Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Beberapa jenis asesmen autentik disajikan berikut ini.
a. Penilaian Kinerja
Asesmen
autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam
proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan
meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan
mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan
informasi ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik
baik dalam bentuk laporan naratif maupun laporan kelas. Ada beberapa cara
berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
1) Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui
muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau sub indikator
yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.
2) Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records).
Digunakan dengan cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan
oleh masing-masing peserta didik selama melakukan tindakan. Dari laporan
tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standar
yang ditetapkan.
3) Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan
dengan menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5=baik sekali,
4=baik, 3=cukup, 2=kurang, 1=kurang sekali.
4) Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh
guru dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa
membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan
apakah peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada
manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.
Penilaian
kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama,
langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja
yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua,
ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai. Ketiga,
kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk
menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat, fokus utama dari
kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan
diamati. Kelima, urutan dari kemampuan atau keterampilan peserta
didik yang akan diamati.
Penilaian
diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja.
Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik
penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan
psikomotor.
1) Penilaian ranah sikap. Misalnya, peserta didik diminta
mengungkapkan curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan
kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
2) Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik
diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh
dirinya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
3) Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta
untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil
belajar dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan
yang telah disiapkan.
Teknik
penilaian diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama,
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari
kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih
peserta didik berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju
secara personal.
b. Penilaian Proyek
Penilaian
proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas
yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu.
Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta
didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan,
analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan
dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Selama
mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan
untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu, pada
setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian
khusus dari guru.
1) Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang
diperoleh, dan menulis laporan.
2) Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta
didik.
3) Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang
dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian
proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk proyek. Dalam kaitan
ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan
rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan
penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek,
skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk
poster atau tertulis.
Produk
akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian
produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil
akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian
atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian,
hasil karya seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain), barang-barang
terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam.
Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk
menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi
atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.
c. Penilaian Portofolio
Penilaian
portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan
dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa
berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi
secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi
berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian
portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau
informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah
kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode
pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga
oleh peserta didik sendiri.
Melalui
penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar
peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat
karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/
literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian
itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan
tuntutan pembelajaran.
Penilaian
portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
1) Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2) Guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang
akan dibuat.
3) Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di
bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
4) Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada
tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
5) Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria
tertentu.
6) Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas
bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
7) Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil
penilaian portofolio.
d. Penilaian Tertulis
Meski
konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang
lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil
pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau
mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih
jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan,
dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban
singkat atau pendek, dan uraian.
Tes
tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis,
mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis
berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu
menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes
tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya
sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh
nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan
dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan
sumberdaya alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban
berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya
benar. Tes tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban,
yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas
(restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan
oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur
hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.
B. Karakteristik dari Penilaian Autentik (Authentic
Assessment)
1. Tugas Autentik
Tugas otentik merupakan suatu tugas yang meminta siswa
melakukan atau menampilkannya dianggap autentik apabila: (i) siswa diminta
untuk mengkonstruk respons mereka sendiri, bukan sekedar memilih dari yang
tersedia; (ii) tugas merupakan tantangan yang mirip (serupa) yang dihadapkan
dalam (dunia) kenyataan sesungguhnya.
Terdapat lima kriteria task untuk penilaian autentik, yaitu:
1) tugas tersebut bermakna baik bagi siswa maupun bagi guru; 2) tugas disusun
bersama atau melibatkan siswa; 3) tugas tersebut menuntut siswa menemukan dan
menganalisis informasi sama baiknya dengan menarik kesimpulan tentang hal
tersebut; 4) tugas tersebut meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil dengan
jelas; 5) tugas tersebut mengharuskan siswa untuk bekerja atau melakukan.
Ada dua hal yang perlu dipilih dalam menyiapkan tugas dalam
penilaian autentik, yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities).
