MAKALAH PSIKOANALISIS
KATA PENGANTAR
Puji
Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nyalah, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun
tujuan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah.
Dalam
penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, karya ilmiah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Kami
sadar, dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… ii
BAB I PEDAHULUAN
Latar Belakang ………………………………………………………………..
1
Rumusan Masalah ………………………………………………………………. 1
Tujuan …………………………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN
Biografi Sigmund Freud ……………..……………………………………………… 2
Pengertian Psikoanalisis ………………….……………………………………… 3
Tingkat Kehidupan mental …..……………………………………………………… 3
Wilayah Pikiran ………………………………………………………………… 4
Dinamika Kepribadian ………………………………………………………………. 6
Cara Bertahan ………………………………………………………………………….. 8
Bentuk Pertahanan …………………………………………………………………. 8
Tahap-tahap Perkembangan ………………………………………………………… 10
Kritik Terhadap Teori Freud ………………………………………………………….. 13
Aspek-aspek Positif …………………………………………………………………… 15
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ………………………………………………………………………. 17
Saran ……………………………………………………………………………… 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada
abad ke-21 ini terdapat empat psikologi yang menonjol, salah satu diantaranya
yaitu psikoanalisis. Keberjayaan psikoanalisis antara lain disebabkan oleh para
tokohnya yaitu Freud, Jung, dan Lacan, yang
benar-benar menguasai baik psikologi dan psikiatri.
Psikoanalisis
dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang
dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma
menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisis
menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh
motif-motif tidak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan
pembuat peta ketidaksadaran manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa tokoh Psikoanalisis?
2. Apa yang dimaksud dengan
psikoanalisis?
3. Bagaimana tingkat kehidupan
mental menurut Sigmund Freud?
4. Bagaimana pembagian wilayah
pikiran menurut Sigmund Freud?
5. Bagaimana dinamika
kepribadian menurut Sigmund Freud?
6. Bagaimana cara bertahan menurut Sigmund Freud?
7. Apa bentuk-bentuk
pertahanan yang dikemukakan olehSigmund Freud?
8. Apa saja tahap perkembangan
menurut Sigmund Freud?
9. Bagaimana tanggapan
terhadap teori Psikoanalisis Sigmund Freud?
10. Apa saja aspek positif dari
teori Sigmund Freud
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan
tentang tokoh Psikoanalisis.
2. Untuk menjelaskan
pengertian psikoanalisis.
3. Untuk
menjelaskan tingkat kehidupan mental menurut Sigmund Freud.
4. Untuk
menjelaskan pembagian wilayah pikiran menurut Sigmund Freud.
5. Untuk menjelaskan dinamika
kehidupan menurut Sigmund Freud.
6. Untuk menjelaskan
tentang cara pertahanan diri menurut Freud.
7. Untuk
menjelaskan bentuk-bentuk pertahanan yang dikemukakan oleh Freud.
8. Untuk
menjelaskan tahap perkembangan menurut Freud.
9. Untuk
menjelaskan tanggapan terhadap teori Psikoanalisis Sigmund Freud.
10. Untuk menjelaskan aspek
positif dari teori Sigmund Freud.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Sigmund
Freud
Sigmund
Freud yang terkenal dengan Teori Psikoanalisis dilahirkan di Morovia, pada
tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939.
Gerald Corey dalam “Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy”
menjelaskan bahwa Sigmund Freud adalah anak sulung dari keluarga Viena yang
terdiri dari tiga laki-laki dan lima orang wanita. Dalam hidupnya ia ditempa
oleh seorang ayah yang sangat otoriter dan dengan uang yang sangat terbatas,
sehingga keluarganya terpaksa hidup berdesakan di sebuah aparterment yang
sempit, namun demikian orang tuanya tetap berusaha untuk memberikan motivasi
terhadap kapasitas intelektual yang tampak jelas dimiliki oleh anak-anaknya.
Sebagian
besar hidup Freud diabdikan untuk memformulasikan dan mengembangkan tentang
teori psikoanalisisnya. Uniknya, saat ia sedang mengalami problema emosional
yang sangat berat adalah saat kreativitasnya muncul. Pada umur paruh pertama
empat puluhan ia banyak mengalami bermacam psikomatik, juga rasa nyeri akan
datangnya maut dan fobi-fobi lain. Dengan mengeksplorasi makna mimpi-mimpinya
sendiri ia mendapat pemahaman tentang dinamika perkembangan kepribadian
seseorang.
Sigmund
Freud dikenal juga sebagai tokoh yang kreatif dan produktif. Ia sering
menghabiskan waktunya 18 jam sehari untuk menulis karya-karyanya, dan karya
tersebut terkumpul sampai 24 jilid. Bahkan ia tetap produktif pada usia senja.
Karena karya dan produktifitasnya itu, Freud dikenal bukan hanya sebagai
pencetus psikoanalisis yang mencuatkan namanya sebagai intelektual, tapi juga
telah meletakkan teknik baru untuk bisa memahami perilaku manusia. Hasil
usahanya itu adalah sebuah teori kepribadian dan psikoterapi yang sangat
komprehenshif dibandingkan dengan teori serupa yang pernah dikembangkan.
Psikoanalisa
dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang
dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma
menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisa
menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh
motif-motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan
pembuat peta ketidaksadaran manusia.
Lima
karya Freud yang sangat terkenal dari beberapa karyanya adalah:
1. The Interpretation of dreams
(1900),
2. The Psichopathology of Everiday
Life (1901),
3. General Introductory Lectures
on Psichoanalysis (1917),
4. New Introductory Lectures on
Psichoanalysis (1933) dan
5. An Outline of Psichoanalysis
(1940).
Dalam
dunia pendidikan pada masa itu, Sigmund Freud belum seberapa populer. Menurut
A. Supratika, nama Freud baru dikenal pertama kalinya dalam kalangan psikologi
akademis pada tahun 1909, ketika ia diundang oleh G. Stanley Hall, seorang
sarjana psikologi Amerika, untuk memberikan serangkaian kuliah di universitas
Clark di Worcester, Massachusetts. Pengaruh Freud di lingkungan psikologi baru
terasa sekitar tahun 1930-an. Akan tetapi Asosiasi Psikoanalisis Internasional
sudah terbentuk tahun 1910, begitu juga dengan lembaga pendidikan psikoanalisis
sudah didirikan di banyak negara.
B. Pengertian
Psikoanalisis
Psikoanalisis ditemukan di
Wina, Austria, oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis merupakan salah satu aliran di
dalam disiplin ilmu psikologi yang memilik beberapa definisi dan sebutan,
Adakalanya psikoanalisis didefinisikan sebagai metode penelitian, sebagai
teknik penyembuhan dan juga sebagai pengetahuan psikologi.
Psikoanalisis menurut
definisi modern yaitu:
1. Psikoanalisis adalah pengetahuan psikologi
yang menekankan pada dinamika, faktor-faktor psikis yang menentukan perilaku
manusia, serta pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk
kepribadian masa dewasa,
2. Psikoanalisis adalah teknik yang khusus
menyelidiki aktivitas ketidaksadaran (bawah sadar),
3. Psikoanalisis adalah metode interpretasi
dan penyembuhan gangguan mental.
Psikoanalisis dalam pengertian lain (Hjelle &
Ziegler, 1992)yaitu:
1. Teori mengenai kepribadian &
psikopatologi,
2. Metode terapi untuk gangguan kepribadian teknik
untuk menyelidiki pikiran & perasaan individu yang tidak disadari.
