MAKALAH KERAJAAN ISLAM DI PAPUA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Kerajaan islam yang ada di papua”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru ejarah kami yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG PERMASALAHAN
Islam
hadir di Benua Asia tepatnya dibagian Asia Tenggara melalui tiga cara yaitu :
1. Melalui dakwah oleh para
pedagang Muslim dalam alur perdagangan yang damai
2. Melalui dakwah para
dai dan orang-orang suci yang datang dari India atau Arab yang sengaja ingin
mengislamkan orang-orang kafir
3. Melalui kekuasan atau
peperangan dengan negara-negara penyembah berhala.
Kedatangan
Islam di tanah Papua, sesungguhnya sudah sangat lama. Islam datang ke sana
melalui jalur-jalur perdagangan sebagaimana di kawasan lain di nusantara.
Masa
antara abad XIV-XV memiliki arti penting dalam sejarah kebudayaan Nusantara, di
mana pada saat itu ditandai hegemoni Majapahit sebagai Kerajaan Hindu-Budha
mulai pudar. Se-zaman dengan itu, muncul jaman baru yang ditandai penyebaran
Islam melalui jalar perdagangan Nusantara.
Melalui
jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat
Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas di kota-kota pelabuhan.
Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di
tempat-tempat baru.
Islam
ke Papua, tidak bisa dilepaskan dengan jalur dan hubungan daerah ini dengan
daerah lain di Indonesia. Selain faktor pengaruh kekuasaan Kerajaan Majapahit,
masuknya Islam ke kawasan ini adalah lewat Maluku, di mana pada masa itu
terdapat kerajaan Islam berpengaruh di kawasan Indonesia Timur, yakni kerajaan
Bacan.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
latar belakang lahirnya setiap kerajaan Islam di Papua ?
2. Bagaimana
proses masuknya Islam pada kerajaan-kerajaan Islam di Papua ?
3. Bagaimana
pengaruh Islam pada kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Papua ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Kerajaan
Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati dan Kerajaan Sailolof.
Pembahasan mengenai 4 (Empat) kerjaan Islam di Papua
tersebut karena sumber-sumber yang kami baca dan pelajari bahwa keempat
kerajaan Islam tersebut merupakan adalah :
1. Merupakan wilayah
kekuasaan kerjaan-kerajaan Islam dari Maluku
2. Merupakan
kerajaan-kerajaan yang memperoleh pengaruh dari kerajaan-kerajaan yang berada
di Maluku.
Penjelasan
tentang keempat kerajaan tersebut kami temui secara kolektif tanpa
terpisah-pisah atau dibahas satu-persatu, baik latar belakang lahirnya setiap
kerajaan tersebut maupun proses keislamannya.
1. Latar Belakang
Lahirnya Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati dan Kerajaan
Sailolof.
Sejak
abad ke-16, selain di Kepulauan Raja Ampat yang termasuk wilayah kekuasaan
Sultan Bacan dan
Sultan Ternate,
kawasan lain di Papua yaitu daerah pesisir Papua dari pulau Biak (serta daerah
sebaran orang Biak) sampai Mimika merupakan bagian dari wilayah mandala
Kesultanan Tidore, sebuah kerajaan besar yang berdekatan dengan wilayah Papua.
Tidore menganut adat Uli-Siwa (Persekutuan Sembilan), sehingga
propinsi-propinsi Tidore seperti Biak, Fakfak dan sebagainya juga dibagi dalam
sembilan distrik (pertuanan).
Berdasarkan
sejarah, di Kepulauan Raja Ampat terdapat empat kerajaan tradisional,
masing-masing adalah kerajaan Waigeo, dengan pusat kekuasaannya di Wewayai,
pulau Waigeo; kerajaan Salawati, dengan pusat kekuasaan di Samate, pulau
Salawati Utara; kerajaan Sailolof dengan pusat kekuasaan di Sailolof, pulau
Salawati Selatan, dan kerajaan Misool, dengan pusat kekuasaan di Lilinta, pulau
Misol. Penguasa Kerajaan Lilinta/Misol (sejak abad ke-16 bawahan kerajaan
Bacan).
2. Proses Masuknya Islam
di Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati dan Kerajaan Sailolof.