Selanjutnya ada lima dimensi yang perlu dipertimbangkan pada saat menyiapkan
task yang autentik pada pembelajaran sains. Pertama, length atau
lama waktu pengerjaan tugas.Kedua, jumlah tugas terstruktur yang perlu
dilalui siswa. Ketiga, partisipasi individu, kelompok atau
kombinasi keduanya. Keempat, fokus evaluasi: pada produk atau pada
proses. Kelima, keragaman cara-cara komunikatif yang dapat
digunakan siswa untuk menunjukkan kinerjanya.
2. Tipe Tugas Autentik
Tugas-tugas penilaian kinerja dapat diwujudkan dalam
berbagai bentuk, yakni:
a. computer adaptive testing (tidak berbentuk tes obyektif), yang menuntut peserta tes
dapat mengekspresikan diri untuk dapat menunjukkan tingkat kemampuan yang
nyata;
b. tes pilihan ganda diperluas, dengam memberikan alasan
terhadap jawaban yang dipilih;
c. extended response atau open
ended question juga dapat digunakan;
d. group performance assessment (tugas-tugas kelompok) atau individual performance
assessment (tugas perorangan);
e. interview berupa
pertanyaan lisan dari asesor; observasi partisipatif;
f. portofolio sebagai kumpulan hasil karya siswa;
g. projek, expo atau demonstrasi;
h. constructed response,
yang siswa perlu mengkonstruk sendiri jawabannya.
3. Kriteria Penilaian (Rubrics)
Sebagaimana telah diungkapkan bahwa penilaian otentik atau
penilaian berbasis kinerja terdiri dari tasks +rubrics.
Selanjutnya akan diuraikan tentang “rubrics”. Rubrics merupakan
alat pemberi skor yang berisi daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan atau
tugas.
Secara singkat scoring rubrics terdiri dari
beberapa komponen, yaitu: (i) dimensi, (ii) definisi dan contoh, (iii) skala,
dan (iv) standar. Dimensi akan dijadikan dasar menilai kinerja siswa. Definisi
dan contoh merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi. Skala ditetapkan
karena akan digunakan untuk menilai dimensi, sedangkan standar ditentukan untuk
setiap kategori kinerja.
Walaupun suatu rubrik atau scoring rubrics sudah
disusun sebaik-baiknya, tetapi harus disadari bahwa tidak mungkin rubrik yang
sudah disusun itu sempurna atau satu-satunya kriteria untuk menilai kinerja
siswa dalam bidang tertentu. Dari satu tugas bisa saja disusun lebih dari satu
rubrik. Oleh karena itu perlu pula dikembangkan alat untuk menilai suatu
rubrik. Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan sebagai patokan untuk
menilai suatu rubrik.
a. Seberapa jauh rubrik tersebut (jelas) berhubungan langsung
dengan kriteria yang dinilai?
b. Seberapa jauh rubrik tersebut mencakup keseluruhan dimiensi
kinerja yang dinilai?
c. Apakah kriteria yang dipilih sudah menggunakan standar yang
secara umum berlaku dalam bidang kinerja yang dinilai?
d. Sejauh mana dimensi & skala yang digunakan terdefinisi
dengan baik?
e. Jika menggunakan skala numeric sejauh mana angka-angka yang
digunakan itu memang secara adil telah menggambarkan perbedaan dari setiap
kategori kinerja?
f. Seberapa jauh selisih skor yang dihasilkan oleh rater yang
berbeda?
g. Apakah rubrik yang digunakan dipahami oleh siswa?
h. Apakah rubrik cukup adil dan bebas dari bias?
i. Apakah rubrik mudah digunakan, cukup praktis dan mudah
diadministra-sikannya?
4. Deskriptor dan Level Kinerja
Rubrik di atas melibatkan komponen lain yang umum digunakan
dalam penilaian autentik atau penilaian berbasis kinerja, yaitu deskriptor.
Deskriptor mengeksplisitkan tingkat kinerja siswa pada masing-masing level dari
suatu penampilan. Contohnya seperti rumusan standar minimal dalam perumusan tujuan
pembelajaran khusus. Deskriptor digunakan untuk memperjelas harapan atau aspek
yang dinilai. Selain itu descriptor juga membantu penilai (rater) lebih
konsisten dan lebih obyektif. Bagi guru yang melaksanakan penilaian autentik,
deskriptor membantu memperoleh umpan balik yang lebih baik.