Psikoanalisis memiliki sebutan-sebutan lain yaitu:
1. Psikologi dalam, karena menurut Freud
penyebab neurosis adalah gangguan jiwa yang tidak dapat disadari, pengaruhnya
lebih besar dari apa yang terdapat dalam kesadaran dan untuk menyelidikinya,
diperlukan upaya lebih dalam,
2. Psikodinamika, karena Psikoanalisis memandang
individu sebagai sistem dinamik yang tunduk pada hukum-hukum dinamika, dapat
berubah dan dapat saling bertukar energi.
Adapun contoh dari
Psikoanalisis adalah Hipnotis, analisis mimpi, mekanisme pertahanan
diri.
C. Tingkat Kehidupan
Mental
Freud mengemukakan
bahwa kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkat, alam sadar dan alam
tidak sadar. Alam tidak sadar terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak
sadar dan alam bawah sadar.
1. Alam Tidak Sadar
Alam tidak sadar
(unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang
tidak kita sadari tetapi ternyata ,mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan
kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita
tidak menyadari proses mental yang ada dibalik perilaku tersebut. Misalnya,
seorang pria bisa saja mengetahui bahwa ia tertarik pada seorang wanita
tapi tidak benar-benar memahami alasan dibalik ketertarikannya, yang
bisa saja bersifat tidak rasional.
Freud
meyakini bahwa keberadaan alam tidak sadar ini hanya bisa dibuktikan
secara tidak langsung. Baginya alam tidak sadar merupakan penjelasan dari makna
yang ada dibalik mimpi, kesalahan ucap (slip tongue), dan
berbagai jenis lupa, yang dikenal sebagai represi (repression).
Mimpi
adalah sumber yang kaya akan materi alam bawah sadar. Contohnya, Freud
meyakini bahwa pengalaman masa kanak-kanak bisa muncul dalam mimpi orang
dewasa sekalipun yang bermimpi boleh jadi tidak ingat secara sadar akan
pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Alam Bawah Sadar
Alam
bawah sadar (preconscious) ini memuat semua elemen yang tidak
disadari, tetapi bisa muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar
(Freud,1933/1964).
Isi alam bawah sadar
ini datang dari dua sumber yaitu:
a. Persepsi sadar (conscious
perception)
Persepsi
dari seseorang, secara sadar dalam waktu singkat akan segera masuk ke
dalam alam bawah sadar selagi focus perhatian beralih ke pemikiran lain.
Pikiran yang dapat keluar masuk antara alam sadar dan alam bawah sadar, umumnya
adalah pikiran-pikiran yang bebas dari kecemasan. Antara gambaran sadar dan
dorongan tidak sadar nyaris sama satu dengan lainnya.
b. Gambaran-gambaran bawah sadar adalah
alam tidak sadar.
Freud
meyakini bahwa pikiran bisa menyelinap dari sensor yang ketat dan masuk
ke alam bawah sadar dalam bentuk yang tersembunyi. Beberapa gambaran itu
tidak kita sadari, karena ketika kita menyadari bahwa gambaran itu datang dari
alam tidak sadar maka kita akan merasa cemas, sehingga sensor akhir akan
menekan gambaran itu dan mengembalikannya ke alam tidak sadar. Sedangkan
ada beberapa gambaran yang masuk ke alam sadar karena dapat bersembunyi
dengan baik dalam bentuk mimpi, salah ucap, ataupun dalam bentuk pertahanan
diri yang kuat.
3. Alam Sadar
Alam
sadar (conscious) didefinisikan sebagai elemen-elemen mental
yang setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah satu-satunya tingkat
kehidupan mental yang bisa langsung kita raih. Ada dua pintu yang dapat
dilalui oleh pikiran agar bias masuk kea lam sadar.
a. Melalui system kesadaran perceptual (perceptual
conscious), yaitu terbuka pada dunia luar dan berfungsi sebagai perantara
bagi persepsi kita tentang stimulus dari luar.
b. Melalui struktur mental dan mencakup
gagasan-gagasan tidak mengancam yang datang dari alam bawah sadar maupun
gambaran-gambaran yang membuat cemas, tetapi terselubung dengan rapi yang
berasal dari alam tidak sadar. Ketika gagasan itu tiba di alam sadar, maka
gagasan itu sudah berubah wujud dan terselubung dalam bentuk perilaku-perilaku
yang defensifatau dalam bentuk mimpi.
D. Wilayah
Pikiran (Id, Ego, dan Superego)
1. Id
Psikologi
Freud bertitik tolak dari dunia nyata, dunia yang penuh dengan benda-benda.
Diantara ada objek yang sangat khusus yaitu organisme. Salah satu bagian
terpenting dari suatu organisme adalah sistem saraf yang memiliki karakter
sangat peka terhadap apa yang dibutuhkan. Ketika manusia lahir, sistem
syarafnya hanya sedikit lebih baik dari binatang lain, itulah yang
dinamakan id. Id adalah istilah yang diambil dari kata ganti untuk
“sesuatu” atau “itu” (the it), atau komponen yang tak sepenuhnya diakui oleh
kepribadian.
Id
tak punya kontak dengan dunia nyata, tetapi selalu berupaya untuk meredam
ketegangan dengan cara memuaskan hasrat-hasrat dasar. Id berfungsi untuk
memperoleh kepuasan dan sekjalan dengan prinsip kesenangan. Sistem syaraf,
sebagai id, bertugas menerjemahkan kebutuhan satu organisme menjadi daya
motivasional yang disebut sebagai insting atau nafsu. Freud juga menyebutnya
dengan kebutuhan. Kebutuhan yang menjadi keinginan disebut proses primer.
Contohnya
bayi yang baru lahir akan tetap mengisap terlepas dari ada atau tidaknya puting
susu, karena ia akan memperoleh kepuasan ketika melakukannya. Karena id tidak
mempunyai kontak dengan kenyataan maka bayi itu tidak menyadari bahwa
sebenarnya dengan mengisap jempol tidak akan membantunya bertahan hidup
.
2. Ego
Ego atau saya
adalah satu-satunya wilayah pikiran yang memiliki kontak dengan realita.
Kebutuhan lambat laun akan semakin kuat dan bertambah banyak, sedang
keinginan-keinginan lain akan datang silih berganti. Di seputar alam sadar ini,
selama tahun-tahun pertama kehidupan seorang bayi, sebagian id berubah
menjadi ego (aku). Ego menghubungkan organisme dengan realitas
dunia melalui alam sadar yang dia tempati, dan dia mencari objek-objek untuk
memuaskan keinginan dan nafsu yang dimunculkan id untuk merepresentasikan apa
yang dibutuhkan organisme. Proses ini disebut proses sekunder.
Tidak
seperti id, ego berfungsi berdasarkan prinsip-prinsip
realitas, artinya dia memenuhi kebutuhan organisme berdasarkan objek-objek yang
sesuai dan dapat ditemukan dalam kenyataan
Contohnya,
ego seorang wanita secara sadar, memotivasinya untuk memilih
pakaian yang dijahit rapi dan sangat licin karena ia merasa nyaman berbusana
seperti itu. Pada saat yang sama ia mungkin ingat samar-samar (secara
bawah sadar) bahwa sebelumnya ia pernah dipuji karena memilih pakaian
yang bagus. Selain itu, barangkali termotivasi secara tidak sadar untuk
berperilaku rapi dan teratur. Jadi keputusan untuk mengenakan pakaian rapi nan
licin bisa terjadi di tiga tingkat kehidupan mental.