Islamisasi di Papua, khususnya di Fakfak dikembangkan oleh
pedagang-pedagang Bugis melalui Banda dan Seram Timur oleh seorang pedagang
dari Arab bernama Haweten Attamimi yang telah lama menetap di Ambon. Proses
pengislamannya dilakukan dengan cara khitanan. Di bawah ancaman penduduk
setempat jika orang yang disunat mati, kedua mubaligh akan dibunuh, namun
akhirnya mereka berhasil dalam khitanan tersebut kemudian penduduk setempat
berduyun-duyun masuk agama Islam.
Islam di Papua berasal dari Bacan. Pada
masa pemerintahan Sultan Mohammad al-Bakir, Kesultanan Bacan mencanangkan syiar
Islam ke seluruh penjuru negeri, seperti Sulawesi, Fiilipina, Kalimantan, Nusa
Tenggara, Jawa dan Papua. Menurut Thomas Arnold, Raja Bacan yang pertama kali masuk
Islam adalah Zainal Abidin yang memerintah tahun 1521.
Pada masa ini Bacan telah menguasai suku-suku di Papua serta pulaupulau
di sebelah barat lautnya, seperti Waigeo, Misool, Waigama, dan Salawati. Sultan
Bacan kemudian meluaskan kekuasaannya hingga ke semenanjung Onin Fakfak, di
barat laut Papua tahun 1606. Melalui pengaruhnya dan para pedagang muslim, para
pemuka masyarakat di pulau-pulau kecil itu lalu memeluk agama Islam. Meskipun
pesisir menganut agama Islam, sebagian besar penduduk asli di pedalaman masih
tetap menganut animisme.
Secara
geografis tanah Papua memiliki kedekatan relasi etnik dan kebudayaan dengan
Maluku. Dalam hal ini Fakfak memiliki kedekatan dengan Maluku Tengah, Tenggara
dan Selatan, sedangkan dengan Raja Ampat memiliki kedekatan dengan Maluku
Utara. Oleh karena itu, dalam membahas sejarah masuknya Islam ke Fakfak kedua
alur komunikasi dan relasi ini perlu ditelusuri mengingat warga masyarakat baik
di Semenanjung Onim Fakfak maupun Raja Ampat di Sorong, keduanya telah lama
menjadi wilayah ajang perebutan pengaruh kekuasaan antara dua buah kesultanan
atau kerajaan besar di Maluku Utara (Kesultanan Ternate dan Tidore). Nampaknya
historiografi Papua memperlihatkan bahwa yang terakhir inilah (Kesultanan
Tidore) yang lebih besar dominasinya di pesisir pantai kepulauan Raja Ampat dan
Semenajung Onim Fakfak.
Di
Kepulauan Raja Empat sendiri terdapat beberapa Distrik Kerajaan-Kerajaan Islam
yaitu :
a. Kerajaan Namatota
Dari
silsilah Raja Namatota diketahui bahwa Raja Namatota pertama yakni Ulan Tua,
telah memeluk Islam hingga sekarang diketahui merupakan generasi kelima.
Lamarora merupakan raja kedua kerajaan Namatota diperkirakan hidup pada tahun
1778-1884. Raja Lamarora selanjutnya datang ke daerah Kokas dan disana beliau
telah menyebarkan agama Islam dan kawin dengan perempuan bernama Kofiah Batta,
selanjutnya pasangan ini merupakan cikal-bakal Raja-raja Wertuar. Salah seorang
Raja Wertual (Kokas) bernama M. Rumandeng al-Amin Umar Sekar 1934, dengan gigih
pernah menentang pemerintah Belanda dengan tidak mau menyetor uang tambang
minyak kepada mereka. Akibatnya dia dipenjara di Hollandia (Jayapura) sebelum
kemudian dibebaskan.