C. Langkah-langkah dalam Menciptakan Penilaian Autentik (Authentic
Assessment)
1. Langkah 1
Mengidentifikasi standar Seperti tujuan umum (goal)
Standar
merupakan pernyataan yang harus diketahui dan dapat dilakukan siswa, tetapi
ruang lingkupnya lebih sempit dan lebih mudah dicapai daripada tujuan umum.
Biasanya standar merupakan satu pernyataan singkat yang harus diketahui atau
mampu dilakukan siswa pada poin tertentu. Agar operasional, rumusan standar hendaknya
dapat diobservasi dan dapat diukur. Contoh: siswa mampu menjumlah dua digit
angka dengan benar; menjelaskan proses fotosintesis; mengidentifikasi sebab dan
akibat perang mikroba; menggunakan pinhole camera untuk
menciptakan “kertas” positif dan “kertas” negatif. Jadi, standar harus ditulis
dengan jelas, operasional, tidak ambigu dan tidak rancu, tidak terlalu luas
atau terlalu sempit, mengarahkan pembelajaran dan melakukan penilaian.
2. Langkah 2
Memilih suatu tugas autentik
Dalam
memilih tugas autentik, pertama-tama kita perlu mengkaji standar yang kita
buat, dan mengkaji kenyataan (dunia) sesungguhnya. Misalnya daripada meminta
siswa menyelesaikan soal pecahan, lebih baik kita siapkan tugas memecahkan
masalah pembagian martabak untuk suatu keluarga beranak tujuh agar setiap
anggota keluarga mempunyai bagian yang sama.
3. Langkah 3
Mengidentifikasi Kriteria untuk tugas (tasks)
Kriteria
tidak lain adalah indikator-indikator dari kinerja yang baik pada sebuah tugas.
Apabila terdapat sejumlah indikator, sebaiknya diperhatikan apakah
indikator-indikator tersebut sekuensial (memerlukan urutan) atau tidak.
a. Contoh-contoh kriteria
Contoh sejumlah indikator dalam
urutan (mengamat dengan mikroskop):
1) Mengatur pencahayaan melalui penggunaan cermin;
2) Menempatkan obyek di atas lubang pada meja mikroskop;
3) Mengatur posisi lensa obyektif (perbesaran rendah) tepat di
atas lubang dengan obyek tersebut dengan jarak kira-kira setengah sentimeter di
atasnya;
4) Menempatkan salah satu mata (dengan kedua mata terbuka) pada
lensa okuler sambil memutar pengatur kasar ke belakang;
5) Mengatur penempatan obyek sambil tetap melihat di bawah
mikroskop;
6) Memutar revolver yang merupakan tempat melekatnya lensa
obyektif sehingga lensa obyek berukuran lebih tinggi tepat di atas obyek yang
sedang diamati;
7) Memutar pengatur halus perlahan-lahan dengan mata tetap
mengamati melalui lensa okuler;
8) Memperlihatkan obyek yang sudah ditemukan (atau menggambar
obyek yang ditemukan).
Contoh sejumlah indikator tidak dalam urutan (dalam
matematika):
1) ketepatan kalkulasi;
2) ketepatan pengukuran pada model skala;
3) label-label pada model skala;
4) organisasi kalkulus;
5) kerapihan menggambar;
6) kejelasan keterangan/eksplanasi.
b. Karakteristik suatu kriteria yang baik
Kriteria
yang baik antara lain adalah sebagai berikut.
1) dinyatakan dengan jelas, singkat;
2) pernyataan tingkah laku, dapat diamati;
3) ditulis dalam bahasa yang dipahami siswa.
c. Jumlah Kriteria untuk sebuah task
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1) batasi jumlah kriteria, hanya pada unsur-unsur yang esensial
dari suatu tugas (antara 3-4, di bawah 10);
2) tidak perlu mengukur setiap detil tugas;
3) kriteria yang lebih sedikit untuk tugas-tugas yang lebih
kecil atau sederhana.
Contoh tes
singkat atau kuis diberikan berikut ini sebagai latihan
1) Tugas 1: Tuliskan tiga kriteria bagi seorang petugas
laboratorium yang baik!