3. Superego
Dalam
psikologi Freudian, superego mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari
kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralistis dan idealis yang
berbeda dengan prinsip kesenangan dari Id dan prinsip realistis dari ego.
Ketika
ego berusaha membuat id tetap senang, di sisi lain dia juga mengalami hambatan
yang ada di dunia nyata. Segala objek dunia nyata yang menghalangi dan
mendukungnya inilah yang kemudian menjadi superego. Superego memiliki dua sisi:
1. Nurani merupakan internalisasi
dari hukuman dan peringatan.
2. Ego ideal yaitu berasal dari
pujian dan contoh-contoh positif yang diberikan kepada anak-anak.
Hubungan antara id, ego, dan superego.
Hubungan
antara Id, Ego dan Superego pada tiga individu secara hipotesis:
1. Pada individu pertama, id mendominasi ego
yang lemah dan superego yang plin-plan sehingga ego tidak mampu menyeimbangkan
antara gigihnya tuntutan id. Akibatnya individu ini terus-menerus memuaskan
kesenangannya tanpa memandang apa yang mungkin atau layak.
2. Individu kedua, memiliki rasa bersalah serta
perasaan inferior dan ego yang lemah, akan mengalami sederetan konflik karena
ego tidak bias mengendalikan tuntutan antara superego dan id yang saling
bertentangan, tetapi sama kuat.
3. Individu ketiga, yang memiliki ego kuat dan
mampu memenuhi tuntutan, baik dari id,maupun superego sehingga secara
psikologis mampu menenangkan kendali atas prinsip kesenangan dan prinsip
moralitas.
E. Dinamika
Kepribadian
Freud mengusulkan sebuah
dinamika atau prinsip motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang
mendorong tindakan manusia. Dorongan-dorongan itu antara lain:
1. Seks
Libido (hasrat seksual) adalah istilah yang biasa
digunakan oleh pendiri psikoanalis, Sigmund Freud, untuk menamakan hasrat atau
dorongan seksual. Ia mengatakan bahwa dorongan ini dikarakteristikkan dengan
bertumbuhnya secara bertahap sampai puncak intensitas, diikuti dengan penurunan
tiba-tiba dari rangsangan.Waktu dia mempelajari proses ini pada
pasien-pasiennya, Freud menyimpulkan bahwa berbagai kegiatan seperti makan dan
minum, dan juga kencing serta buang hajat juga memiliki pola yang sama.
Konsekuensinya, ia menyimpulkan bahwa tindakan ini juga memiliki hasrat seksual
juga.Freud juga tertarik pada perkembangan libido, yang ia lihat sebagai
dorongan manusia yang paling dasar dan paling kuat. Ia percaya bahwa
perkembangan libido dapat dibagi dalam beberapa tahap yang berbeda dan bisa
dikenali.
Selama bayi, ia melihat
bahwa hasrat seksual terfokus di mulut, dan biasanya terwujud dalam kegiatan
menyedot. Ia menyebut ini sebagai tahap oral dalam perkembangan hasrat
seksual.Dalam tahap tahun kedua dan ketiga dalam kehidupan anak, waktu si anak
belajar menggunakan kamar kecil, fokus dari kenikmatan erotis berpindah ke
fungsi rektal. Freud menamakan ini tahap anal.Kemudian, pada saat puber, fokus
berpindah pada organ seks, suatu periode perkembangan yang ia namakan tahap
phallic dalam kedewasaan hasrat seks.Dalam tahap berikut dari perkembangan,
dorongan libido berfokus pada orang tua yang berlawanan jenis dan menambahkan
warna erotis bagi pengalaman anak itu ke orang tuanya.
Ketidak-setujuan
orangtua pada dorongan seks yang tidak terkendali dipercaya oleh Freud akan
berlanjut pada perkembangan jiwa manusia yang terdiri dari tiga komponen: id,
ego dan superego. Id, insting-insting dan dorongan dasar (termasuk libido tapi
juga dorongan lain seperti agresif) memberikan energi fisik yang diperlukan
untuk melakukan kegiatan.Ego, yang memiliki fungsi eksekutif, mengatur
pemenuhan hasrat seks dan hasrat lainnya setiap hari dalam cara yang diterima
dan bisa dilakukan di masyarakat. Superego adalah standar sosial dari perilaku
yang telah dipahami dan dipelajari, termasuk kesadaran akan perilaku yang dilarang
atau melanggar hukum.
Dalam keadaan
sadar, ada batas yang kuat memisahkan ketiga daerah ini, tapi waktu tidur atau
berfantasi, batas ini melemah, memungkinkan kebangkitan ekspresi dari hasrat
libido yang biasanya terkendali. Kesadaran akan dorongan dan fantasi yang tidak
terkendali bisa membuat seseorang merasa malu atau rasa bersalah secara
seksual. Freud percaya bahwa kepribadian seseorang terbentuk di awal kehidupan
dan ditentukan bagaimana dorongan dasarnya seperti libido dipuaskan.
Kegagalan untuk
memuaskan dorongan ini berakibat pada perkembangan pribadi dan kesehatan
psikologis seseorang.Generasi berikut dari psikoanalis mempertanyakan karya
Freud tentang libido. Beberapa menekankan titik dimana Freud terlalu menekankan
perkembangan biologis dan kurang menekankan akibat dari faktor budaya dan
sosial dalam perilaku dan praktek seksual.
Carl Jung, seorang
psikiatris dan psikoanalis dari Swiss, menolak pandangan Freud tentang libido
dengan menolak pandangan bahwa pengalaman seksual waktu bayi adalah penentu
penting dalam masalah emosi orang dewasa. Jung membuat teori lain tentang
libido yang memandang keinginan untuk hidup dan bukan libido adalah merupakan
dorongan terkuat. Jung menekankan perbedaan antara kepribadian introvert
dan ekstrovert. Ekstrovert adalah individu yang keinginannya mengarah kuat
(tapi tidak semuanya) keluar ke orang lain dan dunia sekelilingnya. Mereka
merasa nyaman di keadaan sosial dimana mereka berada dan sangat bisa berteman.
Introvert adalah karakteristik kebalikannya, termasuk mengarahkan perhatian
terhadap proses diri dan pikirannya. Mereka biasanya mengandalkan diri sendiri,
introspektif, pemikir dan biasanya tidak terlalu nyaman dalam kelompok sosial
yang besar.
Jung
menggunakan istilah libido untuk menunjuk pada energi mental yang bertanggung
jawab untuk membuat dan menjaga intro/ekstrovert. Ia tidak percaya seseorang
adalah introvert atau ekstrovert, tapi adalah campuran dari keduanya dalam
berbagai tingkatan.Banyak ahli psikologis kontemporer memandang libido sebagai
potensi dasar manusia yang walau berakar pada biologi manusia (misalnya,
hormon) terbentuk karena budaya dan pengalaman.
Dengan kata
lain, dorongan dasar manusia untuk kegiatan reproduksi dan potensi berdasar
biologis untuk mendapatkan kenikmatan dari tindakan yang berhubungan dengan
kontak fisik (misalnya titik saraf di kulit dan membran mukosa) yang dibentuk
oleh pengalaman seseorang dalam pertumbuhannya dalam suatu keluarga dan
masyarakat. Bagaimana motivasi seksual distrukturkan, dan melalui
bagaimana dorongan seksual dipuaskan, dan apakah tindakan tertentu dinamakan
atau dihindari sebagai tidak pantas, semuanya ditentukan oleh pengaruh sosial
tersebut.