b. Kerajaan Komisi
Seorang
Putera Mahkota Raja Komisi bernama Hakim Achmad Aituararauw .menyebutkan bahwa
kerajaan Islam pertama didirikan di Pulau Adi pada tahun 1626 dengan nama Eraam
Moon, yang diambil dari bahasa Adi Jaya yang artinya “Tanah Haram”. Raja
pertamanya bernama Woran. Namun jauh sebelumnya pada abad ke XV (1460-1541) penguasa
pertama di pulau Adi, Ade Aria Way, telah menerima Islam yang dibawa oleh
Syarif Muaz yang mendapat gelar Syekh Jubah Biru, yang menyebarkan Islam di
utara dan kawasan itu. Namun sambutan positif lebih banyak diterima di pulau
Adi dalam hal ini di daerah kekuasaan Ade Aria Way. Setelah masuk Islam Ade
Aria Way berganti nama menjadi Samai. Kemudian Samai mencatat bahwa pada tahun
1760 Ndovin yang merupakan generasi kelima dari Samai mendirikan kerajaan
Kaimana dan bertahta di sana dengan gelar Rat Umis As Tuararauw yang kemudian
dikenal dengan nama Raja Komisi
c. Kerajaan Fatagar
Keterangan
yang diperoleh dari Raja Fatagar, Arpobi Uswanas 1997, menceritakan bahwa
Fatagar I yaitu Tewal, diperkirakan hidup pada tahun 1724-1814. Raja Tewal
bertahta di daerah Tubir Seram, yang hijrah dari Rumbati (daerah Was). Pada
saat kerajaan Fatagar masih di Rumbati, disana Islam sudah ada dan berkembang
dengan ditemukannya puing-puing bekas reruntuhan masjid. Itu berarti Islam
sudah masuk di daerah Rumbati sebelum tahun 1724. Sementara itu, berdasarkan
keterangan Raja Rumbati ke 16, H. Ibrahim Bauw 1986, bahwa Islam masuk di Was
pada tahun 1506 melalui perang besar antara Armada Kesultanan Tidore yang
dipimpin Arfan dengan Kerajaan Rumbati.
d. Kerajaan Ati-Ati
Di
Kabupaten Fakfak pada masa awal masuknya agama Islam ada empat raja yang
berkuasa diantaranya Raja Ati-ati, Ugar, Kapiar dan Namatota (sekarang masuk
dalam wilayah kabupaten Kaimana). Masing-masing raja tersebut mendirikan mesjid
dan mesjid tersebut yang digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan agama
Islam. Akan tetapi mesjid yang didirikan oleh raja Ati-ati pada saat itu pada
umumnya terbuat dari kayu sehingga tidak bisa lagi ditemukan wujud maupun
sisa-sisanya. Satu-satunya mesjid yang ditunjukkan oleh keturunan Raja Ati-ati
adalah mesjid Werpigan yang dibangun pada tahun 1931 oleh Raja ke-9.
e. Kerajaan Rumbati
Salah
satu raja mantan raja dari kerajaan Rumbati adalah Patipi. Beliau sudah
memerintah sejak lama. Beliau dikenal karena keinginannya memperkenalkan dan
membawa Islam kepada orang-orang disekitarnya. Keberadaan dinasti raja ini
adalah dinasti kedua yang mana pernah memerintah di Patipi
f. Kerajaan Pattipi
Masuknya
Islam di Papua, khususnya di Teluk Patipi, memiliki keterkaitan dengan masuknya
agama Islam di Papua. Masuknya Islam di tanah Papua terdiri dari tujuh versi,
yaitu versi orang Papua, Aceh, Arab, Jawa, Banda, Bacan, serta versi Tidore dan
Ternate. Masing masing dengan argumentasinya yang berbeda-beda. Menurut orang
asli Papua Fakfak, yang masih kuat dengan adat dan legendanya, Islam bukan
dibawa dan disebarkan oleh Kerajaan Tidore, Arab, Jawa, atau Sulawesi. Akan
tetapi, Islam sudah berada di Pulau Papua sejak pulau ini diciptakan oleh
Tuhan.
g. Kerajaan Sekar
Informasi
atau tentang situs-situs khusus Kerajaan Sekar sulit diperoleh, namun dapat
diyakini bahwa Kerajaan Sekar merupakan salah satu kerajaan dari 9 kerajaan
Islam yang berada di Kepulauan Raja Empat.
h. KerajaanWertuar
Raja
Wetuar ke X yakni Musa Haremba, bahwa Raja pertama Wertuar adalah Vijao.
Penduduk meyakini bahwa asal muasal Raja Vijao ini dari cahaya, sedang Raja
kedua bernama Ukir. Selanjutnya Raja ketiga bernama Winey yang beristrikan Boko
Kopao dari Namatoria. Dari susunan Raja-raja Wertuar, yang dilantik Sultan
Tidore adalah Raja ketujuh yakni Lakate pada tahun 1886. Namun pendapat lain
mengatakan bahwa yang dilantik adalah Raja Wertuar keenam, yakni Sanempe.