2) Tugas 2: Tuliskan tiga kriteria presentasi lisan yang baik!
4. Langkah 4 Menciptakan standar kriteria atau rubrik (rubrics)
a. Menyiapkan suatu rubrik analitis
Dalam rubrik tidak selalu diperlukan
descriptor. Deskriptor merupakan karakteristik perilaku yang terkait dengan
level-level tertentu, seperti observasi mendalam, prediksinya beralasan,
kesimpulannya berdasarkan hasil observasi.
b. Menyiapkan suatu rubrik yang holistic
Dalam rubrik holistic, dilakukan
pertimbangan seberapa baik seseorang telah menampilkan tugasnya dengan
mempertimbangkan kriteria secara keseluruhan. Sebagai contoh, dalam presentasi
dapat disiapkan rubrik keseluruhan sebagai berikut.
|
Aspek Persentasi Oral |
Kriteria Penilaian Presentasi Oral |
|
Penguasaan (Mastery) |
· Selalu melakukan kontak pandang · Volume selalu sesuai · Antusiasme hadir selama presentasi · Rangkuman sangat akurat |
|
Kemahiran (Proficiency) |
- Biasanya melakukan kontak pandangan - Volume biasanya sesuai - Antusiasme muncul pada kebanyakan presentasi - Hanya 1-2 kesalahan dalam rangkuman |
|
Pengembangan |
+ Kadang-kadang melakukan kontak pandangan + Volume kadang-kadang memadai + Sewaktu-waktu antusiasme dalam presentasi + Beberapa kesalahan dalam rangkuman |
|
Ketidakakuratan |
= Tak pernah atau jarang melakukan kontak pandangan = Volume tidak memadai = Jarang tampak antusiasme dalam presentasi = Banyak kekeliruan dalam rangkuman |
c. Mencek rubrik yang telah dibuat
Untuk
keperluan pengecekan rubrik yang telah dibuat sebaiknya kita meminta kepada
rekan kerja sesama guru untuk merevieuwnya, atau meminta siswa mengenai
kejelasannya. Masukan dari mereka dapat digunakan untuk memperbaiki standar
yang telah kita siapkan. Ada baiknya kita juga memeriksa atau mencek apakah
rubrik tersebut dapat dikelola dengan mudah. Bayangkan penampilan atau kinerja
siswa ketika sedang melakukannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penyusun memaparkan pembahasan pada Bab II, maka
penyusun menyimpulkan bahwa:
1. Penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para
siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang
mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang
bermakna.
2. Jenis-jenis penilaian autentik yaitu penilaian kinerja,
proyek, portofolio, dan tertulis.
a. Penilaian kinerja yang digunakan untuk menilai partisipasi
dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap
tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu
tertentu.
c. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan
peserta didik dalam satu periode tertentu.
d. Penilaian tertulis merupakan bentuk penilaian dengan cara
tertulis yang dapat berupa pilihan ganda, essai, menjodohkan, benar-salah, dan
sebagainya.
3. Kriteria dari penilaian autentik yaitu penilaian yang
berbasis pada kinerja yang terdiri terdiri dari tasks +rubrics.
4. Langkah-langkah penilaian autentik terdiri dari:
a. Mengidentifikasi standar Seperti tujuan umum (goal)
b. Memilih suatu tugas otentik
c. Mengidentifikasi Kriteria untuk tugas (tasks)
B. Saran
Saran penyusun dalam makalah ini yaitu agar sekiranya dosen
pembimbing menerima dan bersedia memberikan bimbingan kepada penyusun jika
dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan-kesalahan.
DAFTAR REFERENSI
Dantes,
Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses Dan
Produk Dalam Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha
Ibrahim,
Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep dasar, Tahapan
Pengembangan dan Contoh. Surabaya: UNESA University Press Anggota IKAPI
Muijs,
Daniel & David Reynolds. 2008. Effective Teaching Teori
dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudarwan,
Prof., (2013). Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran, Makalah pada
Workshop Kurikulum. Jakarta. http://www.the-scientist.com/?articles.view/articleNo/24488/title/The-Scientific-Approach/:
diakses 12 September 2014.
Comments
Post a Comment