2. Insting Kehidupan Dan Insting
Kematian
Freud
berpendapat bahwa seluruh perilaku manusia didorong oleh nafsu atau instingnya,
dimana instingnya merupakan representasi neurologis dari kebutuhan-kebutuhan
fisik-biologis.Freud mengemukakan insting kehidupan mencakup:
1. Kehidupan individual,
dengan mendorong seorang individu memenuhi kebutuhan makan dan minum.
2. Kehidupan spesies, dengan
mendorongnya untuk melakukan hubungan seks.
Freud menyakini dibalik
insting kehidupan terdapat insting kematian. Freud merujuk pada prinsip
nirwana. Prinsip ini merujuk pada ketiadaan, non-eksistensi, kekosongan yang
jadi tujuan hidup dalam filsafat orang-orang Budha. Bukti tentang adanya
insting kematian dan prinsip nirwana adalah saat kita benar-benar menginginkan
kedamaian, ketenangan, jauh dari segala bentuk dorongan dan rangsangan, yang dapat
dilihat dari tindakan kita meminum alkohol atau memakai narkoba.
3. Kecemasan
Kecemasan
merupakan perasaan terjepit dan terancam. Menurut Freud ada tiga jenis
kecemasan:
1. Kecemasan realistik
Kecemasan jenis ini disebut sebagai rasa
takut. Contohnya: Ketika ada seorang yang melempar seekor ular berbisa di depan
kita, maka kita akan mengalami kecemasan realistik.
2. Kecemasan moral
Kecemasan moral ini merupakan kata lain dari
rasa malu, rasa bersalah atau rasa takut mendapat sanksi. Kecemasan ini
bisa muncul karena kegagalan bersikap konsisten dengan apa yang mereka yakini
benar secara moral, misal tidak mampu mengurus orang tua yang memasuki usia
lanjut.
3. Kecemasan neurotik
Kecemasan akibat bahaya yang tidak
diketahui. Misalnya kita pernah merasakan gugup, tidak mampu mengendalikan
diri, perilaku, akal, dan mikiran kita maka kita sedang mengalami kecemasan
neurotik.
F. Cara-Cara
Bertahan
Ego
menurut Freud memiliki suatu mekanisme pertahanan/defense
mechanisms yang disebut repression untuk mengatasi
konflik antara tuntutan realitas, hasrat id, dan hambatan superego.Namun ketika
kecemasan begitu menguasai, ego harus berusaha mempertahankan diri. Secara
tidak sadar, dia akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan-dorongan
menjadi wujud yang lebih diterima dan tidak telalu mengancam. Cara ini disebut
mekanisme pertahanan ego.
Selain
penekanan/ represi, menurut Freud, mekanisme pertahanan ego yaitu :
1.
Proyeksi, yaitu proses pertahanan ego dengan
mengganti objek dengan objek lain yang kurang berbahaya dengan tujuan
mengurangi tekanan.
2.
Pembentukan Reaksi, yaitu penggantian impuls/ perasaan yang
menimbulkan kecemasan dengan lawannya didalam kesadaran.
3.
Fiksasi, yaitu keadaan menggantungkan kondisi untuk
mengurangi ketegangan.
4.
Regresi, yaitu keadaan dimana seseorang mengalami
penurunan fase perkembangan.
G. Bentuk-
Bentuk Pertahanan
1. Penolakan.
Penolakan dilakukan
dengan cara memblokir. Peristiwa-peristiwa yang datang dari luar kesadaran.
Jika dalam situasi tertentu peristiwa ini terlalu banyak untuk ditanggulangi,
seseorang hanya perlu menolaknya. Sebagaimana yang anda kira , cara ini adalah
cara yang paling primitif dan berbahaya,karena tidak ada orang yang selamanya
mampu dari kenyataan. Penolakan dapat kerja sendiri atau, biasanya,
dikombinasikan dengan bentukmekanisme pertahanan lain yang lebih kukuh.
Pernah suatu ketika
saya melihat putri saya yang berusia 5 tahun menonton film kartun. Seperti
biasanya dia duduk agak dekat duduk dengan televisi. Ketika tak ada satu pun
diantara kami yang terlalu memperhatikan televisi pada saat iklan film horor
ditayangkan, lengkap dengan tampilan pisau berdarah, topeng menakutkan dan
teriakan-teriakan orang ketakutan, maka pada saat itu juga saya menyelamatkan
putri saya dari horor yang ditampilkan di iklan tersebut. Jadi, seorang
psikolog dan sebagai seorang ayah yang baik, saya ingin berbuat sesuatu untuk
putri saya itu. Saya katakan kapdanya “sayang, itu iklan yang menakutkan
bukan?” Dia menjawab singkat “Hah?” Saya katakan lagi kepadanya , “ Iklan itu
lho, bukankah itu sangat menakutkan “? Dia heran dan balik bertanya , “Iklan
yang mana”? Tampaknya dia malah tidak memperhatikannya.
Sejak saat itu,
saya jadi tahu kadang-kadang anak kecil dengan enteng dapat melewati hal-hal
yang seharusnya tidak dapat mereka hadapi. Saya juga pernah melihat orang-orang
yang ngotot melakukan otopsi terhadap keluarganya yang sudah meninggal, hanya
karena ingin mengingkari kenyataan bahwa keluarganya memang sudah meninggal.
Inilah bentuk dari penolakan yang kita maksud disini.
Anna
Freud juga melengkapi konsep penolakan ini denganpenolakan dalam
fantasi. Penolakan jenis ini terjadi ketika anak-anak membayangkan
ayahnya yang “jahat” berubah menjadi boneka lucu baik, atau mengubah seorang
bocah yang tak berdaya menjadi ksatria gagah.
2. Represi,
Atau
disebut oleh Anna Freud dengan “ melupakan yang bermotivasi “ , adalah ketidakmampuan
untuk mengingat kembali situasi, orang atau peristiwa yangmenakutkan. Represi
juga merupakan mekanisme pertahanan ego yang berbahaya sekaligus menjadi bentuk
yang paling umumnya.
Waktu remaja dulu
saya sangat takut pada laba-laba, khususnya laba-laba berkaki panjang. Saya
tidak tahu apa yang menyebabkan saya menakutinya, tapi saya ingat bahwa
perasaan itu mulai menghantui saya ketika saya mulai kuliah. Semasa kuiah,
seorang teman membantu menghilangkan perasaan ini (menggunakan teknik yang disebut
desentisasi sistematiis), tapi saya tetap tidak bisa mengingat apa yang menjadi
penyebabnya. Beberapa tahun kemudian, saya bermimpi di kurung oleh sepupu saya
di dalam gudang di rumah kakek kami. Gudang itu sangat kecil, gelap dan
lantainya sangat kotor. Coba anda tebak, lantai itu dipenuhi laba-laba bekaki
panjang.
Analisis
Freudian menjelaskan fobia ini sangat sederhana. Saya merepresi peristiwa
traumatik kejadian digudang itu tapi pengalaman melihat laba-laba berkaki
panjang menimbulkan perasaan takut dan cemas berkepanjangan tanpa mampu
mengingat peristiwanya dengan jelas.
