MAKALAH KONFLIK GAM
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Konflik GAM”.
Penulis
tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa
Indonesia kami Bapak Tanjun yang telah membimbing kami dalam menulis makalah
ini.
Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR …………………………………………………………i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..ii
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG …………………………………………………………….1
RUMUSAN
MASALAH ………………………………………………………….1
BAB II
PEMBAHASAN
LATAR
BELAKANG ADANYA PEMBERONTAKAN GAM ……………………2
PENGARUH
YANG DITIMBULKAN …………………………………………….3
UPAYA YANG
DILAKUKAN …………………………………………………3
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN ………………………………………………………………..7
SARAN ………………………………………………………………………7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Gerakan Aceh Merdeka atau sering kali disebut dengan GAM
adalah sebuah organisasi yang dianggap separatis yang
memiliki tujuan supaya Aceh yang merupakan daerah yang sempat berganti nama
menjadi Nanggroe
Aceh Darussalam lepas dari Negara Republik
Indonesia. Tujuan utama GAM adalah ingin NAD berpisah dengan NKRI.
Gerakan ini dipimpin oleh Hasan Di Tiro yang bermukim di Swedia dan
berwarganegaraan Swedia. Di dalam situasi antara GAM dan pemerintah,
masyarakat NAD lah yang menjadi korban karena terjadi konflik antara GAM
dan pemerintah sehingga para anggota GAM sering melakukan penculikan dan
penarikan pajak terhadap para masyarakat NAD bahkan juga sering terjadi perang,
sehingga para masyarakat NAD menjadi resah. Untuk itu para masyarakat NAD
meminta agar pemerintah segera menyelesaikannya.
Dalam menyelesaikan konflik yang terjadi antara pemerintah
pusat melancarkan dua strategi yaitu otonomi khusus ( untuk aspek agama,
ekonomi, dan politik ) bagi masyarakat sipil yang ada di NAD. Selain itu
pemerintah juga mengadakan perundingan yang di kenal dengan sebutan COHA, hasil
dalam perundingan ini pemerintah dan GAM tetap pada pendirian masing-masing.
Pembahasan ini juga tidak terlepas dari ketahanan nasional,
karena hakekat Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan
bangsa yang mengandung kemampuan menggambarkan kekuatan nasional untuk dapat
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasional.
Selain itu merupakan pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan
secara seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan nasional.
Sedangkan konsepsi ketahanan nasional adalah keseimbangan
dan keserasian dalam kehidupan sosial melingkupi seluruh aspek kehidupan secara
utuh menyeluruh berlandaskan falsafah bangsa, ideologi negara, konstistusi dan
wawasan nasional dengan metode astagrata. Konsepsi ketahanan nasional ini
merupakan saran untuk mewujudkan ketahanan nasional. Oleh karena itu, dalam
makalah ini kelompok kami akan mengupas tentang pemberontakan GAM yang telah
terjadi di tanah air tercinta ini dan memberikan gambaran tentang peran serta
ketahanan nasional yang diterapkan oleh Indonesia kala adanya pemberontakan
yang sedemikian itu.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
latar belakang yang menimbulkan pemberontakan GAM ?
2. Bagaimana
pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya pemberontakan GAM terhadap ketahanan
nasional Indonesia ?
3. Upaya
apa yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi pemberontakan GAM ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar belakang adanya
pemberontakan GAM

GAM lahir karena kegagalan gerakan Darul Islam pada masa
sebelumnya. Darul Islam muncul sebagai reaksi atas ketidak berpihakan Jakarta
terhadap gagasan formalisasi Islam di Indonesia. Darul Islam adalah sebuah
gerakan perlawanan dengan ideologi Islam yang terbuka. Bagi Darul Islam, dasar
dari perlawanan adalah Islam, sehingga tidak ada sentimen terhadap
bangsa-bangsa lain, bahkan ideologi Islam adalah sebagai perekat dari perbedaan
yang ada. Gagasan ini juga berkembang dalam gerakan Darul Islam di Aceh.
Akan tetapi, paska berhentinya perlawanan Darul Islam di
Aceh, keinginan Aceh untuk melakukan Islamisasi di Indonesia menjadi lebih
sempit hanya kepada Aceh. Perubahan ini terjadi disebabkan karena kegagalan
Darul Islam diseluruh Indonesia, sehingga memaksa orang Aceh lebih realistis
untuk mewujudkan cita-cita. Yang menjadi menarik adalah GAM yang
melanjutkan tradisi perlawanan Aceh, ternyata tidak melanjutkan ideologi Islam
yang terlebih dahulu digunakan oleh Darul Islam. Sebagaimana yang disebutkan
bahwa GAM lebih memilih nasionalisme Aceh sebagai isu populisnya.