Hubungan Lakate dengan Sanempe adalah hubungan saudara dan bukan hubungan bapak
anak, yang berarti mereka hidup dalam satu zaman. • Terlepas dari siapa yang
dilantik dari kedua raja tersebut, kedua sumber tadi menjelaskan bahwa Raja
Wertuar tersebut dilantik oleh Sultan Tidore yang bernama Muhammamd taher
Alting pada tahun 1886 di Karek, Sekar Lama. Turut hadir dalam peristiwa
pelantikan adalah Raja Rumbati, Abdul Jalil, dan Raja Misool Abdul Majid.
i. Kerajaan Arguni.
Di
Semenanjung Onin terdapat tiga kerajaan tradisional, yaitu kerajaan Rumbati, kerajaan Fatagar,
dan kerajaan Atiati.
Di samping tiga kerajaan tersebut di atas ada pula beberapa kerajaan
lain yaitu kerajaan-kerajaan yang pada mulanya berada di bawah kekuasaan
kerajaan Rumbati, tetapi kemudian berhasil memperoleh pengakuan sebagai
kerajaan tersendiri terutama pada masa awai pax neerlandica (1898).
1. Kerajaan Patipi,
2. Kerajaan Sekar,
3. Kerajaan Wertuar dan
4. Kerajaan Arguni.
Seperti halnya Kerajaan Sekar, informasi ataupun data lengkap
dari kerajaan ini sulit ditemukan.
3. Pengaruh
Islam pada Masa Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati dan
Kerajaan Sailolof.
Pengaruh
Agama Islam Dalam Kehidupan Potret suasana keagamaan di daerah Papua sangat
unik, karena di satu sisi agama Islam telah merupakan ”agama resmi” bagi
kerajaan-kerajaan di kepulauan Raja Ampat, Semenanjung Onin dan di daerah
Kowiai (Kaimana). Hal ini ditandai dengan raja dan keluarganya telah memeluk
agama Islam, serta adanya institusi resmi yang berkaitan pengaturan kehidupan
masyarakat. Pengaruh raja umumnya sangat besar dalam membantu tersebarnya Islam
di daerah ini. Akan tetapi di sisi lain tampak pengamalan ajaran Islam sebagian
penduduk Papua masih kurang mendalam sehingga terjadi keadaan yang
kontradiktif. Diterimanya Islam sebagai agama dan jalan hidup masyarakat Papua,
maka pranata-pranata kehidupan sosial budaya memperoleh warna baru. Keadaan ini
terjadi karena penerimaan mereka kepada Islam sebagai agama, tidak terlalu
banyak mengubah nilai-nilai, kaidah-kaidah kemasyarakatan dan kebudayaan yang
telah ada sebelumnya. Apa yang dibawa oleh Islam pada mulanya datangnya,
hanyalah urusan-uruasan ‘ubudiyah (ibadat) dan tidak mengubah lembaga-lembaga
dalam kehidupan masyarakat yang ada. Islam mengisi sesuatu dari aspek kultural
mereka, karena sasaran utama dari pada penyebaran awal Islam hanya tertuju
kepada soal iman dan kebenaran tauhid.
B. TEORI
MASUKNYA ISLAM DI PAPUA
1. Teori Papua
Teori
ini merupakan pandangan adat dan legenda yang melekat di sebagaian rakyat asli
Papua, khususnya yang berdiam di wilayah Fakfak, Kaimana, Manokwari dan Raja
Ampat (Sorong). Teori ini memandang Islam bukanlah berasal dari luar Papua dan
bukan di bawa dan disebarkan oleh Kerajaan Ternate dan Tidore atau pedagang
Muslim dan da’I dari Arab, Sumatera, Jawa, maupun Sulawesi. Namun Islam berasal
dari Papua itu sendiri sejak pulau Papua diciptakan oleh Allah Swt. mereka juga
mengatakan bahwa agama Islam telah terdapat di Papua bersamaan dengan adanya
pulau Papua sendiri, dan mereka meyakini kisah bahwa dahulu tempat turunya Nabi
Adam dan Hawa berada di daratan Papua.