Berikut ini
adalah contoh yang diberikan Anna Freud yang akan memperjelas pengertian
represi ini. Seorang wanita muda,yang merasa selalu bersalah karena memliki
hasrat seksual tinggi, cenderung berusaha melupakan nama-nama pacarnya,bahkan
ketika akan memperkenalkan pacar itu pada keluarganya. Atau seorang pecandu
alkohol yang tidak bisa mengingat beberapa kali dia berusaha bunuh diri tetapi
hanya menyatakan bahwa dia berhasil “ Selamat”. Atau seorang yang waktu
kanak-kanak pernah tenggelam, namun dia tidak mampu mengingat kapan dan di mana
kejadiannya, walaupun orang lain sudah memberitahukan padanya saat dewasa dia
tidak lagi takut dengan air.
Perlu diingat
bahwa mekanisme pertahanan ego ini berfungsi secara tidak sadar. Sebagai
cntoh,saudara saya sangat takut dengan anjing,tapi tidak ada mekanisme
pertahanan ego yang terlibat dalam perasaannya ini. Dia memang pernah digigit
anjing . Biasanya yang kita sebut dengan fobia adalah rasa takut yang tidak
rasional dan berasal dari represi terhadap trauma.
3. Asketisisme atau menolak segala
kebutuhan.
Ini adalah mekanisme
pertahanan ego yang paling jarang dikenal orang, tapi menjadi sangat relevan
seklai di zaman sekarang dengan begitu banyaknya gangguan mental yang
disebut anorexia. Anak-anak praremaja , ketia merasa “tersiksa”
oleh munculnya dorongan seksual, bisa jadi secara tidak langsung mencoba
melindungi diri dengan menolak, bukan hanya dorongan seksual, tapi seluruh
bentuk dorongan napsu. Mereka menempuh gaya hidup “Asketik”(cara hidup pendeta)
guna menolak apa-apa yang dinikmati orang lain.
Remaja
laki-laki zaman sekarang sangat tertarik pada disiplin diri yang diajarkan
dalam seni bela diri. Untungya, seni bela diri bukan hanya tidak akan menyakiti
Anda, tapi juga dapat menbantu Anda dalam menjaga diri. Sayangya, remaja putri
dalam masyarakat kita sekarang malah sangat tertarik memperoleh standar
kecantikan tertinggi , walaupun bersifat artifisial dan berdampak buruk. Dalam
teori Freudian , penolakan remaja putri untuk makan banyak (diet) sebenarnya
adalah bentuk permukaaan dari penolakan mereka terhadap pertumbuhan seksual
yang sedang mereka alami. Parahnya lagi masyarakat sekarang turut membantu mereka.
Lihat saja, Sebagian masyarakat mematok berat badan ideal wanita 10 kg lebih
rendah dari apa yang ideal menurut kesehatan.
Anna Freud
menambahkan bentuk askietisisme yang agak longgar yang dia sebut sebagai “Pengendalian
Ego”. Disini orang kehilangan minat dan ketertarikannya pada salah satu
aspek kehidupan dan memfokuskan perhatian pada aspek lain. Ini dilakukan demi
mengelak dari kenyataan. Seorang remaja yang ingin menolak hasratnya mungkin
akan berpaling kepada hal-hal feminim dan menjadi “pemikir tak bernafsu”, atau
seorang remaja pria yang takut dipermalukan dalam tim sepak bolanya akan
memaksakan diri untuk menyukai puisi.
4. Isolasi (disebut juga
intelektualisasi).
Mekanisme
ini berjalan dengan cara mengalihkan emosi deri kenangan yang menakutkan.
Contohnya adalah orang yang merasa dirinya dianggap sebagai anak kecil , atau
orang yang selalu mengedapankan aspek intelektual ketika pertama kali di kenal
dengan urusan seksual. Di sini yang terancam bukan persoalan kecil sebagaimana
kelihatannya.
Dalam situasi
darurat, ada orang yang tetap tenang dan mampu berkumpul bersama sampai keadaan
menjadi pulih , mereka kembali bercerai berai . Ada yang mengatakan pada Anda
bahwa dalam situasi darurat , Anda tidak bisa berpisah dari orang lain. Dengan
begini kita tidak akan sulit menjelaskan kenapa orang cenderung merasa dekat
kalau sudah ada salah satu anggota masyarakat yang meninggal. Para dokter dan
perawat harus membiasakan diri memisahkan rasa jijik,jengekl takut mereka pada
darah, luka, rintihan, dan sebagainya, serta tetap memperlakukan pasien dengan
ramah, hangat seperti keluarga sendiri.
Remaja
yang senang film horor akan sering tampil kehadapan orang banyak yang tujuan
sebenarnya adalah menghilangkan rasa takut mereka sendiri. Tidak ada contoh
yang paling baik selain seorang yang ketika seluruh penonton di
gedung bioskop tertawa karena filmnya lucu, dia malah diam dan merasa tidak
diperhatinkan.
5. Penggantian,
Mekanisme
ini berjalan dengan cara mengalihkan arah dorongan ke target pengganti.Jika
anda mersa nyaman dengan dorongan,hasrat,dan nafsuyang anda rasakan,tapi orang
lain yang akan dijadikan sasaran semua perasaan itu malah merasa terancam, maka
anda dapat mengganti dia dengan orang lain atau benda lain yang dijadikan
target simbolik.
Orang yang
membenci ibunya mungkin akan menekan perasaan itu, tapi juga mengarahkannya
pada yang lain, misalnya wanita secara umum.Orang yang tidak punya kesempatan
mencintai orang lain mungkin akan menggantinya dengan anjing atau kucing
kesayangannya.Orang yang tidak merasa nyaman dengan hasrat seksualnya dengan
manusia nyata mungkin akan menukarnya dengan boneka atau benda lain.Orang yang
merasa putus asa anjingnya, mencubit keras-keras anggota keluarga yang lain,
atau bermenung dengan atasannya di tempat kerja , mungkin ketika sampai di
rumah akan menendang di depan perapian.
6. Melawan Diri Sendiri,
Merupakan
bentuk penggantian paling khusus, di mana seseorang menjadikannya dirinya
sendiri sebagai target pengganti.Biasanya diri sendiri dijadikan sebagai target
pengganti untuk pelampiasan rasa benci,marah, dan keberingasan, ketimbang
pelampiasan terhadap dorongan-dorongan positif.Menurut Freud, mekanisme ini
dapat menjelaskan perasaan minder, bersalah, dan depresi yang kita alami.Ide
bahwa depresi sering muncul akibat kemarahan yang di tahan dapat diterima
setiap teoretikus, baik Freudian maupun non-Freudian.
H. Tahap-Tahap
Perkembangan
Dalam teori Freud
menyinggung hasrat seksual, bahwa hasrat seksual merupakan motivasi
paling penting. Menurut freud hasrat seksual adalah motivasi paling dasar bukan
saja bagi orang dewasa, tapi juga bagi anak-anak dan bayi. Saat dia
mempernalkan gagasan tentang seksualitas bayi ke public Wina, public menanggapi
lebih sebagai seksualitas orang dewasa. Freud mencatat bahwa usia-usia
tertentu, bagian-bagian kulit kita dapat menimbulkan kenikmatan yang lebih
besar disbanding bagian kulit yang lain. misal: seorang bayi mendapat
kenikmatan tertinggi ketika menghisap, khususnya ketika menyusu pada ibunya. Di
usia 3 atau 4 tahun, dia akan menemukan kenikmatan ketika menyentuh alat
kelaminnya. Barulah kemudian di saat perkembangan seksual sudah mencapai
kematangan, kita menemukan kenikmatan paling tinggi di dalam hubungan seksual. Berdasarkan
pengamatan inilah Freud membuat teori perkembangan psikoseksual. Tahap
perkembangan Psikoseksual itu adalah:
1. Tahap Oral
Berlangsung
dari Usia 0 samapai 18 bulan. Titik kenikmatan terletak pada mulut, di mana
aktivitas paling utama adalah menghisap dan mengiggit.