Hal yang mempengaruhi munculnya GAM berikutnya adalah
faktor ekonomi, yang berwujud ketidakadilan dan ketimpangan ekonomi
antara pusat dengan daerah. Pemerintahan sentralistik Orde Baru menimbulkan
kekecewaan berat terutama di kalangan elite Aceh. Pada era Soeharto, Aceh
menerima 1% dari anggaran pendapatan nasional, padahal Aceh memiliki kontribusi
14% dari GDP Nasional. Terlalu banyak pemotongan yang dilakukan pusat yang
menggarap hasil produksi dari Aceh. Sebagian besar hasil kekayaan Aceh dilahap
oleh penentu kebijakan di Jakarta. Meningkatnya tingkat produksi minyak bumi
yang dihasilkan Aceh pada 1970-an dan 1980-an dengan nilai 1,3 miliar US Dolar
tidak memperbaiki kehidupan sosial ekonomi masyarakat Aceh.
Kemunculan GAM pada masa awalnya langsung mendapat respon
oleh pemerintah Orde Baru dengan melakukan operasi militer yang represif,
sehingga membuat GAM kurang bisa berkembang. Walau demikian, GAM juga melakukan
pelebaran jaringan yang membuat mereka kuat, baik pada tingkat internasional
maupun menyatu dengan masyarakat dan GAM bisa terus bertahan. Pada masa Orde
Baru GAM memainkan dua wajah yaitu satu wajah perlawanan ( dengan pola-pola
kekerasan yang dilakukan ), dan strategi ekonomi-politik yang dimainkan (dengan
mengambil uang pada proyek-proyek pembangunan ).
2.2 Pengaruh yang ditimbulkan
dengan adanya pemberontakan GAM terhadap ketahanan nasional Indonesia
Pemberontakan yang telah tejadi didaerah Aceh (pemberontakan
GAM) memiliki pengaruh yang besar tehadap kondisi-kondisi yang ada. Konflik yang
berlangsung di Aceh telah menimbulkan dampak yang parah terhadap berbagai
komponen masyarakat sipil Aceh. Pemberontakan tersebut menimbulkan korban jiwa dan kerusakan fisik terhadap warga
Aceh.Ribuan orang
yang dicintai (orang tua, istri, suami dan anak-anak) telah gugur mengalami
penyiksaan dan cacat, menjadi janda dan anak yatim piatu. Ribuan orang telah
kehilangan tempat tinggal dan ribuan lainnya kehilangan pekerjaan dan mata
pencaharian. Lebih jauh dari itu,masyarakat sipil hampir tidak memiliki akses terhadap hukum, sementara
sebagian besar lembaga pengadilan tidak berfungsi lagi.

Beberapa pengaruh lainnya yang di timbulkan dengan adanya pemberontakan GAM terhadap
ketahanan nasional Indonesia yaitu pengaruhnya yang masuk dalam berbagai aspek
kehidupan bernegara, yang paling tampak terutama
terhadap kesatuan dan persatuan yang secara otomatis akan menimbulkan
perpecahan lalu akan memotivasi daerah lain yang mempunyai keinginan
memberontak di saat pemerintah sedang mengurusi masalah masalah GAM. Ratusan sekolah
terbakar, sehingga mengganggu proses pendidikan yang ada diwilayah
tersebut. Kerusakansarana pendidikan dan pemerintahan
serta infrastruktur lainnya tersebut terjadi dalam
jumlah yang cukup besar. Gerakan separatis di Aceh telah banyak melibatkan
penggunaan sumberdaya nasional, dan akibatnya telah menimbulkan korban jiwa dan
harta benda yang tidak kecil.
2.3 Upaya yang dilakukan
pemerintah Indonesia untuk mengatasi pemberontakan GAM
Berbagai upaya telah dijalankan Pemerintah
di Aceh, baik di masa Orde Baru maupun Era Reformasi melalui jeda kemanusiaan
sampai gelar operasi militer, belum mampu mengakhiri konflik secara sempurna
dan belum menunjukkan hasil yang signifikan dalam kerangka penyelesaian konflik
Aceh secara menyeluruh. Tuntutan memisahkan diri dari NKRI semakin kental,
bahkan lebih sebagai akumulasi kekecewaan dari pada sebuah pencarian
solusi.
Kenyataan di atas menunjukkan bahwa masalah
konflik Aceh merupakan masalah yang multi kompleks dan multi dimensional,
akumulasi dari persoalan politik, ekonomi, sosial budaya, hankam dan
kemanusiaan yang bersumber dari ketidakadilan, sehingga penyelesaian masalah
Aceh diharapkan dapat diselesaikan secara komprehensif, menggunakan pendekatan
multi dimensi dan tidak hanya bersifat jangka pendek (ad-hoc) tetapi juga
jangka panjang.