2. Teori Aceh
Studi
sejarah masukanya Islam di Fakfak yang dibentuk oleh pemerintah kabupaten
Fakfak pada tahun 2006, menyimpulkan bahwa Islam datang pada tanggal 8 Agustus
1360 M, yang ditandai dengan hadirnya mubaligh Abdul Ghafar asal Aceh di
Fatagar Lama, kampong Rumbati Fakfak. Penetapan tanggal awal masuknya Islam
tersebut berdasarkan tradisi lisan yang disampaikan oleh putra bungsu Raja
Rumbati XVI (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati XVII (H. Ismail Samali Bauw),
mubaligh Abdul Ghafar berdakwah selama 14 tahun (1360-1374 M) di Rumbati dan
sekitarnya, kemudian ia wafat dan di makamkan di belakang masjid kampong
Rumbati pada tahun 1374 M.
3. Teori Arab
Menurut
sejarah lisan Fakfak, bahwa agama Islam mulai diperkenalkan di tanah Papua,
yaitu pertamakali di Wilayah jazirah onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi
bernama Syarif Muaz al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab,
yang di perkirakan terjadi pada abad pertengahan abad XVI, sesuai bukti adanya
Masjid Tunasgain yang berumur sekitat 400 tahun atau di bangun sekitar tahun
1587. Selain dari sejarah lisan tadi, dilihat dalam catatan hasil Rumusan Seminar
Sejarah Masuknya Islam dan Perkembanganya di Papua, yang dilaksanakan di Fakfak
tanggal 23 Juni 1997, dirumuskan bahwa :
a. Islam dibawa
oleh sultan abdul qadir pada sekitar tahun 1500-an (abad XVI), dan diterima
oleh masyarakat di pesisir pantai selatan Papua (Fakfak, Sorong dan sekitarnya)
b. Agama Islam
datang ke Papua dibawa oleh orang Arab (Mekkah).
4. Teori Jawa
Berdasarkan
catatan keluarga Abdullah Arfan pada tanggal 15 Juni 1946, menceritakan bahwa
orang Papua yang pertama masuk Islam adalah Kalawen yang kemudian menikah
dengan siti hawa farouk yakni seorang mublighat asal Cirebon. Kalawen setelah
masuk Islam berganti nama menjadi Bayajid, diperkirakan peristiwa tersebut
terjadi pada tahun 1600. Jika dilihat dari silsilah keluarga tersebut, maka
Kalawen merupakan nenek moyang dari keluarga Arfan yang pertama masuk Islam.
5. Teori Banda
Menurut
Halwany Michrob bahwa Islamisasi di Papua, khusunya di Fakfak dikembagkan oleh
pedagang-pedagang Bugis melalui banda yang diteruskan ke fakfak melalui seram
timur oleh seorang pedagang dari Arab bernama haweten attamimi yang telah lama
menetap di ambon. Microb juga mengatakan bahwa cara atau proses Islamisasi yang
pernah dilakuka oleh dua orang mubaligh dari banda yang bernama salahuddin dan
jainun, yaitu proses pengIslamanya dilakukan dengan cara khitanan, tetapi
dibawah ancaman penduduk setempat yaitu jika orang yang disunat mati, kedua
mubaligh tadi akan dibunuh, namun akhirnya mereka berhasil dalam khitanan
tersebut kemudian penduduk setempat berduyun-duyun masuk agama Islam.
6. Teori Bacan
Kesultanan
bacan dimasa sultan mohammad al-bakir lewat piagam kesiratan yang dicanangkan
oleh peletak dasar mamlakatul mulukiyah atau moloku kie raha (empat kerajaan
Maluku: ternate, tidore, bacan, dan jailolo) lewat walinya ja’far as-shadiq
(1250 M), melalui keturunannya keseluruh penjuru negeri menyebarkan syiar Islam
ke Sulawesi, philipina, Kalimantan, nusa tenggara, Jawa dan Papua.
Menurut
Arnold, raja bacan yang pertama masuk Islam bernama zainal abiding yang
memerintah tahun 1521 M, telah menguasai suku-suku di Papua serta pulau-pulau
disebelah barat lautnya, seperti waigeo, misool, waigama dan salawati. Kemudian
sultan bacan meluaskan kekuasaannya sampai ke semenanjung onin fakfak, di barat
laut Papua pada tahun 1606 M, melalui pengaruhnya dan para pedagang muslim maka
para pemuka masyarakat pulau – pulau tadi memeluk agama Islam. Meskipun
masyarakat pedalaman masih tetap menganut animisme, tetapi rakyat pesisir
menganut agama Islam.