2. Tahap Anal
Yaitu tahap
yang berlangsung dari usia 3-4 tahun. Titik kenikmatan terletak pada
anus. Memegang dan melepaskan sesuatu adalah aktivitas yang paling diknikmati.
3. Tahap Phallic
Berlangsung antara
usia 3-5 tahun, 6 atau 7 tahun. Titik kenikmatan di tahap ini adalah alat
kelamin, sementara aktivitas paling nikmatnya adalah masturbasi.
4. Tahap laten
Berlangsung
dari usia 5,6 atau 7 sampai usia pubertas ( sekitar usia 12 tahun. Dalam tahap
ini, freud yakin bahwa rangsangan-rangsangan seksual ditekan sedemikian rupa
demi proses belajar. Pada zaman Freud adalah zaman yang meresapi wacana
seksualitas anak-anak lebih lambat dari perkembangan yang dialami anak zaman
sekarang.
5. Tahap Genital
Dimulai pada
saat usia pubertas, ketika dorongan seksual sangat jelas terlihat pada diri
remaja, khususnya yang tertuju pada kenikmatan hubungan seksual. Mastrubasi,
seks oral, homoseksual dan kecendrungan-kecrendungan seksual lain yang dianggap
“biasa” saat ini, tidak dianggap Freud sebagai seksualitas yang normal.
Tahap-tahap perkembangan seksual:
1. Krisis Oedipal
Setiap tahap perkembangan
di atas memiiki kesulitannya masing- masing yang kemudian menimbulkan masalah
seksualitas. Dalam tahap oral, yang jadi persolan adalah penyapihan
(penghentian pemberian ASI), sedangkan di tahap anal adalah pelajaran buang air
di toilet. Di tahap phallic yang jadi masalah
adalah Krisis Oedipal.
Cara kerja krisis Oedipal
adalah sebagai berikut: objek cinta kita yang pertama adalah ibu kita. Kita
butuh perhatian, kasih sayang, dan belainnya. Namun, kita menginginkan itu
semua dalam pengertian seksual secara luas. Seorang bocah laki-laki
punya saingan dalam mendapatkan keinginannya ini, yaitu ayahnya sendiri. Dia
juga akan mengidentifikasi diri dengan penaklukannya, agar bisa menjadi seorang
laki-laki jantan. Setelah beberapa tahun berjalan, tahap laten ini jadi matang
dan dia masuk ke usia remaja, ke dunia heterokseksual orang dewasa.
Anak
perempuam memulai hidupnya dengan cinta terhadap ibu. Di sini yang akan lihat
adalah bagaimana proses peralihan cinta dan kasih sayangnya dari ibu ke ayah
sebelum krisis oedipal. Proses ini dinamakan Kecemburuaan terhadap penis (penis
envy). Maka dari itu bocah perempuan mengalihkan perhatiannya dari ayahnya
dengan mengagumi bocah laki-laki atau pria dewasa.
2. Karakter
Pengalaman yang anda
peroleh dimasa -masa pertumbuhan sangat mempengaruhi kepribadian dan karakter
anda setelah dewasa. Menurut freud, pengalaman-pengalaman traumatis adalah yang
paling berpengaruh. Setiap trauma pasti memiliki dampak yang unik pada diri
seseorang., yang hanya bisa dipahami berdasarkan latar belakang individual.
Namun trauma yang menyangkut tahap-tahap perkembangan memiliki dampak
yang hamper sama pada setiap orang, sebab setiap saat kita pasti melewati
tahap-tahap ini.
Fiksasi
adalah di mana kendala yang ditemukan pada suatu tahap tetap bertahan dan
memepengaruhi kepribadian atau karakter anda di tahap-tahap berikutnya. Kalau usia
8 bulan pertama anda mendapat hambatan dalam mendapatkan keinginan, dalam hal
ini menyusu mungkin karena ibu anda sakit atau tidak bisa menjaga anda setiap
saat, atau menyapih terlalu cepat, maka kepribadian anda akan berkembang
menjadi karakter oral-pasif. Karakter orang ini cenderung
bergantung kepada orang lain. Mereka cenderung menginginkan hal-hal yang
berhubungan dengan mulut, seperti makan, minum, merokok, dan sebagainya.
Pada saat usia 5 sampaikan 8 bulan, pekerjaan yang
paling menyenagkan pada usia ini adalah menggigit sesuatu. Kalau tahap ini
mengalami kendala dan sampai pada saat disapih, kepribadian yang akan dibentuk
adalah kepribadian oral-agresif. Kepribadian orang ini memiliki hasrat
utuk selalu menggit, seperti pensil, gagang kaca mata , permen karet, atau
orang lain. Mereka cenderung agresif, argumentative, sarkatis, dan sebagainya.
Sebagian
orang tua tidak terlalu ngotot mengajari anak-anak buang air sendiri ke toilet.
Mereka akan gembira sekali kalau anak berhasil melakukannya. Di usia ini, anak
adalah raja di rumah dan dia mengetahuinya. Kepribadian anak akan berkembang
menjadi kepribadian anal-agresif. Orang dengan kepribadian ini cenderung tidak
rapi,sembarangan dan ceroboh. Bahkan ada yang sampai pada tahap kejam dan
destruktif. Orang tua dengan sikap keras ini mungkin akan menggunakan hukuman
atau cemooh. Anak yang dididik dengan cara ini akan tumbuh dengan kepribadian
anal-retentif. Dia cenderung menjadi orang gila akan kebersihan, perfeksionis,
keras kepala dan agak dictator. Dengan kata lain, kepribadian anal-retentif
sangat kaku dalam segala hal.
Masih
ada lagi kepribadian phallic yang tidak memiliki nama khusus. Kalau seseorang
anak laki-laki merasa tidak diacuhkan ibunya dan terancam dengan kemaskulinan
ayahnya, dia tidak akan memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuannya
sendiri, terutama dalam persoalan seksualitas. Dia mungkin akan merasa teranam
dan tersiksa ketika berinteraksi dengan lawan jenisnya, beralih jadi kutu buku,
tidak menyenangi hal-hal yang bersifat laki-laki yang bersifat laki-laki dan
lebih suka hidup seperti wanita (banci). Betu pula dengan sebaliknya seorang
anak perempuan yang tidak diacuhkan ayahnya dan merasa teracam oleh kefemininan
ibunya, juga tidak akan peka terhadap potensi dirinya sediri, sehingga
kepribadiannya berkembang menjadi kelaikan-lakian (tomboy).