Dalam penyelesaian masalah separatis di Aceh, Pemerintah
Republik Indonesia bertekad menyelesaikan secara damai, komprehensif,
bermartabat, berkeadilan dan menyeluruh dalam bingkai NKRI. Pemerintah Republik
Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dalam kurun waktu terakhir ini secara
intensif melakukan perundingan informal di Helsinski yang difasilitasi oleh
Crisis Management Inisiative. Dengan berpedoman pada Memorandum of
Understanding (MoU) antara Pemerintah RI dengan GAM yang
di tanda tangani pada tanggal 15 Agustus 2005 di Helsinki sebagai
langkah nyata Pemerintah RI dengan negara Uni Eropa dan negara ASEAN akan
menandatangani MoU tentang keikutsertaan Aceh Monitoring Mission (AMM) sehingga
diharapkan upaya damai dapat diwujudkan secepatnya.
Selain itu, berbagai upaya penanggulangan GAM yang merupakan disintregasi bangsa terdiri
dari kebijakan, upaya dan strategi. Berikut ini adalah upaya – upaya yang
dilakukan , antara lain :
Kebijakan :
1. Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran
dan kehendak untuk bersatu
2. Pemberdayaan norma dan nilai budaya Aceh dalam
penyelenggaraan pemerintah di NAD.
3. Membangun desain ekonomi menuju masyarakat NAD yang
adil dan sejahtera
4. Mencegah munculnya konflik dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa melalui implementasi tugas-tugas Operasi Militer
Selain Perang (OMSP) dan Penegakkan Hukum secara benar.
5. Menegakkan syariah Islam di Propinsi NAD
Strategi :
1. Dalam rangka membangun dan menghidupkan
terus komitmen, kesadaran dan kehendak untuk bersatu, dilaksanakan strategi
sebagai berikut :
a) Menghancurkan pandangan dan ide GAM
serta menangkal dan mencegah terpengaruhnya masyarakat NAD dari gerakan
separatis
b) Pembangunan politik di NAD serta
membangkitkan kebanggaan nasional pada diri putera-puteri Aceh.
2. Dalam
rangka pemberdayaan norma dan nilai budaya Aceh dalam penyelenggaraan
pemerintah di NAD, dilaksanakan strategi sebagai berikut :
a) Membangun kelembagaan (pranata) yang berakarkan nilai dan
norma Aceh
b) Mengembalikan kultur asli Aceh dalam wujud yang sebenarnya
c) Dalam rangka membangun desain ekonomi menuju masyarakat NAD
yang adil dan sejahtera, dilaksanakan strategi sebagai berikut :
a) Menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan untuk menjamin kesejahteraan masyarakat
NAD
b) Membentuk
struktur ekonomi NAD yang berkeadilan
d) Dalam rangka Mencegah munculnya konflik dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa melalui implementasi tugas-tugas Operasi Militer
Selain Perang (OMSP) dan penegakkan hukum secara benar, dilaksanakan strategi
sebagai berikut :
a) Mengembangkan
Sistem Keamanan Nasional (Siskam-nas) di Aceh yang sesuai dengan pola/budaya
kehidupan masyarakat Aceh.
b) Meningkatkan
pembinaan territorial dalam rangka menyiapkan tata ruang wilayah pertahanan
sebagai media daya tangkal bangsa untuk menanggulangi setiap ancaman.
e) Dalam rangka menegakkan syariah islam di propinsi NAD,
dilaksanakan strategi sebagai berikut :
a) Peningkatan pemahaman dan pengamalan syariah Islam dalam
kehidupan bermasya-rakat dan bernegara.
b) Pemberdayaan pranata agama.
Upaya
Dalam rangka
realisasi kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan di atas ke arah yang
lebih konkrit, perlu dirumuskan upaya-upaya sebagai manifestasi pelaksanaannya,
sebagai berikut :
1. Bidang Ideologi Politik
a) Menanamkan nilai-nilai Pancasila,
jiwa sebangsa dan setanah air, serta rasa persaudaraan agar tercipta kekuatan
dan kebersamaan di kalangan masyarakat NAD.
b) Menciptakan iklim politik nasional yang
damai, saling kooperatif dan demokratis agar stabilitas politik bisa
terjaga.
c) Menyusun peraturan perundang-undangan
yang lebih tegas, jelas dan adil terhadap semua pihak yang berkepentingan.
d) Memelihara persebaran penduduk yang
proporsional dengan kondisi topografi dan posisi astronomis dalam rangka
deteksi dini untuk pengamanan wilayah negara
2. Bidang Ekonomi
a) Pola pemenuhan kebutuhan pokok,
melalui implementasi pengembangan usaha/industri kecil dan menengah.
b) Realisasi program khusus pengentasan
kemiskinan.
c) Menciptakan pola distribusi antar kabupaten
/ kota.
d) Menilai ulang sistem dan prosedur
administrasi dana manajemen pembangunan otonomi khusus NAD.
e) Pola investasi melalui penggerakkan kembali
roda perekonomian daerah.
f) Mempercepat operasiona-lisasi status Sabang
sebagai Pelabuhan Bebas.