Dari
sumber – sumber tertulis maupun lisan serta bukti – bukti peninggalan nama –
nama tempat dan keturunan raja bacan yang menjadi raja – raja Islam di
kepulauan raja ampat. Maka diduga kuat bahwa yang pertama menyebarkan Islam di
Papua adalah kesultanan bacan sekitar pertengahan abad XV. Dan kemudian pada
abad XVI barulah terbentuk kerajaan – kerajaan kecil di kepulauan raja ampat
itu.
7. Teori Maluku Utara
(Ternate-Tidore)
Dalam
sebuah catatan sejarah kesultanan Tidore yang menyebutkan bahwa pada tahun 1443
M Sultan Ibnu Mansur ( Sultan Tidore X atau sultan Papua I ) memimpin ekspedisi
ke daratan tanah besar ( Papua ). Setelah tiba di wilayah pulau Misool, raja
ampat, maka sultan ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawar putra sultan Bacan
dengan gelar Komalo Gurabesi ( Kapita Gurabesi ). Kapita Gurabesi kemudian di
kawinkan dengan putri sultan Ibnu Mansur bernama Boki Tayyibah. Kemudian
berdiri empat kerajaan dikepulauan Raja Ampat tersebut adalah kerajaan
Salawati, kerajaan Misool/kerajaan Sailolof, kerajaan Batanta dan kerajaan
Waigeo. Dari Arab, Aceh, Jawa, Bugis, Makasar, Buton, Banda, Seram, Goram, dan
lain – lain.
Di
peluknya Islam oleh masyarakat Papua terutama didaerah pesisir barat pada abad
pertengahan XV tidak lepas dari pengaruh kerajaan – kerajaan Islam di Maluku (
Bacan, Ternate dan Tidore ) yang semakin kuat dan sekaligus kawasan tersebut
merupakan jalur perdagangan rempah – rempah ( silk road ) di dunia. Sebagaimana
ditulis sumber – sumber barat, Tomé
Pires yang pernah mengunjungi
nusantara antara tahun 1512-1515 M. dan Antonio Pegafetta yang tiba di tidore pada tahun 1521 M. mengatakan
bahwa Islam telah berada di Maluku dan raja yang pertama masuk Islam 50 tahun
yang lalu, berarti antara tahun 1460-1465. Berita tersebut sejalan pula dengan
berita Antonio Galvao yang pernah menjadi kepala orang – orang Portugis di
Ternate (1540-1545 M). mengatakan bahwa Islam telah masuk di daerah Maluku
dimulai 80 atau 90 tahun yang lalu.
Proses
masuknya Islam ke Indonesia tidak dilakukan dengan kekerasan atau kekuatan
militer. Penyebaran Islam tersebut dilakukan secara damai dan berangsur-angsur
melalui beberapa jalur, diantaranya jalur perdagangan, perkawinan, pendirian
lembaga pendidikan pesantren dan lain sebagainya, akan tetapi jalur yang paling
utama dalam proses Islamisasi di nusantara ini melalui jalur perdagangan, dan
pada akhirnya melalui jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian semakin
dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas
hanya di sekitar kota-kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru
yang sangat besar pengaruhnya di tempat-tempat baru itu.
Bukti-bukti
peninggalan sejarah mengenai agama Islam yang ada di pulau Papua ini, sebagai
berikut:
a. Terdapat living
monument yang berupa makanan Islam yang dikenal dimasa lampau yang masih
bertahan sampai hari ini di daerah Papua kuno di desa Saonek, Lapintol, dan Beo
di distrik Waigeo.
b. Tradisi lisan
masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut ke mulut
tentang kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih.
c. Naskah-naskah
dari masa Raja Ampat dan teks kuno lainnya yang berada di beberapa masjid kuno.