3. Terapi
Terapi
Freud lebih berpengaruh bila dibandingkan dengan terapi-terapi teoritikus
lainnya dan jika dibandingkan dengan aspek lain dari teori-teorinya sendiri.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan ketika sedang menjalani terapi adalah sebagai berikut:
a. Suasana Rileks
Klien
yang sedang menjalani terapi harus merasa bebas dan santai untuk mengungkapkan
masalahnya. Situasi terapi sebenarnya adalah situasi sosial yang unik, suasana
dimana kita tidak perlu merasa takut dan kuatir tentang penilaian sosial
terhadap masalah kita. Dalam terapi Freudian, seorang terapis secara praktis
jadi hilang. Untuk menciptakan suasana santai ini bisa dilakukan dengan
mengatur tata ruang, warna dinding, pencahayaan, dan sebagainya yang
mencerminkan suasana santai.
b. Pembebasan Asosiasi
Klien dibebaskan untuk
bicara apa saja. Berdasarkan teori, dengan adanya kesantaian, konflik-konflik
alam bawah sadar akan muncul ke permukaan. Dalam terapi Freud ini ada kesamaan
dengan tafsir mimpi. Perbedaannya adalah dalam terapi ada ada terapis yang
berusaha memahami tanda-tanda yang menjadi masalah dan memahami cara
penyelesaiannya, sementara klien biasanya tidak mengerti dengan tanda-tanda
ini.
c. Resistensi
Salah satu tanda tersebut
adalah resistensi. Saat klien mencoba mengubah topik pembicaraan, atau ngantuk,
datang terlambat atau bahkan membatalkan pertemuan, terapis berkata, “aha”.
Resistensi ini menunjukkan bahwa klien sedang merasa terancam.
d. Analisis Mimpi
Ketika tidur, kita tidak
terlalu mengekang alam bawah sadar dan cenderung melepaskannya dalam
bentuk-bentuk simbolik ke alam sadar. Keinginan id inilah
yang akan dijadikan tanda utama oleh terapis. Sebagian besar bentuk terapi
menggunakan mimpi-mimpi yang dialami klien, tapi tafsir mimpi Freudian memiliki
kekhasan tersendiri, yaitu kecenderungan untuk menemukan makna-makna seksual.
e. Parapraksis
Adalah keceplosan
omong yang sering disebut Freudian Slip. Freud juga
memperhatikan lawakan-lawakan yang disampaikan kliennya. Begi Freud segala
kejadian memiliki makna tersendiri. Salah menekan nomor telepon, salah berucap,
salah belok adalha kejadian-kejadian yang serius dikaji oleh Freud.
4. Transferensi, Katarsis, dan
Ingatan
a. Tranferensi terjadi ketika klien
mengarahkan perasaannya pada terapis, padahal perasaan ini seharusnya diarahkan
pada orang selain terapis. Freud menganggap transferensi sangat penting dalam
rangka membawa perasaan-perasaan terepresi yang dialami klien sekian lama ke
permukaan. Kita tidak mungkin merasa marah tanpa ada orang lain yang akan
dimarahi. Dalam terapis freudian, hubungan antara klien dan terapis sangat
erat, berbeda dengan anggapan orang selama ini.
b. Katarsis
Adalah
luapan emosi secara dramatis dan peristiwa traumatik yang tiba-tiba datang
kembali.
c. Ingatan
Adalah
terinagtnya seseorang akan sumber emosinya, akan peristiwa traumatik yang
dialaminya. Sebagian besar terapi selesai ketika tahap katarsis dan ingatan ini
dialami oleh klien. Freud mengatakan bahwa tujuan terapi adalah membuat alam
bawah sadar dapat disadari.
I. Kritik Terhadap Teori Freud
Diantara konsep dalam teori
Freud ada yang kurang diterima oleh khalayak luas yaitu Oedipal Kompleks, Kecenderungan pengebirian
dan kecemburuan terhadap penis.
Memang
ada anak yang lebih dekat dengan orangtua yang berbeda jenis kelamin dengannya,
dan dia akan berkompetisi dengan orangtua yang jenis kelaminnya sama dengannya.
Juga ada anak yang heran kenapa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan,
atau takut penisnya akan dipotong. Begitu pula dengan anak perempuan, memang
ada diantara mereka yang ingin punya penis dan tidak ada pula yang membantah
bahwa diantara anak-anak ini ada yang tetap mempertahankan rasa takt mereka
hingga dewasa.
Hampir seluruh
teoritikus kepribadian menganggap contoh-contoh tadi sebagai pengecualian
ketimbang hukum yang universal. Anak-anak yang merasakan hal-hal di atas umunya
tinggal di lingkungan keluarga yang kurang harmonis, dimana orangtua mereka
saling bertengkar dan mereka dimanfaatkan sebagai senjata atau tameng oleh
orangtua. Mungkin mereka besar di tengah keluarga yang suka menakut-nakuti anak
laki-laki dan mengatakan sksn memotong penisnya.
Kalau konsep krisis
Oedipal, kecemasan pengebirian atau kecemburuan penis diartikan secara
metaforis, mungkin konsep ini akan lebih berguna. Kita mencintai ayah-ibu kita
dan pada saat yang sama juga berkompetensi dengan mereka. Anak-anak mungkin
mempelajari standar perilaku heteroseksual dengan meniru perilaku orangtua
yang berjenis kelamin sama dengannya dan mempraktikkannya kepada
orangtua yang berjenis kelamin sama dengannya dan mempraktikkannya kepada
orangtua yang berjenis kelamin berbeda darinya.
1. Seksualitas
Kritik paling keras terhadap Freud paling banyak
ditujukan pada konsep seksualitasnya. Dalam teori Freud, segala sesuatunya
entah itu baik atau buruk, dikembalikan pada soal ekspresi nafsu seks.
Akibatnya banyak orang bertanya apakah tidak ada kekuatan lain yang bekerja
dalam diri manusia selain dorongan seksual. Menjelang akhir hayatnya, Freud
memang menambahkan konsep insting kematian, tapi ternyata konsep ini tidak
terlalu berpengaruh.
Masalah ini dapat dijelaskan dengan cara melihat sabagian
besar aktivitas kita yang memang dimotivasi oleh seks. Dalam kenyataan
masyarakat modern, banyak sekali iklan-iklan yang menggunakan citra seksual.
Film dan acara televisi tidak akan laku jika tidak dibumbui dengan seks,
industri mode, pakaian, dan setiap hari kita selalu disibukkan dengan
acara”cari pasangan”. Namun begitu, kita tetap saja merasa bahwa hidup tidak
melulu berisi persoalan seks.
Dalam teori Freud terlalu menitikbertatkan pada
seksualitas yang tidak didasarkan pada fenomena seksualitas yang kasat mata
dalam masyarakatnya. Teorinya didasarkan pada intensnya usaha mengingkari
seksualitas itu sendiri, khususnya di kalangan wanita kelas atas dan menengah.
Yang sering kita lupakan adalah perubahan dunia yang terjadi semenjak dua abad
ini.
Freud berjasa karena dia mampu melampaui sikap budaya
seksual zamannya. Bahkan gurunya, Breur dan charcot, tidak mampu menyadari
persoalan seksual yang sedang dihadapi klien mereka. Kesalahan Freud terjadi
karena dia membuat generalisasi yang terlalu dan tidak sempat memperhitungkan
soal perubahan budaya. Ironisnya, sebagian besar perubahan budaya seksual,
bertitik tolak dari karya-karya freud sendiri.
2. Alam
Bawah Sadar
Salah satu konsep Freud
yang juga sering dikritik adalah alam bawah sadar. Kita tidak akan mempermasalahkan
bahwa alam bawah sadar memang dapat menjelaskan sebagian perilaku kita, namun
soalnya adalah seperti apakah dan seberapa luaskah alam bawah sadar ini.
Kalangan
behavioris, humanis dan eksistensialis percaya bahwa:
a. Dorongan-dorongan
dan persoalan-persoalan yang dikaitkan dengan alam bawah sadar ternyata lebih
sedikit dari perkiraan Freud
b. Bahwa
alam bawah sadar ternyata tidak serumit dan sekompleks yang dibayangkan Freud.
Sebagian psikolog masa kini
mengartikan alam sadar dengan apa pun yang tidak perlu atau tidak ingin kita
lihat.