3. Bidang Sosial Budaya
a) Melakukan pendekatan-pendekatan kultural.
b) Menampilkan seni budaya Aceh sebagai sebuah
pra-konsepsi wilayah Propinsi NAD.
c) Mengembalikan kewenangan adat kepada masyarakat.
d) Memunculkan kembali adat istiadat Aceh yang sudah
mulai sirna.
4. Bidang Hankam ( Pertahanan dan Keamanan )
a) Merumuskan kembali peran dan tanggung jawab
semua komponen bangsa dalam menghadapi separatisme.
b) Melakukan upaya-upaya intelijen,
teritorial yang dilakukan oleh satuan TNI dan Polri yang profesional.
c) Merumuskan kembali gelar kemampuan
dan kekuatan TNI dan Polri sesuai dengan situas dan kondisi NAD.
d) Melaksanakan keseimbangan penerapan hukum.
5. Bidang Agama
a) Membentuk qanun-qanun sebagai aturan
pelaksanaan dalam penyelenggaraan pemerintahan NAD.
b) Memberdayakan tokoh-tokoh agama dalam
negosiasi konflik.
c) Mendekati pihak ulama untuk merebut hati
masyarakat.
d) Menciptakan hukum di NAD yang mengakomodir
syariah islam.
Secara ringkas
bahwa upaya yang harus adilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi
pemberontakan GAM ini adalah sebagai berikut :
ü Pemulihan keamanan untuk menindak secara
tegas separatisme bersenjata yang melanggar hak-hak masyarakat sipil.
ü Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah rawan konflik atau separatisme melalui perbaikan akses masyarakat lokal
terhadap sumber daya ekonomi dan pemerataan pembangunan antardaerah.
ü Meningkatkan kualitas pelaksanaan otonomi
dan desentralisasi.
ü Mendeteksi secara dini dan pencegahan awal
potensi konflik dan separatisme.
ü Melaksanakan pendidikan politik secara
formal, informal, dialogis, serta melalui media massa dalam rangka meningkatkan
rasa saling percaya.
ü Menguatkan kelembagaan pemerintah daerah di
bidang pelayanan publik.
ü Menguatkan komunikasi politik pemerintah
dengan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Timbulnya konflik Aceh tidak hanya dari
sudut pandang polotik yaitu paska
berhentinya perlawanan Darul Islam di Aceh, keinginan Aceh untuk melakukan
Islamisasi di Indonesia menjadi lebih sempit hanya kepada Aceh. Selain
itu minimnya rasa persatuan dan kesatuan yang dimiliki oleh masyarakat Aceh
sehingga mereka dengan gencar ingin membebaskan diri dari NKRI. Selain itu,
kondisi ekonomi juga ikut memicu terjadinya pemberontakan di Aceh.
2. Begitu banyak dampak yang diakibatkan
dengan adanya pemberontakan tersebut. Masyarakat yang awalnya tidak terlibat
dengan pemberontkan itu akhirnya ikut juga merasakan. Misalnya, banyak yang
kehilangan keluarga tercinta, sarana dan prasarana juga ikut hacur, supremasi
hukum tidak ditegakkan lagi dan lain sebagainya.
3. Dengan adanya masalah ini dapat
disimpulkan beberapa upaya yang dilakukan untuk meminimalisir kejadian –
kejadian seperti itu terulang kembali, antara lain :
Ø Persatuan
sebagai landasan untuk mencapai ketahanan nasional.
Ø Dari
kesatuan pandangan akan didapat ketahanan nasional yang kuat. Dengan
adanya kesamaan pandangan antara pemerintah dengan masyarakat maka dengan mudah
pemerintah dapat menentukan politik dan strategi nasional.
Ø Perwujudan dan
fasilitasi berbagai forum dan wacana-wacana sosial politik yang dapat
memperdalam pemahaman mengenai pentingnya persatuan bangsa, mengikis sikap
diskriminatif, dan menghormati perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.
3.2 Saran
Setelah
membaca makalah ini hendaknya pembaca dapat mengetahui dan memahami pentingnya
persatuan dan
kesatuan dalam suatu negara demi terciptanya ketahanan
nasional yang kokoh dan kuat. Serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dimulai dari sejak dini.
Comments
Post a Comment