d. Di Fakfak, Papua
Barat dapat ditemukan delapan manuskrip kuno brhuruf Arab. Lima manuskrip
berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda-beda, yang terbesar berukuran kurang
lebih 50 x 40 cm, yang berupa mushaf Al Quran yang ditulis dengan tulisan
tangan di atas kulit kayu dan dirangkai menjadi kitab. Sedangkan keempat kitab
lainnya, yang salah satunya bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu
tauhid, dan kumpulan doa. Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1214
dibawa oleh Syekh Iskandarsyah dari kerajaan Samudra Pasai yang datang menyertai ekspedisi kerajaannya ke wilayah
timur. Mereka masuk melalui Mes, ibukota Teluk Patipi saat itu. Sedangkan
ketiga kitab lainnya ditulis di atas daun koba-koba, Pohon khas Papua yang
mulai langka saat ini. Tulisan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung
yang terbuat dari bambu. Sekilas bentuknya mirip dengan manuskrip yang ditulis
di atas daun lontar yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia Timur.
e. Masjid
Patimburak yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik Kokas, Fakfak yang
dibangun oleh Raja Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe.
C. PENINGGALAN
Bukti penyebaran Islam di tanah Papua adalah berdirinya masjid bersejarah. Terdapat tiga masjid bersejarah di sana, di antaranya, disebutkan berikut ini.
Masjid
Tua Patimburak

Saksi bisu penyebaran Islam di Kokas, Fakfak, Papua Barat, adalah masjid tua di Kampung Patimburak. Tepatnya, masjid yang masih berfungsi hingga saat ini dibangun oleh seorang alim bernama Abuhari Kilian pada 1870.
Menurut catatan sejarah, masjid dengan konsep sebuah gereja ini merupakan masjid tertua di Fakfak. Selama keberadaannya, masjid ini pernah beberapa kali direnovasi. Namun, bentuk aslinya tetap dipertahankan, seperti empat pilar penyangga yang terdapat di dalam masjid dan lubang bekas peluru tentara Jepang.
Masjid
Hidayatullah Saonek

Masjid ini terletak di Jl Hi Rafana, memiliki luas tanah 12.588 meter persegi. Luas bangunan mencapai 1.512 meter persegi. Masjid ini dapat menampung 200 jamaah.
Ciri khas masjid ini adalah terdapat empat tiang kuning penyangga di dalam masjid. Masjid ini memiliki satu kubah besar yang didominasi warna putih dan kubah kecil yang berada di sekitarnya berwarna hijau.
Masjid ini dibangun pada 1505. Ketika itu, Islam disebarkan oleh imam besar Habib Rafana yang kini diabadikan sebagai nama jalan menuju masjid tersebut. Makamnya terletak di atas bukit Pulau Saonek, Raja Ampat. Dia dikuburkan bersama istri-istrinya dan kucing peliharaan kesayangannya.
Masjid
Abubakar Sidik

Masjid ini berdiri pada 1524. Memiliki luas tanah 900 meter persegi dan luas bangunan 400 meter persegi. Lebih dari 2.000 jamaah mampu ditampung di masjid ini.
Masjid yang terletak di Kampung Rumbati, Distrik Furwagi, Fakfak, ini masih memiliki model yang sederhana. Warna biru muda dan putih menghiasi bangunan tersebut.
Terdapat dua tingkat dengan beratap seng. Bangunan di tingkat kedua hanya menutupi setengah bangunan. Luasnya lebih kecil daripada bangunan di bawahnya. Masjid ini terletak di pinggir pantai dengan fondasi batu yang tinggi.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengaruh
Islam terhadap penduduk Papua dalam hal kehidupan sosial budaya memperoleh
warna baru, Islam mengisi suatu aspek kultural mereka, karena sasaran pertama
Islam hanya tertuju kepada soal keimanan dan kebenaran tauhid saja, oleh karena
itu pada masa dahulu perkembangan Islam sangatlah lamban selain dikarenakan
pada saat itu tidak ada generasi penerus untuk terus mengeksiskan Islam di pulau
Papua, dan merekapun tidak memiliki wadah yang bisa menampungnya. Selain itu
para raja di Maluku, Fak-fak dan Kaimana masih membatasi peredaran agama Islam
karena jangkauan saat itu masih susah dicapai
B. SARAN
Kami sebagai penyusun sangat yakin, walaupun Islam merupakan
agama minoritas di Papua, namun kehadiran Islam di Papua tetap memiliki
sejarah. Harapan adanya situs yang memuat secara lengkap tentang sejarah
kerajaan-kerajaan Islam di Papua sangat penting khususnya dalam hal mempelajari
sejarah kerajaan Islam di Nusantara.
Comments
Post a Comment