Bahkan ada pula teoritikus
yang tidak memakai konsep alam bawah sadar sama sekali.
Namun
ada satu orang teoritikus, carl Jung yang begitu memanfaatkan alam bawah sadar
dalam teorinya, sehingga jasa Freud terlihat sangat besar dalam pemikirannya.
J. Aspek-aspek
positif
Orang
memang cenderung terburu-buru. Jika mereka tidak sepakat dengan gagasan a,b,
dan c, mereka dengan segera menyimpulkan bahwa x,y, dan z juga salah. Dalam
kasus Freud, kita harus mengakui bahwa dia tetap memiliki gagasan-gagasan yang
patut diterima, sehingga dapat digabungkan dengan teori lain.
1. Yang pertama, Freud telah menyadarkan kta
tentang dua dorongan dan bagaimana kuatnya pengaruh itu pada kita. Kalau selama
ini orang yakin manusia adalah makhluk rasional, ia menunjukkan pada ktita
betapa banyak perilaku kita yang didasarkan pada aspek biologis kita. Kalau
orang menganggap setiap individu bertanggung jawab atas tindakannya, Freud
menunjukkan betapa besar pengaruh masyarakat terhadap diri seseorang. Kalau
orang menganggap peran pria dan wanita telah digariskan oleh alam atau Tuhan,
dia menujukkan betapa besar pengaruh keluarga dalam pembentukkan jati diri
seseorang sebagai pria atau wanita. Id, dan Super ego merupakan perwujudan
psikis kebutuhan biologis dan masyarakat akan selalu terdapat di dalam diri
kita.
2. Yang kedua, teori dasar Freud, yang kembali pada
Breur yaitu adanya gejala neurotik tertentu yang disebabkan oleh trauma-trauma
psikologis. Walaupun sebagian teoritikus tidak lagi percaya bahwa setiap
neurosis dapat dijelaskan dengan cara ini, atau yang mengatakan bahwa kenangan
terhadap trauma itulah yang seharusnya diperbaiki, namun tetap saja menjadi
pemahaman umum bahwa masa kecil yang penuh penderitaan, penganiayaan, dan
pelecehan menjadi penyebab ketidakstabilan jiwa di kala dewasa.
3. Yang ketiga adalah ide tentang pertahanan
ego. Walaupun kita tidak sepakat dengan ide alam bawah sadar dari Freud, kita
harus menerima kenyataan bahwa manusia memang punya cara sendiri dalam
memanipulasi kanyataan dan ingatannya tentang kenyataan itu agar sesuai dengan
keinginannya, ketika keinginan itu terasa begitu kuat. Untuk itulah kita perlu
mengenali mekanisme pertahanan ini agar kita dapat membantu diri kita dan orang
lain keluar dari masalah.
4. Yang terakhir adalah pola terapi yang
dicetuskan Freud. Dengan pengecualian beberapa bentuk terapi behavioris, banyak
terapi masih berbicara tentang “pengobatan”, yang melibatkan kenyamanan fisik
dan sosial. Kenyataan membuktikan bahwa semakin dekat hubungan antara klien
dengan terapis dalam proses terapi semakin besar pula kemungkinan klien jadi
sembuh.
Sebagian besar ide Freud
terkait erat dengan kebudayaan dan era di mana ia hidup. Diantara ide-idenya
ada yang tidak dapat dibuktikan, ada juga ide yang berdasarkan kepriadian dan
pengalaman Freud sendiri. Namun bagaimanapun juga Freud adalah
peneliti kondisi kejiwaan manusia yang sangat briliiant, sehingga tidak heran
sampai saat ini dan nanti, pemikirannya tetap akan mengisi buku-buku teori
kepribadian. Walaupun banyak teoritikus baru yang menemukan ide-ide baru, namun
mereka tetap membandingkan dengan teori Freud.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sigmund Freud yang terkenal
dengan Teori Psikoanalisis dilahirkan di Morovia, pada tanggal 6 Mei 1856 dan
meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Sebagian besar hidup
Freud diabdikan untuk memformulasikan dan mengembangkan tentang teori
psikoanalisisnya.
2. Psikoanalisis ditemukan di
Wina, Austria, oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis merupakan salah satu aliran di
dalam disiplin ilmu psikologi yang memilik beberapa definisi dan sebutan,
Adakalanya psikoanalisis didefinisikan sebagai metode penelitian, sebagai
teknik penyembuhan dan juga sebagai pengetahuan psikologi.
3. Sigmund Freud
mengidentifikasi tiga tingkatan dalam kehidupan mental yaitu:
a. Alam Tidak Sadar,
b. Alam Bawah Sadar,
c. Alam Sadar.
4. Sigmund
Freud membagi Wilayah Pikiran menjadi tiga bagian
a. Id tidak disadari, kacau, tidak
berhubungan dengan realitas, dan mengikuti prinsip kepuasan.
b. Ego adalah bagian eksekutif dari
kepribadian, berhubungan dengan dunia nyata, dan mengikuti prinsip
realitas.
c. Superego mengikuti prinsip
moral dan idealistis yang mulai terbentuk setelah
masalah Oedipus complex(hasrat seksual pada ibu/kebencian pada
ayah) terselesaikan.
5. Freud mengusulkan
sebuah dinamika kepribadian atau prinsip motivasional untuk
menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia.
Dorongan-dorongan itu antara lain:
a. Seks,
b. Insting Kehidupan Dan Insting Kematian
c. Kecemasan
6. Cara-Cara
Bertahan menurut sigmund Freud
Ego berusaha sekuat mugkin menjaga kestabilan
hubungannya dengan realitas, id dan superego. Namun ketika kecemasan begitu
menguasai, ego harus berusaha mempertahankan diri. Secara tidak sadar, dia akan
bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan-dorongan menjadi wujud yang
lebih diterima dan tidak telalu mengancam. Cara ini disebut mekanisme
pertahanan ego.
Selain
penekanan/ represi, menurut Freud, mekanisme pertahanan ego yaitu :
1.
Proyeksi, yaitu proses pertahanan ego dengan
mengganti objek dengan objek lain yang kurang berbahaya dengan tujuan
mengurangi tekanan.
2.
Pembentukan Reaksi, yaitu penggantian impuls/ perasaan yang
menimbulkan kecemasan dengan lawannya didalam kesadaran.
3.
Fiksasi, yaitu keadaan menggantungkan kondisi untuk
mengurangi ketegangan.
4.
Regresi, yaitu keadaan dimana seseorang mengalami
penurunan fase perkembangan.
7. Bentuk-
Bentuk Pertahanan yang dikemukakan oleh Sigmund Freud antara lain:
a. Penolakan.
b. Represi,
c. Asketisisme
d. Isolasi
e. Penggantian,
f. Melawan Diri
Sendiri
8. Tahap
perkembangan Psikoseksual menurut Freud adalah:
a. Tahap
Oral
b. Tahap
Anal
c. Tahap
Phallic
d. Tahap
laten
e. Tahap
Genital
9. Tahap-tahap
perkembangan seksual:
a. Krisis
Oedipal
b. Karakter
c. Terapi
d. Transferensi,
Katarsis, dan Ingatan
B. Saran
Dalam makalah ini, kami menyadari masih
terdapat kelemahan-kelemahan. Untuk itu, kami sangat mengharapkan saran dan
masukan dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari. Atas
saran dan masukannya, kami selaku penulis makalah mengucapkan terima kasih.
Comments
Post a Comment